Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 23 April 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 3)

Polisi dibuat bingung mengenai keberadaan Monita karena tidak adanya saksi dan bukti yang kuat untuk mengarah kepada seseorang pada peristiwa ini.
Monita masih hidup dan di sekap di sebuah kampung di Bali, mulutnya selalu di lakban agar tidak bisa berteriak.
Hari itu saat di toilet, dia membaca surat yang berisi:

Aku tunggu kamu di mobil..
Temui aku jika hidup kamu ingin tenang bersama Robert..
Aku parkir dekat Toko pakaian, mobil berwarna hitam dengan plat no DK .... MNT
Aku tunggu..
Jika tidak datang menemuiku, maka aku pastikan hidupmu tidak akan bahagia..

Ttd
Orang yang tersakiti

Monita keluar toilet dan mengikuti arah yang sudah dikatakan di dalam surat. Surat itu masih dalam genggaman tangan kanan Monita. Saat sampai di mobil, dia disuruh masuk kemudian dibius.
Hingga saat sadar, Monita sudah berada di dalam kamar. Kaki dan tangannya terikat, diapun ditelanjangi hingga hanya memakai celana dalam dan Bh. Rambutnya yang panjang sudah terpangkas tidak beraturan.




Rupanya saat pingsan tadi, bajunya dibuka dengan cara digunting dan saking kesalnya rambutnya yang panjang ikut tergunting dengan membabi buta.
Saat sadar, lakban dimulut Monita dibuka.

     "Kamu tahu siapa aku?"

     "Tidak!"

     "Baguslah"

     "Kenapa kamu lakukan ini kepadaku?"

     "Kenapa!? Menurut kamu..!"

     "Mana aku tahu"

     "Aku tidak terima jika Robert menikah dengan kamu"

     "Tidak terima! Memang kamu siapanya Robert?"

     "Itu tidak penting"

     "Terus.. untuk apa kamu menculik aku?"

     "Aku hanya ingin Robert menyesali perbuatannya dimasa lalu"

     "Maksudnya?"

     "Ya sudahlah, nanti juga kamu akan tahu"

Dia menutup kembali lakban di mulut Monita. Kemudian mencium pipi Monita. Monitapun merasa jijik dengan apa yang barusan dia terima
Berhari-hari Monita berada disana, tanpa mandi dan bisa bergerak bebas. Dia pun merasa kedinginan karena tidak berpakaian. Makan sehari sekali membuat dia selalu lapar. Berkali-kali dia berkata untuk dibebaskan, namun selalu tidak ditanggapi.
Monita selalu bersikap sabar dan memahami apa yang dilakukan penculiknya. Terkadang dia melihat bahwa penculiknya ini memiliki gangguan jiwa, karena sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
Ingin rasanya Monita mengetahui latar belakang kehidupan si penculik. Monita selalu berbicara pelan dan halus, dia juga mencoba bersahabat dengan penculiknya.
Hingga akhirnya 2 bulan kemudian, penculiknya bisa diajak bersahabat dan berbicara.
Hari itu Monita tidak diikat lagi dan dibiarkan bebas. Monita diberi pakaian yang layak oleh penculiknya. Monita tidak mau kabur dan mencoba menjadi sahabat si penculik. Hal ini yang menjadikan Monita bisa tahu bagaimana ini bisa terjadi.
Awalnya si penculik diam dan tidak mau banyak berbicara, setelah Monita dekati dan mencari tahu dengan pertanyaan yang halus, barulah dia berbicara banyak kepadanya. 

     "Namaku Adelina"

     "Namaku Monita"

     "Iya aku sudah tahu namamu"

     "Aku mau banget berteman dengan kamu Adelina. Tapi sebelumnya aku mau mandi dulu boleh? "

     "Boleh"

2 bulan lebih badanku tidak digerakkan dan tidak mandi sama sekali. Setelah semuanya beres akupun menemuinya yang sedang di ruang tamu. 

     "Sebenarnya siapa kamu? Apa yang membuat kamu melakukan hal ini?"

Dia diam dan memang sesaat banyak perkataannya yang tidak nyambung dengan pertanyaan dari Monita.
Monita melihat dia sangat terpukul, dan ada guncangan di dalam dirinya. Ada yang membuat Monita takjub dengan Adelina yaitu, bagaimana dia bisa menyewa rumah di Bali dan bertahan hidup di Bali.

     "Sebenarnya siapa kamu? Apa yang membuat kamu melakukan hal ini?" Monita mengulangi pertanyaannya kembali..

     "Aku adalah orang yang dibuang Robert dari sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama)"

     "Kok bisa?"

     "Iya Robert adalah pacarku, kemudian setelah aku benar-benar cinta dan begitu sangat sayang kepadanya dia, ada wanita lain. Dia duakan aku."

     "Aku Rasa Robert tidak seperti itu.. mungkin kamu saja yang sangat penyemburu"

     "Tidak.. itu benar kok, dia meninggalkan aku demi Wina. Aku tahu Wina cantik dan baik, tapi tolong hargai aku yang selama ini bersamanya"

     "Coba kamu introfeksi diri, hal baik apa yang sudah kamu lakukan untuk Robert?"

     "Banyak.. banyak sekali.. disitulah makanya aku sangat kesal dengannya"

Aku masih tidak mengerti jalan cerita Adelina, namun aku bisa menangkap bahwa Adelina cinta mati dengan Robert sehingga membuat dia menjadi gila. Kegilaan cintanya itulah yang membuat dia lupa akan Tuhan, keluarga bahkan segalanya.
Berjalannya waktu, Monita semakin akrab dengan Adelina. Dia berharap bisa membantu memulihkan kejiwaannya.
Sebenarnya banyak waktu untuk kabur dari rumah itu, namun hal itu tidak Monita lakukan, karena ingin membantu Adelina. Monita ingin sekali Adelina sembuh.
Hari-hari berikutnya Monita mengajari Lina masak. Lina sangat senang, sehingga membuat keduanya semakin akrab.

     "Aku senang sekali bisa belajar masak seperti ini, selama ini aku tidak memiliki banyak teman. Maukah kamu menjadi temanku?"

     "Tentu dong"

     "Apa kamu tidak marah denganku?"

     "Untuk apa marah? Aku malahan ingin menjadi sahabat dekat kamu!"

     "Beneran?"

     "Iya dong"

     "Terima kasih ya, sudah mau bersahabat denganku"

     "Sama-sama, aku juga senang bisa kenal dengan kamu"

     "Pantas Robert bisa jadi sama kamu, karena kamu orangnya baik"

     "Terima kasih"

Kami saling berbicara satu sama lain.

Disamping itu, Robert masih menantikan Monita di Jakarta. Sudah 3 bulan dia berusaha menghubungi nomor telepon Monita, namun belum juga tersambung.
Sebenarnya Monita sudah mengaktifkan telepon genggamnya namun karena sudah 3 bulan tidak aktif, membuat nomor tersebut hangus dan tidak dapat digunakan lagi. Monita belum sempat membeli nomor baru.
Hari berganti, 4 bulan berlalu, keadaan Robert masih kurang bersemangat, dia masih terbayang masa-masa bersama Monita. Dia ingat benar bagaimana pertama kali berkenalan dengannya.
Saat itu Robert yang sedang makan siang, melihat sosok wanita cantik tepat dihadapannya sedang makan juga di tempat makan itu bersama ke 3 temannya. Wajahnya tepat berhadapan dengannya hanya terhalang kepala temannya. Robert melihat dan selalu memandangnya, dalam hatinya 'cantik sekali wanita itu, putih tinggi, senyumnya manis dengan lesung pipit dikedua belah pipinya, rambutnya yang memerah tergerai jatuh sampai ke atas meja hingga membuatnya terlihat semakin manis, cara bicara dan berpakaiannya juga membuat Robert semakin jatuh hati'. Tak sadar Robert berkata.

     "Apakah ini yang namanya cinta pandangan pertama!"

     "Apa-apaan sih lo Bert..! Kenapa ngomong itu sama gua?" Teman sekantornya yang ikut bareng makan dengannya berkata..

     "Buka lo Susi, lagi pula lo kan sudah tiap hari gua lihat, bukan pertama kali..! lo juga sudah punya suami dan 2 anak pula"

     "Ya.. kali! Lo sudah buta"

     "Lo kali.. yang ngarep sama gua! He.. he.. he" aku tertawa..

     "Sialan lo"

Mendengar suara obrolan antara Robert dan Susi yang semakin kencang. Wanita tersebut melihat ke arah Robert.

     "Sus, dia ngelihatin gua ni?"

     "Sudah kalau lo memang suka samperin sana, entar keburu hilang.. lo nyesel lagi"

     "Tapi gua gak siap nih, gua harus ngomong apa? Temennya banyak lagi"

     "Ah, lo mah.. payah banget sih gitu aja tidak berani. Bagaimana mau dapat bidadari, sama yang manusia saja gerogi"

Susi menulis di sebuah kertas lalu diberikan ke wanita yang disukai Robert tersebut.

Isi surat:
Aku yang dari tadi susah bernafas..
Karena separuh nafasku hilang bersama kamu..

Memandangimu tidak bosan..
Karena aka tahu kamu memang yang terbaik..

Tolong telepon aku di 08012345....
Atau kirim nomor kamu ke Whatsapp ku..

Terima kasih..

Susi berjalan menghampiri wanita itu.

     "Ini dari pria yang di meja sana" Susi menunjuk tangan kanannya ke arah Robert

Mereka berdua tersenyum dan dibukalah surat itu. Setelah selesai membaca, Monita melihat ke arah Robert sambil tersenyum kembali.
Robert datang menghampiri.

     "Maafin teman saya yah!"

     "Oh, tidak apa-apa kok"

     "Oh iya.. nama saya Robert!" Sambil menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman..

     "Monita" sambil membalas salaman tangannya..

     "Kita boleh bergabung?"

     "Boleh.. boleh, ini kenalkan teman saya!"

Aku berkenalan juga dengan ketiga temannya, namun mereka tidak lama langsung berpamitan meninggalkan kita.




     "Mon, kita-kita keliling mall dulu yah.. nanti kalau sudah kabarin saja di Whatsapp.. biar kita janjian ketemu dimana gitu" Salah satu dari mereka berbicara..

     "Ok.. hati-hati ya"

Kami bertiga, berbicara banyak dan mencoba untuk saling mengenal. Tidak lama kemudian Susi juga meninggalkan kita.

     "Gua juga balik ke kantor ah, biar ga ada lalat disini"

     "Kok gitu sih Sus, tungguin lah.."

     "Abis gua dari tadi cuma bengong melihat lo berdua cerita.. kayak lalat saja gua, dicuekin gitu. Kan mending gua pergi"

     "Ya sudah sana"

     "Nah kan, gua malah diusir"

     "Ya elah, lo bawa perasaan banget sih"

     "Ya sudah, sampai jumpa.. yuk Mon.. gua pamit"

     "Iya Susi.. sampai ketemu yah" Jawab Monita..

     "Lo jangan lama-lama, jam makan siang sudah lewat.. tar lo dicariin bos loh" dia berbisik dekat telingaku..

     "Iya.. iya.. beres"

Robert dan Monita saling bercerita  mereka terlihat sangat akrab dan nyambung diajak berbicara. Merekapun terbuai oleh waktu. (KK)

--- DH ---



 

Jumat, 16 April 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 2)

Terlihat Robert makan dengan tidak semangat dan porsi makannya pun sedikit. Selesai makan, Robert pamit duluan menuju kamarnya.
Setelah Robert tidak terlihat lagi dari pandangan mereka, mereka pun saling menatap dan berbicara.

     "Kok bisa yah ini terjadi pah?"

     "Mungkin karena dendam kali mah atau masalah percintaan antara mereka"

     "Iya, bisa jadi"

     "Sudah kita makan dulu mah, habiskan dulu nasinya baru kita bicara lagi"

Di kamar, Robert termenung dan menangis. Dia tidak terima atas kejadian ini. Malam itu, dia tidak bisa tidur dan gelisah memikirkan keberadaan Monita yang tidak tahu entah dimana.
Keesokan harinya adalah hari Pertama Robert masuk kantor. Masuk area kantor dia sudah disambut dengan ucapan 'selamat menempuh hidup baru, semoga langgeng, semoga bahagia, dan sebagainya' oleh teman-temannya. Tidak ada yang tahu apa yang telah dialami Robert. Dalam pandangan mereka Robert terlihat bahagia, namun sebaliknya Rober semakin merasa terpukul akibat ucspan-ucapan mereka. Siang hari itu, Robert menghadap atasannya untuk menceritakan kejadian yang telah dia alami.


Atasannya pun iba dan memberikan dukungan kekuatan serta melonggarkan waktu kerjanya agar dia bisa fokus dalam mencari istrinya.
Saat di dalam ruangan atasannya, teleponnya berbunyi

     "Saya turut berduka atas kejadian yang telah menimpa kamu?"

     "Terima kasih pak"

Telepon Robert berbunyi diapun meminta izin kepada bosnya untuk mengangkatnya.

     "Silahkan diangkat saja Bert"

     "Iya pak, saya angkat dulu yah"

Robert berbicara tetap di dalam ruangan bos namun dia berdiri di dekat pintu masuk.

     "Gimana Bert?"

     "Iya tadi yang menelepon pihak dari Kepolisian di Bali. Mereka sudah memeriksa CCTV di area Pantai namun tidak menemukan wajah penculiknya. Mereka mengatakan, setelah keluar dari toilet Monita menuju parkiran mobil dan masuk ke dalam salah satu mobil yang terparkir di sana, merekapun segera meninggalkan parkiran. Polisi sudah melacak plat nomor mobil tersebut namun hasilnya plat nomor tersebut tidak tercatat di negara"

     "Waduh, berarti istri kamu tidak diculik dong  melainkan kabur!"

     "Iya pak, tapi polisi sedang menyelidiki, ada seorang laki-laki yang menaruh sesuatu ke dalam toilet tersebut sebelum Monita keluar. Polisi juga mengikuti pergerakan lelaki tersebut dari CCTV, mengarah ke mobil yang dinaiki Monita. Polisi mau menyelidiki semuanya dan akan memberi kabar jika sudah ada perkembangan berita terbaru"

      "Ya sudah, kamu yang sabar.. semoga ada titik terangnya"

     "Aamiin"

Waktu berjalan begitu cepat, sudah 2 minggu  Robert tidak bertemu istrinya. Dia coba mencari kontak telepon teman-teman dekat Monita.
Robert pun bermain ke rumah orang tua Monita, dia bercerita banyak mengenai hari terakhir saat dia bertemu Monita.
Kakak Monita mendekati Robert dan berbicara dengannya.




     "Bert, saya mau cerita.. tapi sebenarnya saya tidak mau menceritakan ini. Karena terjadi hal ini, yang membuat saya mau tidak mau bercerita dengan kamu"

     "Iya mba.. apa tuh?"

     "Tapi kamu janji, cerita ini tetap akan menjadi cerita diantara kita saja sampai kapanpun!"

      "Iya mba, saya akan pegang rahasia ini"

     "Oke.. dulu saat SMP (Sekolah Menengah Pertama), Monita berpacaran dengan Syahdan. Mereka 1 sekolah SMP, mereka sempat pacaran 3 tahun lamanya hingga kemudian dia berpacara lagi dengan Ihrom. 1 tahun pacaran, Ihrom meninggal karena kecelakaan motor, banyak yang bercerita jika kecelakaan itu janggal dan bukan kecelakaan tunggal. Kemudian, Monita lama tidak berpacaran karena terpukul akibat kematian Ihrom. Hingga akhirnya mba kenalkan dengan teman mba yang bernama Rico. Mereka tidak berpacaran lama karena Rico mengaku diteror oleh seseorang lelaki yang tidak dia kenal."

     "Wah, ceritanya panjang ya mba Santi"

     "Memang iya, kamu masih mau mendengarkan tidak?"

     "Iya mba, pasti saya dengarkan"

     "Akhirnya  Rico pun menghilang entah kemana.. mba juga menghubunginya tidak bisa. Berjalan waktu Monita kuliah, dia sempat berkenalan dengan lelaki yang dia cintai, tetapi belum juga jadian tiba-tiba lelaki itu menjauh dengan sendirinya tanpa alasan. Monita sempat stress saat itu, mba pun akhirnya yang menenangkannya. Hingga kemudian dia mengganti nomor telepon genggamnya dan hidupnya berjalan normal"

     "Kasian juga Monita ya mba.. kok dia tidak pernah cerita ke aku?"

     "Iya namanya wanita pasti kepikiran dan capek lah. Apalagi masalah yang menimpanya bertubi-tubi"

     "Terus mba?"

     "Syahdan mendekat kembali, namun Monita tidak mau berpacaran lagi dengannya. Saat itu Syahdan bener-benar bermental baja dan sangat nekat sehingga membuat Monita bingung mengambil sikap. Lama kelamaan Monita semakin stress menghadapi Syahdan hingga dia harus menerima cintanya. Berjalan waktu Monita memutuskan Syahdan karena sudah capek menghadapi tingkah lakunya"

     "Jadi menurut mba Syahdanlah yang menculik Monita?"

     "Bisa jadikan! Dia tidak terima kamu menikah dengan Monita"

     "Dari putus terakhir dengan Syahdan hingga berpacaran denganku jaraknya berapa lama?"

     "Cukup lama kira-kira 1 tahun lebih lah. Terus Monita jadian dengan kamu"

     "Pantesan waktu itu monita bilang ke saya 'aku sudah capek pacaran, aku mau mencari calon imam saja untukku, kalau kamu mau serius denganku, yuk kita jalanin tapi kalau tidak ya sudah, tolong lupakan aku'. Kurang lebih begitu katanya waktu kita baru mau mulai berpacaran"

     "Ya gitu deh, dia sudah sangat stress Di.. untung tidak gila. Kamu juga pacaran tidak lama kan?"

     "Iya cuma 3 bulan, aku langsung melamar Monita"

     "Ya sudah, ini mba kasih foto syahdan dan nomor telepon dia. Semoga dia belum ganti nomor telepon"

     "Oke mba, saya akan selidiki"

Lama juga Robert mengobrol dengan kakaknya Monita. Beruntung kakak Monita sedang main ke rumah orang tuanya bersama ke 2 anaknya, tapi suaminya tidak ikut bersamanya. 
Robert berpamitan kepada kedua orang tua Monita serta Kakaknya Monita.

     "Hati-hati di jalan Bert" Ibu Monita berkata.

     "Semoga cepat ketemu Monita dan kita bisa kembali berkumpul bersama" Sahut Bapaknya Monita..

     "Iya bu terima kasih.. aamiin pak"

Pulang dari sana Robert langsung menuju ke rumah Syahdan.
Sampai di rumah Syahdan, Robert bertanya tetangganya yang sedang berada buka warung.

     "Bu, numpang tanya!"

     "Iya silahkan.."

     "Ibu kenal syahdan?

     "Ya kenal lah, orang tuanya juga bikin usaha kecil-kecilan dirumahnya"

     "Oh begitu"

     "Tapi sudah hampir sebulan ini dia tidak kelihatan"

     "Dia kemana ya bu?"

     "Katanya sih dapat kerjaan di Kalimantan  tapi tidak tahu juga sih. Itu ibu cuma denger-denger dari temannya yang sering main ke sini."

     "Oh, ya sudah kalau begitu bu.. terima kasih"

     "Mending ke rumahnya langsung saja mas, siapa tahu saja dia ada di rumah"

     "Iya bu.. terima kasih"

Aku pun berjalan dari warung tersebut menuju rumah Syahdan. Sampai di depan pintu rumahnya aku mengetuk pintu rumahnya kemudian mengucapkan salam.

     "Assalamu alaikum"

     "Wa alaikum salam"

Seorang bapak keluar dari dalam.

     "Syahdan ada pak?"

     "Kamu siapa, dari kepolisian ya?"

     "Bukan pak saya temannya"

     "Syahdan sudah lama tidak tinggal di sini"

     "Kalau boleh tahu dia tinggal dimana pak?"

     "Saya tidak tahu dan tidak perduli dengan dia. Mau mati juga tidak apa-apa"

     "Kok bapak bilang begitu"

     "Bapak sudah capek menghadapi dia nak, dari kecil sampai sekarang kerjanya cuma melawan sama orang tua, sudah kerja juga tidak, tiap hari bisanya nadahin tangan saja minta kepada orang tuanya. Padahal dia tahu bapaknya hanya seorang pensiunan pegawai rendah. Untung Ibunya Syahdan punya kebisaan. Masakannya enak sekali, makanya dia berjualan nasi uduk"

Oh iya nak.. yuk masuk dulu, duduk-duduk.

     "Iya pak terima kasih" aku masuk dan duduk di kursi ruang tamu..

     "Kamu sudah makan?

     "Sudah tadi pak, di rumah"




Ibunya masuk dan menaruh sepiring nasi di depanku.

     "Silahkan cobain, masakan ibu"

     "Iya bu, terima kasih.. saya makan yah!" u Robert mengangat piring tersebut dan memakan nasi uduknya..

     "Kamu tinggal di mana nak" Bapaknya berkata..

     "Depok pak!"

     "Tapi bapak tidak pernah lihat kamu main ke sini yah!"

     "Iya pak, memang saya baru kali ini ke sini"

     "Menurut teman-temannya, anak saya itu kerja di Kalimantan.. mereka dapat cerita langsung dari Syahdan yang telepon mereka"

     "Oh, begitu pak.. ya sudah jika begitu says pamit, terima kasih nasi uduknya.. nasinya enak banget"

     "Iya nak.. hati-hati di jalan"

     "Iya terima kasih pak"

Aku berjalan keluar rumah tersebut menuju tempat aku memarkir mobil. Dari sini aku mendapatkan bahwa polisi sudah mencium keterlibatan Syahdan. (KK)

--- DH ---

Jumat, 09 April 2021

Cinta Remaja (Bagian 25)

Citra menunjukkan sebuah kotak di atas meja. Aku dekati dan aku buka, ternyata isinya sepatu dengan hak tinggi, aku buka kotak kedua juga berisi pakaian minim.

     "Apa maksudnya nih? Lo mau gua pakaikan lo dengan benda-benda ini?"

     "Bukan!"

     "Terus untuk apa?"

Dia mendekatiku dan mengelus pipiku lalu berbisik, hingga bibirnya menempel di telinga kananku.

     "Untuk lo pakai lah.. apa mau gua pakaikan?"

     "Lo sudah gila ya Cit, itukan untuk wanita.. kenapa harus gua pakai?

     "Kalau gua mau lo mau apa?"

     "Gua gak bisa lakuin itu!"

     "Ya sudah, terserah lo deh, gua pergi dulu ya"

     "Lo mau kemana?"

     "Ya terserah gua dong mau kemana"

     "Tolong gua Cit, beliin gua baju? Gua minta tolong banget, gua sudah kedinginan nih, nanti gua masuk angin. Atau lo matiin tuh AC, lagi pula sudah dingin begini, diluar hujan.. lo bikin suhu AC-nya 16 derajat pula. Emang lo bener-bener sudah stress ya!"

     "Iya emang gua sudah stress, stress karena lo. Lo yang sudah bikin gua kayak begini"

     "Bukan gua, tapi lo sendiri yang buat diri lo seperti ini"

     "Sudah jangan banyak omong lo, sini gua pakaikan lo baju!"

     "Tidak mau gua, enak saja lo! Lo pikir gua banci"

     "Nah, itu lo tahu!"

     "Sialan lo"

     "Sekarang lo pakai, atau gua teriak ke semua orang. Biar pada ngumpul liat lo. Gua bilang saja ada orang gila yang mau perkosa gua. Lo mau malu diliatin orang banyak! Atau malu pakai pakaian itu" dia menunjuk dengan tangannya ke arah pakaian..

     "Tolong Cit, jangan lakuin itu, tolong banget!"

     "Sudah sini gua pakaikan"

Dia memakaikanku seluruh pakaian tersebut beserta asesoris dan sepatu hak tingginya. Tidak lupa juga rambut wig panjang yang juga sudah dia siapkan. Dia beri lem seluruh rambutku kemudian dia taruh di atas kepalaku rambut wig itu. Dia keringkan lem tersebut dengan alat pengering rambut. Kemudian 20 menit kemudian dia tes dengan menarik wignya keras-keras.

     "Nah kan, ini baru oke. Wignya sudah keras dan kamu terlihat cantik"

     "Kenapa harus kamu lem rambutnya Cit?"

     "Biar tidak copot-copot, begitu saja kok nanya"

    "Ini aku sudah pakai! Ya sudah dong, aku boleh lepas dong!"

     "Belum, kamu tidak boleh lepasin sampai kapanpun"

     "Kamu jahat.. jahat banget Cit"

     "Yang jahat tuh elo, kalau lo tidak jahat ke gua.. tidak mungkin ini terjadi"



Dia mendekatiku, menciumku kemudian memegang otongku. Terlihat dia sangat gembira bisa melakukan semua ini kepadaku. Di saat yang sama aku sangat risih dengan apa yang aku pakai saat ini. Tidak menyangka aku bisa berpakaian seperti ini.
Tak lama kemudian Citra meninggalkanku pergi keluar rumah, entah kemana!. Sudah 1 jam aku menunggu dia kembali, hingga aku berfikir harus berani kabur dari rumah ini dengan pakaian seperti ini.
Aku berjalan ke luar rumah, aku pakai masker agar tidak ada orang yang mengenaliku. Di teras aku menemukan sedal jepit yang bisa aku pakai untuk alas kakiku. Keluar pagar, lalu aku berjalan menuju jalan raya. Dalam perjalanan aku banyak dilihat oleh orang-orang terutama cowok. Ada juga cowok yang mengajakku kenalan.

     "Hai, cewek.. cantik banget sih kamu" di mendekatiku sambil memegang rambutku..

Tanpa berkata apa-apa aku berjalan dengan cepat meninggalkannya. Aku takut kalau aku berbicara bisa membuat orang tahu siapa aku.

     "Sombong banget sih, untung cakep.. kalau jelek ngapain juga gua godain lo"

Dalam hati 'lo belum tahu saja siapa gua! Kalau tahu bisa ngibrit lo'.

Sampai juga akhirnya aku di jalan raya. Setelah berdiri menunggu, bersyukur aku langsung mendapatkan taksi. Saat taksi sudah berhenti aku buka pintu dan bergegas naik ke dalam.




     "Mau kemana neng?"

     "Maaf pak saya laki-laki, saya lagi menyamar..!"

     "Oh, ok pak.. Bapak mau diantar ke mana?"

     "Daerah Lenteng Agung.. nanti saya arahkan"

     "Oh, siap pak.. kita jalan ya pak!"

     "Iya pak"

Aku duduk di kursi belakang sambil mengarahkan arah jalan menuju rumahku kepada sopir taksi. 
Sampai di depan rumah, aku membayar lebih ongkos taksinya kemudian aku buka segera pintu taksi dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Pagar rumah aku dorong dengan cepat kemudian aku tutup kembali dan masuk lewat pintu depan rumah yang terbuka.
Di dalam semua orang berteriak..

     "Siapa kamu? Siapa kamu?"

     "Aku Adi mah" aku berkata kepada ibuku sambil membuka masker yang aku kenakan..

     "Ya ampun Adi, kamu kenapa seperti ini? Pantesan kamu semalam tidak pulang.. jadi ini pekerjaan baru kamu"

     "Ih amit-amit deh.. ceritanya panjang, ini semu gara-gara Citra"

     "Citra!"

     "Iya teman SMP (Sekolah Menengah Pertama) Yani dulu"

     "Terus memang bagaimana ceritanya?"

     "Kemarin saat pulang kerja, dia menjemputku katanya mau ngajak jalan yang terakhir kalinya. Eh, ternyata setelah di mobil aku dibius dan dibawa ke rumah kontrakannya. Singkat cerita aku dipaksa untuk berpakaian seperti ini. Ini saja wig-nya dibikin permanen. Tolong bantu lepasin yah Yan"

     "Cerita yang lengkap apa, biar kita semua ngerti"

     "Ya sudah, malu ah ceritain semua"

     "Sini kak, Yani bantu lepasin wig-nya!" Dia menarik-narik rambut palsunya"

     "Aduh sakit.. sakit.. jangan dipaksa dong"

     "Terus klo tidak ditarik mau bagaimana?"

     "Coba dipikirin, apa pakai air dan sampo ya?"

     "Yuk coba kak"

Aku dengan adikku menuju kamar mandi dan mencoba cara itu, akan tetapi juga tidak bisa dilakukan. Aku rendam kepalaku berlama-lama bahkan coba dengan air hangat. 
Ternyata usahaku tidak sia-sia butuh waktu lama agar dia lepas bahkan harus memakai cairan pengencer cat.
Sore harinya aku baru menghubungi kantor jika aku tidak masuk kerja karena sakit (terpaksa aku berbohong).
Malamnya, saat makan malam Ibu dan Bapakku masih membahas kejadian tadi pagi.

     "Bapak bingung, kok bisa-bisanya Adi dikerjain seperti itu yah?"

     "Ya bisalah, namanya dibius trus ditelanjangin, trus mau diteriakin orang gila dan dibilang akan berbuat cabul"

     "Oh, begitu!"

     "Ya begitu.. yang penting aku selamat dan dalam keadaan sehat pah"

     "Iya, lain kali kamu harus hati-hati dengan dia. Jangan mau diajak kemanapun dengan alasan apapun"

     "Iya pah.. besok-besok tobat dah, enggak mau lagi berhubungan dengan dia. Tapi yang aku khawatirin malah dengan Dinda, takut Dinda yang di apa-apain oleh Citra"

     "Oh, iya.. bener tuh, kamu harus cerita dengan Dinda.. biar dia bisa jaga diri"

     "Jangan.. jangan ada yang boleh cerita sama Dinda tentang kejadian ini."

     "Kenapa emang?"

     "Aku malu lah"

     "Kenapa harus malu, aku rasa mendingan kakak jujur.. biar kedepannya tidak ada masalah apapun"

     "Pokoknya jangan ada yang cerita yah.. pokoknya jangan.. titik!"

Selesai makan aku langsung menuju kamarku, aku ngobrol dengan Dinda lewat WhatsApp. 
Waktu berjalan dengan sempurna dan begitu cepatnya.
Hari yang dinanti itu tiba. Aku menikah dengan Dinda, Dinda terlihat sangat cantik. Ijab kabulpun berjalan dengan baik dan lancar begitupun dengan acara resepsi. (KK)

--- DH ---

# SELESAI #

Nantikan kelanjutannya dengan judul CINTA BAHTERA RUMAH TANGGA


     

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...