Terlihat Robert makan dengan tidak semangat dan porsi makannya pun sedikit. Selesai makan, Robert pamit duluan menuju kamarnya.
Setelah Robert tidak terlihat lagi dari pandangan mereka, mereka pun saling menatap dan berbicara.
"Kok bisa yah ini terjadi pah?"
"Mungkin karena dendam kali mah atau masalah percintaan antara mereka"
"Iya, bisa jadi"
"Sudah kita makan dulu mah, habiskan dulu nasinya baru kita bicara lagi"
Di kamar, Robert termenung dan menangis. Dia tidak terima atas kejadian ini. Malam itu, dia tidak bisa tidur dan gelisah memikirkan keberadaan Monita yang tidak tahu entah dimana.
Keesokan harinya adalah hari Pertama Robert masuk kantor. Masuk area kantor dia sudah disambut dengan ucapan 'selamat menempuh hidup baru, semoga langgeng, semoga bahagia, dan sebagainya' oleh teman-temannya. Tidak ada yang tahu apa yang telah dialami Robert. Dalam pandangan mereka Robert terlihat bahagia, namun sebaliknya Rober semakin merasa terpukul akibat ucspan-ucapan mereka. Siang hari itu, Robert menghadap atasannya untuk menceritakan kejadian yang telah dia alami.
Atasannya pun iba dan memberikan dukungan kekuatan serta melonggarkan waktu kerjanya agar dia bisa fokus dalam mencari istrinya.
Saat di dalam ruangan atasannya, teleponnya berbunyi
"Saya turut berduka atas kejadian yang telah menimpa kamu?"
"Terima kasih pak"
Telepon Robert berbunyi diapun meminta izin kepada bosnya untuk mengangkatnya.
"Silahkan diangkat saja Bert"
"Iya pak, saya angkat dulu yah"
Robert berbicara tetap di dalam ruangan bos namun dia berdiri di dekat pintu masuk.
"Gimana Bert?"
"Iya tadi yang menelepon pihak dari Kepolisian di Bali. Mereka sudah memeriksa CCTV di area Pantai namun tidak menemukan wajah penculiknya. Mereka mengatakan, setelah keluar dari toilet Monita menuju parkiran mobil dan masuk ke dalam salah satu mobil yang terparkir di sana, merekapun segera meninggalkan parkiran. Polisi sudah melacak plat nomor mobil tersebut namun hasilnya plat nomor tersebut tidak tercatat di negara"
"Waduh, berarti istri kamu tidak diculik dong melainkan kabur!"
"Iya pak, tapi polisi sedang menyelidiki, ada seorang laki-laki yang menaruh sesuatu ke dalam toilet tersebut sebelum Monita keluar. Polisi juga mengikuti pergerakan lelaki tersebut dari CCTV, mengarah ke mobil yang dinaiki Monita. Polisi mau menyelidiki semuanya dan akan memberi kabar jika sudah ada perkembangan berita terbaru"
"Ya sudah, kamu yang sabar.. semoga ada titik terangnya"
"Aamiin"
Waktu berjalan begitu cepat, sudah 2 minggu Robert tidak bertemu istrinya. Dia coba mencari kontak telepon teman-teman dekat Monita.
Robert pun bermain ke rumah orang tua Monita, dia bercerita banyak mengenai hari terakhir saat dia bertemu Monita.
Kakak Monita mendekati Robert dan berbicara dengannya.
"Bert, saya mau cerita.. tapi sebenarnya saya tidak mau menceritakan ini. Karena terjadi hal ini, yang membuat saya mau tidak mau bercerita dengan kamu"
"Iya mba.. apa tuh?"
"Tapi kamu janji, cerita ini tetap akan menjadi cerita diantara kita saja sampai kapanpun!"
"Iya mba, saya akan pegang rahasia ini"
"Oke.. dulu saat SMP (Sekolah Menengah Pertama), Monita berpacaran dengan Syahdan. Mereka 1 sekolah SMP, mereka sempat pacaran 3 tahun lamanya hingga kemudian dia berpacara lagi dengan Ihrom. 1 tahun pacaran, Ihrom meninggal karena kecelakaan motor, banyak yang bercerita jika kecelakaan itu janggal dan bukan kecelakaan tunggal. Kemudian, Monita lama tidak berpacaran karena terpukul akibat kematian Ihrom. Hingga akhirnya mba kenalkan dengan teman mba yang bernama Rico. Mereka tidak berpacaran lama karena Rico mengaku diteror oleh seseorang lelaki yang tidak dia kenal."
"Wah, ceritanya panjang ya mba Santi"
"Memang iya, kamu masih mau mendengarkan tidak?"
"Iya mba, pasti saya dengarkan"
"Akhirnya Rico pun menghilang entah kemana.. mba juga menghubunginya tidak bisa. Berjalan waktu Monita kuliah, dia sempat berkenalan dengan lelaki yang dia cintai, tetapi belum juga jadian tiba-tiba lelaki itu menjauh dengan sendirinya tanpa alasan. Monita sempat stress saat itu, mba pun akhirnya yang menenangkannya. Hingga kemudian dia mengganti nomor telepon genggamnya dan hidupnya berjalan normal"
"Kasian juga Monita ya mba.. kok dia tidak pernah cerita ke aku?"
"Iya namanya wanita pasti kepikiran dan capek lah. Apalagi masalah yang menimpanya bertubi-tubi"
"Terus mba?"
"Syahdan mendekat kembali, namun Monita tidak mau berpacaran lagi dengannya. Saat itu Syahdan bener-benar bermental baja dan sangat nekat sehingga membuat Monita bingung mengambil sikap. Lama kelamaan Monita semakin stress menghadapi Syahdan hingga dia harus menerima cintanya. Berjalan waktu Monita memutuskan Syahdan karena sudah capek menghadapi tingkah lakunya"
"Jadi menurut mba Syahdanlah yang menculik Monita?"
"Bisa jadikan! Dia tidak terima kamu menikah dengan Monita"
"Dari putus terakhir dengan Syahdan hingga berpacaran denganku jaraknya berapa lama?"
"Cukup lama kira-kira 1 tahun lebih lah. Terus Monita jadian dengan kamu"
"Pantesan waktu itu monita bilang ke saya 'aku sudah capek pacaran, aku mau mencari calon imam saja untukku, kalau kamu mau serius denganku, yuk kita jalanin tapi kalau tidak ya sudah, tolong lupakan aku'. Kurang lebih begitu katanya waktu kita baru mau mulai berpacaran"
"Ya gitu deh, dia sudah sangat stress Di.. untung tidak gila. Kamu juga pacaran tidak lama kan?"
"Iya cuma 3 bulan, aku langsung melamar Monita"
"Ya sudah, ini mba kasih foto syahdan dan nomor telepon dia. Semoga dia belum ganti nomor telepon"
"Oke mba, saya akan selidiki"
Lama juga Robert mengobrol dengan kakaknya Monita. Beruntung kakak Monita sedang main ke rumah orang tuanya bersama ke 2 anaknya, tapi suaminya tidak ikut bersamanya.
Robert berpamitan kepada kedua orang tua Monita serta Kakaknya Monita.
"Hati-hati di jalan Bert" Ibu Monita berkata.
"Semoga cepat ketemu Monita dan kita bisa kembali berkumpul bersama" Sahut Bapaknya Monita..
"Iya bu terima kasih.. aamiin pak"
Pulang dari sana Robert langsung menuju ke rumah Syahdan.
Sampai di rumah Syahdan, Robert bertanya tetangganya yang sedang berada buka warung.
"Bu, numpang tanya!"
"Iya silahkan.."
"Ibu kenal syahdan?
"Ya kenal lah, orang tuanya juga bikin usaha kecil-kecilan dirumahnya"
"Oh begitu"
"Tapi sudah hampir sebulan ini dia tidak kelihatan"
"Dia kemana ya bu?"
"Katanya sih dapat kerjaan di Kalimantan tapi tidak tahu juga sih. Itu ibu cuma denger-denger dari temannya yang sering main ke sini."
"Oh, ya sudah kalau begitu bu.. terima kasih"
"Mending ke rumahnya langsung saja mas, siapa tahu saja dia ada di rumah"
"Iya bu.. terima kasih"
Aku pun berjalan dari warung tersebut menuju rumah Syahdan. Sampai di depan pintu rumahnya aku mengetuk pintu rumahnya kemudian mengucapkan salam.
"Assalamu alaikum"
"Wa alaikum salam"
Seorang bapak keluar dari dalam.
"Syahdan ada pak?"
"Kamu siapa, dari kepolisian ya?"
"Bukan pak saya temannya"
"Syahdan sudah lama tidak tinggal di sini"
"Kalau boleh tahu dia tinggal dimana pak?"
"Saya tidak tahu dan tidak perduli dengan dia. Mau mati juga tidak apa-apa"
"Kok bapak bilang begitu"
"Bapak sudah capek menghadapi dia nak, dari kecil sampai sekarang kerjanya cuma melawan sama orang tua, sudah kerja juga tidak, tiap hari bisanya nadahin tangan saja minta kepada orang tuanya. Padahal dia tahu bapaknya hanya seorang pensiunan pegawai rendah. Untung Ibunya Syahdan punya kebisaan. Masakannya enak sekali, makanya dia berjualan nasi uduk"
Oh iya nak.. yuk masuk dulu, duduk-duduk.
"Iya pak terima kasih" aku masuk dan duduk di kursi ruang tamu..
"Kamu sudah makan?
"Sudah tadi pak, di rumah"
Ibunya masuk dan menaruh sepiring nasi di depanku.
"Silahkan cobain, masakan ibu"
"Iya bu, terima kasih.. saya makan yah!" u Robert mengangat piring tersebut dan memakan nasi uduknya..
"Kamu tinggal di mana nak" Bapaknya berkata..
"Depok pak!"
"Tapi bapak tidak pernah lihat kamu main ke sini yah!"
"Iya pak, memang saya baru kali ini ke sini"
"Menurut teman-temannya, anak saya itu kerja di Kalimantan.. mereka dapat cerita langsung dari Syahdan yang telepon mereka"
"Oh, begitu pak.. ya sudah jika begitu says pamit, terima kasih nasi uduknya.. nasinya enak banget"
"Iya nak.. hati-hati di jalan"
"Iya terima kasih pak"
Aku berjalan keluar rumah tersebut menuju tempat aku memarkir mobil. Dari sini aku mendapatkan bahwa polisi sudah mencium keterlibatan Syahdan. (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar