Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 25 Januari 2019

Perjalanan Cinta Setengah Abad

Beberapa hari yang lalu, aku resmi telah menjadi istri sahnya Pak Hanafi. Adalah keputusan yang sulit dan sangat berat untuk aku ambil saat memutuskan menjadi pendamping hidup Pak Hanafi. Aku yang terpaut umur yang sangat jauh yaitu sekitar 55 tahun, serta perbedaan kekayaan yang membuat aku berfikir 2x untuk bisa menerima pinangan dari Pak Hanafi. Belum lagi omongan dari tetangga, teman bahkan saudara yang mempermasalahkan aku mau menikah dengan Pak Hanafi. Aku juga berfikir bahwa aku masih sangat muda dan cantik, tak mungkin para laki-laki muda tak mau dengan diriku.
Berjalannya waktu, banyak berfikir serta berembuk dengan keluarga, akhirnya aku terima lamaran darinya. Perkataan Pak Hanafi ada benarnya juga menurutku sehingga aku mengatakan Ya padanya.
Pak Hanafi adalah sosok yang bersahaja, murah senyum, ramah dan sangat pintar mengelola bisnis, bisa dikatakan dia adalah orang yang sangat energik dalam bekerja. Dia juga sangat dermawan  kepada semua orang.
Jujur awal berada dalam satu kamar dengan Pak Hanafi membuatku gugup dan sangat canggung, karena aku takut karakter Pak Hanafi yang berbeda dengan pandanganku di luar sana. Namun yang ku rasakan adalah sama, Pak Hanafi di luar dan saat berdua bersamaku adalah sama, dia benar-benar orang baik. Malam setelah menikah kami berdua berbicara dan berbagi cerita

     "Bella.."

     "Iya Pak.."

     "Jangan panggil saya pak lagi yah.. kamu harus memanggil saya dengan nama saja, biar gak kaku"

     "Iya Hanafi"

     "Nah gitu dong.. baru bagus.. kan enak kita kayak seumuran yah!"
     "Bel, saya tahu sangat sulit kamu menerima saya untuk menjadi suami kamu. Jika kamu tidak mau tidur di sisiku, gak papa kok Bel.. saya gak akan maksa"

     "Iya pak, aku akan lakukan apa yang bapak mau, karena kan Bapak sudah menjadi imam aku. Untuk tidur.. aku akan melakukan tugas ku sebagai istri. Saat ini.. aku kan sudah sah menjadi istri Bapak.. mau gak mau aku akan melaksanakan kewajibanku sebagai istri. Ini adalah keputusanku Han.. aku juga akan menghormati ketentuan agama kita."

     "Terima kasih ya Bel.. tapi kamu masih bilang Bapak terus tuh.. mungkin belum terbiasa kali yah atau kamu sungkan sama saya! ya sudah gak papa.. tar juga terbiasa"

     "Iya Hanafi maaf"

Sebulan sudah terlewati, tak terasa.. karena memang tak ada yang berubah dari kebiasaanku di rumah tersebut. Sejak awal masuk aku memang selalu melayani Bapak, yang berubah hanya status ku saja di rumah tersebut. Tetapi ke akrabanku dengan karyawan yang lain masih seperti dahulu.
Tiga bulan setelah menikah, Hanafi sudah mulai mengajari ku mengenai bisnis yang dia geluti dan dia mengajakku ke kantor untuk memperkenalkan aku ke karyawannya. Hingga aku harus belajar cara berpakaian yang pantas serta berbicara yang baik. Hanafi terus menyuruhku untuk kursus kepribadian, kursus Bahasa Inggris dan kursus komputer. Pelan-pelan dia mengajariku semuanya hingga aku disuruhnya melanjutkan pendidikanku ke bangku kuliah.
Awal tahun, aku mulai mendaftar ke universitas swasta terbaik di Jakarta, aku mengambil jurusan Ekonomi Akuntansi. Bahkan setelah lulus S1 aku sudah diarahkan untuk lanjut mengambil S2 jurusan Manajemen Bisnis. Hanafi ingin aku cepat menguasai semua dan mengambil alih usahanya, agar dia bisa beristirahat di rumah.
Enam bulan lamanya aku berada di dalam lingkungan perusahaannya. Aku sudah banyak menenal dan mengetahui semuanya. Hanafi mulai sering beristirahat di rumah.
Hanafi adalah sosok humoris dan sangat suka dengan alam. Hanafi akhir-akhir ini banyak menanam pohon buah di halaman belakang rumah yang masih luas dan belum rindang dengan pepohonan. Hanafi sangat asik dengan kegiatannya bersama tukang kebun. Sesekali dia beristirahat sambil minum dan makan-makanan ringan yang disajikan pembantu di atas tikar yang dibentang di atas rerumputan di bawah pohon mangga harumanis.
Aku yang selalu pergi pagi dan pulang malam, mulai jauh darinya, namun Hanafi sangat senang melihat keadaan seperti ini. Karena inilah harapan dia selama ini. Saat aku pulang Hanfi biasanya sudah tertidur di atas tempat tidurnya, aku pun tak berani membangunkannya.
Sesekali di saat hari sabtu aku pergi berlibur dengannya ke Villa Hanafi di kawasan Cisarua, Puncak. Dengan membawa supir dan satu pembantu, kami berempat pergi ke villa. Pagi itu kami pergi dari rumah, pembantu dan sopir duduk di depan sedangkan kami di belakang. Saat di perjalanan Hanafi banyak memberi tahu aku mengenai pemmandangan yang kami lihat serta dia banyak membandingkan keadaan sekarang di puncak dengan saat waktu dulu. Perjalanan memakan waktu 3 jam lamanya, sampai di sana aku langsung tiduran di kamar.

     "Capek ya Bel.."

     "Enggak Han, cuma pengen istirahat sambil tiduran saja"

     "Mungkin kamu tidak merasa letih saat aktifitas kamu dari senin sampai jum'at, nah saat di sini, karena udaranya sejuk kamu mulai berasa tuh"

     "Iya juga kali ya.. Hanafi mau aku pijitin?"

     "Gak usah Bel, aku mau ke belakang liat ikan-ikan trus abis itu kita bakar ikan dan jagung yah. Pak Rahmat dan Sari sedang menyiapkan semuanya di belakang"

     "Iya .. hati-hati yah Han, awas kolamnya licin.."

     "Iya Bel.. terima kasih"

Terbangun dari tidurku, aku langsung melihat jam, ternyata sudah jam 5 sore. Aku segera Sholat kemudian menuju halaman belakang untuk menemui suamiku. Ternyata dia sudah asik makan ikan bakar di tepi kolam. Aku juga melihat Sari dan Pak Rahmat sedang asik membakar ikan dan jagung sambil mencicipi apa yang mereka sudah di bakar.

     "Sini Bel.. makan jagung" kata Sari

     "Iya Sar"

     "Han, asik bener makannya"

     "Kamu sudah bangun Bel, sini makan bareng saya"

Akupun makan bareng bersama Hanafi, aku makan sepiring bersama dengan minum teh manis hangat, namun tidak hangat lagi.. mungkin karena udaranya yang sangat dingin hingga teh panaspun jadi cepat adem.

 Hasil carian imej untuk ‪villa cisarua bogor pemandangan gunung‬‏

Kami di sana saling bercanda dan melemparkan celotehan-celotehan yang lucu-lucu, untungnya Hanafi bisa larut dalam suasana itu. Aku tidak melihat batasan antara kami dan karyawan Hanafi. Memasuki malam usai sholat magrib kami meneruskan makanannya di dalam rumah sambil menonton film DVD di ruang tengah. Semakin larut malam, hingga kami tinggal berdua (aku dan Hanafi) di ruang tengah, aku melihat Hanafi sangat bahagia saat ini.. aku yang mengelus kulit wajahnya yang sudah sedikit keriput dan rambutnya yang hampir semua sudah memutih namun tubuhnya selalu harum seperti anak muda, aku selalu merasa nyaman jika bersamanya. Hingga akhirnya kami tertidur berdua di sana.
Minggu pagi kami berdua joging berkeliling kampung, Hanafi terlihat sangat segar dan semangat. Kami berjalan tidak begitu jauh karena mengingat kondisi bapak. Walau sesekali kami beristirahat di atas bebatuan yang berada pinggir jalan kemudian terakhir kami mampr ke warung sunda, hanya sekedar makan gorengan dan minum bandrek atau sekuteng. Ternyata di dalam warung, banyak yang mengenal bapak hingga pemilik warungpun kenal dengan beliau.
Dalam perjalanan pulang Hanafi banyak bercerita mengenai perkampungan yang berada di sekitar villanya.

     "Di sini, hampir rata-rata orang mengenal saya.. walau saya tidak mempunyai kebun di sini atau usaha di perkampungan ini. Mereka mengenalku karena memiliki villa yang luas dan bentuk bangunan villa yang unik serta mereka mengenalku pengusaha sukses di Jakarta"

     "Oh, begitu pak. Tapi yang saya dengar tadi orang-orang berbicara tentang Bapak.. kata mereka bapak sangat dermawan dan sering membantu warga sini yang kesusahan. Sehingga warga sini saling berebut untuk menjaga villa Bapak. Saya pun tak heran melihat Villanya yang selalu rapi dan tidak ada semak-semak tinggi yang tumbuh di dalamnya, karena saya yakin warga yang membantu Bapak.. Kan!"

     "Iya ada banyak warga yang merasa saya bantu, karena saya tidak mau diberikan imbalan dan ikhlas hanya mau menolong, maka mereka yang menawarkan diri langsung dan berjanji kepada saya untuk membantu merawat villa, membersihkannya dan menjaganya dari tangan-tangan jahil. Alhamdulillah Bel, mereka memegang janji. Nih Bel, pernah waktu itu ada peristiwa keributan di Villa saya, ternyata mereka bertengkar karena berebut ingin membersihkan Villa saya, hingga akhirnya saya menengahinya dan berkata 'Kan kalian bisa atur waktunya bergantian, entah itu saling bergantian seminggu sekali atau sebulan sekali' dan akhirnya mereka mengerti"

     "Hebat yah mereka, jadi aku gak perlu takut jika berada di sini"

     "Coba Bel.. semalamkan makanan masih banyak sekali yang tersisa.. karena ada mereka jadi gak terbuang percuma kan"

     "Iya Han, sebelum aku tidur, aku dengar mereka bercerita di luar, kayaknya mereka banyak sekali jumlah orangnya yah?"

     "Ya begitulah, kalau saya ke sini mereka beramai-ramai juga ke sini"

Minggu siang kami mulai berkemas usai makan siang, banyak pelajaran yang ku dapat saat di Puncak dan aku semakin kagum dengan sosok Hanafi suamiku.
Senin pagi, aku merasa gak enak badan, Hanafi sangat khawatir dengan keadaanku hingga aku disuruhnya segera ke dokter. Namun aku bersikeras untuk tetap istirahat di rumah saja. Semua meeting hari ini pun aku batalkan. Cukup minum obat warung dan  makan soto mie, aku meresa enakan. Memang aku merasa kecapean aja dan pengen makan-makanan berkuah yang panas.
Hanafi terus bersamaku di dalam kamar, kami berdua bercerita di kamar, makan pun aku lakukan dikamar sambil menonton televisi. Aku senang Hanafi sangat peduli dengan ku, aku sangat diperhatikan olehnya bahkan dia menyuapi ku makan dan juga mengambilkan aku minum air putih hangat.
Keesokan hari saat aku akan berangkat ke kantor, Hanafi menahanku.. dia menyarankanku untuk istrirahat dahulu.. 'mau seminggu gak ke kantor juga gak papa.. kan aku bisa suruh karyawan lain mengerjakan', itu katanya. Akhirnya di hari itu aku menghabiskan waktu berdua dengannya. Kami menonton film DVD sambil makan-makanan ringan di ruang keluarga.
Hanafi adalah sosok pria idaman, tak heran bu Gita sangat mencintainya. Hanafi pun setia bersamanya hingga akhir hayatnya. Disamping itu Hanafi adalah sosok yang romantis di mataku, dia sangat perhatian kepadaku. Memang waktu Bu Gita masih ada beliau berdua terlihat sering bercanda dan pergi berdua bersama menghabiskan waktu liburan di luar kota atau hanya sekedar menginap di villanya.
Saat ulang tahun pernikahan, Hanafi memberikan ku hadiah, berkeliling Indonesia. Kami ke Bunaken dan Raja Ampat. 5 Hari aku bersamanya berada di Minahasa, aku sangat senang bisa langsung merasakan keindadahan taman laut di sana, Bunaken adalah tempat yang sangat indah cocok banget untuk para pasangan merasakan keindahan panoramanya. Setelah dari sana kami langsung terbang ke Papua Barat, di sana kami lebih lama yaitu 9 hari. Kami langsung menginap di pinggir pantai Raja Ampat. Lautnya yang tenang dan biru serta sangat jernih membuatku betah berlama-lama berada di pinggir pantai. Ini adalah pengalaman ku yang sangat berharga dan tak kan terlupakan.


 Hasil carian imej untuk ‪resort bunaken‬‏
 Tempat ku menginap di Pulau Bunaken

Hasil carian imej untuk ‪resort raja ampat‬‏
 Penginapan di Raja Ampat

Sepulangnya kami dari Raja Ampat, ketika sampai di Jakarta.. kondisi kesehatan Hanafi menurun. Dari bandara kami langsung ke rumah sakit terdekat. Dan benar saja, Hanafi harus di rawat, karena terlalu lemah fisiknya, mungkin dia terlalu kecapean. 20 Hari aku menemaninya di rumah sakit, Hanafi tetap tidak ada perubahan, aku ingat sekali saat itu hari jum'at pagi, dia memintaku membelikan bubur ayam di tempat langganannya, hingga aku menyuruh sopir segera membelikan bubur tersebut. Karena tempatnya agak jauh, butuh 2 jam perjalanan bubur tersebut bisa sampai ke rumah sakit. Saat aku terima.. bubur sudah adem dan dingin namun Hanafi tetap ingin memakannya. Ternyata bubur tersebut habis olehnya.
Siang itu di hari yang sama, Hanafi sudah banyak berpesan kepada saya. Semua keluarganya sudah datang semua. Dan ada firasat berbeda dari perkataannya. Bahkan dia sudah menitip pesan untuk di kuburkan di sebelah mendiang istrinya (Gita). Aku sangat sedih mendengarkan semua perkataannya. Benar saja pukul 13.10 Hanafi menghembuskan nafas terakhir. Ku panggil dokter untuk bisa membantunya, namun dokter juga sudah menyerah.
Hanafi dimakamkan hari jum'at sore pukul 17.30, kuburannya berada di sebelah kanan dari istrinya. Aku pasrah dengan semuanya, terlebih lagi saat aku melihat di meninggal dengan tersenyum tadi. Rasanya seperti, dia sudah melepaskan beban yang sangat berat. Teringat kenangan-kenangan terakhir bersamanya saat di Sulawesi dan Papua.
Selamat jalan Pak Hanafi.. suamiku tercinta.. Aku akan menjaga amanat darimu selalu.. (KK)

-- DH --

Jumat, 18 Januari 2019

Cinta Setengah Abad

Aku seorang wanita yang baru lulus sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas), saat ini aku bingung harus bagaimana, cari kerja susah, mau meneruskan kuliah tidak ada biaya atau seperti kebanyakan teman-temanku yang langsung menikah agar tidak memikirkan lagi bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, yang dia lakukan hanya meminta uang kepada suami dan mengerjakan kerjaan rumah tangga. Ini lah dilema ku yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Saat aku mulai melakukan lamaran kerja ke berbagai perusahaan, kebanyakan mereka menanyakan keahlian yang aku punya, bisa komputer atau bahasa Inggris.
Hingga akhirnya aku hanya bisa bekerja di sebuah toko kecil di daerah Depok. Aku bekerja sebagai pelayan toko pakaian, dengan gaji tak seberapa. Ya kalau dibilang.. ini sebagai mengisi waktu luang saja atau dari pada di rumah gak ada kegiatan, karena memang gaji yang saya dapatkan hanya cukup buat ongkos dan makan saja. Sudah 6 bulan aku bekerja disana, bos ku sebagai pemilik toko sangat senang dengan hasil kerjaku. Menurut bos ku aku cantik dan selalu tersenyum kepada pelanggan serta sangat semangat menawarkan barang dagangan di toko. Akupun sangat betah bekerja di sana karena teman-teman di sekitar toko sangat baik dan saat bos ku marah, dia menegurku dengan ucapan dan perkataan yang baik bahkan cenderung mengarahkan aku, sehingga aku bisa belajar banyak darinya.
Saat ini banyak orang yang dekat dengan ku, bahkan sangat perhatian dengan ku. Mulai dari Pria usia muda sampai tua, bahkan duda yang mengejarku juga ada. Mungkin mereka tahu kalau aku belum punya pacar dan karena aku orangnya supel (mudah bergaul dengan siapa pun). Aku orangnya bukan pemilih namun aku adalah seorang penilai, karena sampai saat ini aku melihat, semua pria yang mendekatiku hanya melihat kecantikan ku saja, tak ada yang benar-benar tulus sayang kepadaku.
Siang itu, ada seorang pria tua berjalan dengan istrinya berbelanja di Mall tempat toko ku berada. Saat dia melintasi toko ku dia terjatuh di depan toko, dengan sigap aku papah dia berdiri bersama istrinya, memang saat itu pria tua yang aku papah masih dalam keadaan sadar dan bisa sedikit berjalan. Sesampainya di mobil dengan cepat sang sopir tancap gas menuju rumah sakit terdekat, akupun kembali ke toko tempatku bekerja.
Sebulan setelah kejadian itu ada sepasang suami istri yang datang ke toko dan mencariku. Ternyata beliau adalah pria tua yang aku tolong sebulan yang lalu saat jatuh di depan tokoku. Waktu itu tepat siang hari, aku diajak mereka makan siang bersama. Saat itu mereka hanya ingin mengatakan ucapan terima kasih karena waktu itu telah membantu menolongnya, walau waktu itu banyak laki-laki, namun aku dengan sigap ikhlas membantu beliau. Usai makan aku ditawari mereka bekerja di rumahnya untuk menjadi asisten rumah tangga. 

     "Bella, kalau kamu berkenan.. kamu boleh kerja di rumah saya!"

     "Di mana lokasi rumah Bapak?"

     "Pesona Kayangan Depok"

     "Memang Bapak gak punya asisten rumah tangga sekarang di rumah Bapak?"

     "Ada, tapi saya rasanya butuh 1 lagi untuk urusin istri saya ini dan juga saya jika dibutuhkan"

     "Iya, kamu bisa bantu Ibu dan Bapak.. mau kan?" ibunya berkata

     "Tugas kamu siapkan makanan dan obat untuk kita serta jagain kita.. itu saja. Saya akan gaji kamu sebesar UMR kota Depok" Bapak berkata

     "Iya Pak.. saya mau.. tapi saya bilang ke bos saya dulu yah dan saya butuh waktu untuk keluar dari toko juga"

     "Oke.. kami tunggu yah.. ini nomor Telepon saya" bapak berkata

     "Terima kasih banyak ya Pak.. Bu!" aku berkata sambil melihat ke arah mereka

Aku pun kembali ke toko dengan sebungkus makanan, yang ku bawa dari pemberian bapak dan ibu tadi untuk temanku yang sedang menjaga toko. Di toko kami selalu bergantian jaga saat makan, kecuali kami makan di toko, kami pasti makan bersama. 
Saat Bos aku datang aku langsung mengutarakan niatku untuk berhenti bekerja darinya. Alasanku ingin menjaga orang tua, agar aku diperbolehkan berhenti kerja. Rasa tidak enak untuk mengatakan berhenti kerja itu timbul dalam hatiku, karena bos ku sangat baik denganku bahkan kami di toko seperti keluarga sendiri.
Akhirnya tepat di penghujung bulan Januari aku berhenti bekerja dan langsung mendatangi rumah Bapak Hanafi di Perumahan Pesona Kayangan. Ternyata tidak susah mencari alamat yang diberikan Pak Hanafi saat aku menelopon beliau tadi.
Masuk ke dalam rumahnya yang sangat besar dan megah membuat ku takjub. Dari depan terlihat ada satpam yang menjaga di rumah mulai masuk ke dalam pekarangan yang luas, aku melihat suasanannya sangat sepi sekali. Satpam rumah mengantarkanku ke ruang tamu disana sudah berdiri 3 orang. Bapak memperkenalkan ku kepada semuanya.

     "Ini adalah Bella, asisten saya yang mengurusi makan, minum dan obat-obatan saya"
     "Bella ini adalah tukang kebun.. Bapak Rahmat, di sebelahnya Sari yang mengurusi kebersihan rumah dan sebelahnya lagi Dinda yang mengurusi pakaian kami dan terakhir Satpam rumah bernama Bapak Mardi. Mereka sudah lama ikut saya jadi saya harap kamu bisa belajar dan banyak bertanya dengan mereka jika ada sesuatu yang tidak kamu ketahui atau perlu kamu tanyakan. Di sini saya berharap kalian bisa bekerja sama dan saling mengisi jika ada yang sakit."

    "Iya pak" jawab saya

Setelah semuanya bubar dan kembali kepekerjaannya masing-masing, ibu banyak bercerita kepada saya bahwa bapak memiliki perusahaan besar di Jakarta. Semua diurus beliau dari rumah saja, ya paling sesekali bapak pergi ke kantor untuk meeting dengan karyawannya. Bahkan terkadang jika bapak malas ke kantor bapak memanggil beberapa karyawannya untuk meeting di rumah saja. Memang aku melihat ada ruang yang begitu besar di lantai 2, di sebelah ruang kerja bapak, yang ternyata itu adalah ruang pertemuan untuk berbicara dengan karyawannya atau rekan bisnisnya.
Ibu juga bercerita bahwa usahanya di rintis sejak lama dan dari bawah atau bisa dikata dari nol. sayang sudah 50 tahun mereka bersama, mereka belum diberikan keturunan. Walau begitu mereka terlihat sangat bahagia dan selalu tersenyum.

Imej yang berkaitan
Tak terasa seminggu sudah aku berada di lingkungan rumah tersebut, bapak ibu menganggap kami semua bagian dari keluarganya. Yang aku kagum dari mereka juga dalam hal makanan, mereka selalu menyiapkan makanan terbaik dan makanan yang tersaji adalah untuk Bapak ibu serta kita semua, begitupun dengan isi kulkas dan lemari, bapak ibu tidak pernah melarang siapapun untuk mengambil dan memakan serta meminumnya. Hanya saja kami semua segan dan tau diri. 
Saat keluar rumah, jika bapak ibu keluar bersama pasti saya selalu disuruh ikut serta. Kecuali jika bapak sendiri atau ibu sendiri, aku akan ikut petunjuk saja disuruh ikut siapa. Aku sangat senang bekerja dengan lingkungan yang sangat kekeluargaan seperti ini.
Tiga bulan sudah aku bekerja di rumah ini, kita semua seperti satu keluarga. Malam itu Ibu Gita (Istri Pak Hanafi), jatuh pingsan saat menonton televisi di ruang tengah. Sopir segera melarikannya ke Rumah sakit Mitra Keluarga, aku menemani ibu sedangkan bapak saat itu masih belum pulang dari kantor. Sesampainya di rumah sakit ibu sudah tidak sadarkan diri dan kondisinya sangat lemas. Saat di reservasi di ruang UGD, hanya aku yang menjelaskan kondisi ibu saat akan di bawa ke rumah sakit. 2 Jam kemudian Pak Hanafi datang dan langsung meminta penjelasan dari dokter dan juga aku. Aku melihat kekhawatiran di raut wajah bapak, terlihat rasa cintanya yang sangat tinggi kepada istrinya yang terbaring tak berdaya.
Pagi harinya ibu masuk ke ruang perawatan, aku menunggui beliau hingga akhirnya beliau sadar saat sore hari. Terlihat ibu masih lemah saat berbicara, baru kali ini aku melihat ibu sangat lemah. Bapak yang berada di luar segera aku panggil ke dalam, aku meninggalkan mereka berdua dan pergi sholat maghrib serta makan malam di kantin rumah sakit. Saat kembali, aku melihat bapak menangis di depan pintu kamar di dampingi oleh beberapa karyawan dan keluarga dari bapak dan ibu. Saat sampai di depan bapak..

     "Ibu sudah tidak ada (Meninggal).. maafkan segala kesalahan ibu ya Bel!"

     "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali)"
     "Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa ibu dan menerima segala amal ibadahnya, serta di tempatkan disisi Allah dengan sebaik-baiknya, dilapangkan dan di terangi kuburnya.. Aamiin"
     
     "Aamiin.. terima kasih ya Bel"

Aku melihat pihak keluarga Ibu dan Bapak berperan aktif dalam pengurusan jenazah di rumah sakit bahkan sampai selesai dimakamkan.
Bapak terlihat sangat terpukul kehilangan istri yang dicintai, 51 tahun sudah mereka mengarungi bahtera rumah tangga, suka duka di jalani bersama. Saat ini bapak banyak diam, suasana rumah semakin sepi dibuatnya.
Butuh 3 bulan lamanya, bapak kembali ceria seperti sedia kala. Bapak sudah mulai beraktifitas seperti dahulu. Aku saat ini sering mendampingi bapak kemanapun, bapak pernah berkata..

     "Bel, banyak sekali harta yang aku punya.. buat siapakah semua ini yah! sekian lama kami membangun bisnis dan akhirnya bisa sukses seperti ini. Saat nanti saya menyusul ibu.. saya tidak akan membawa apa-apa kecuali hanya kain kafan yang tidak seberapa harganya"

     "Iya pak.. semua itu titipan Allah.. atau mungkin bapak bisa sumbangkan ke badan amal atau ke masjid"

     "Ya Bel.. terima kasih yah"
     "Dulu saya pikir, saya akan meninggal lebih dulu dibanding ibu.. karena saya sudah sakit-sakitan.. Tapi Allah berkata lain" 

     "Iya pak"

Aku melihat saat ini Bapak lebih banyak fokus ibadah dan berfikir keras mengenai hartanya yang sekian banyak akan di kemanakan.
Setahun berlalu.. kondisi bapak semakin lemah, bapak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah serta berbaring di kamar, saat itu bapak memanggilku dan ingin mengatakan sesuatu..

     "Bella.. aku menganggap kamu seperti anakku sendiri.. ingin rasanya aku memelukmu namun kita bukan muhrim. Bel, setahun sudah aku berfikir keras untuk apa harta yang aku punya ini, keturunan aku tidak punya, istri sudah tiada. Jangan sampai ini hanya jadi perebutan diantara keluargaku saja. Pernah terpikir untuk mencari wanita untuk ku jadikan istri namun aku tak pernah mendapatkan sosoknya di kantor bahkan di manapun. Bel, kalau saya meminta kamu untuk menjadi istriku apakah kamu bersedia?"

     "Bagaimana ya pak!"

     "Aku mempunyai maksud bukan sebagai istri secara biologis, namun lebih sebagai ikatan saja karena kamu bisa memiliki hartaku semua ini dengan cara tersebut, agar tidak menjadi pertengkaran di antara keluarga ku dan istriku. Mungkin umurku sudah tidak lama lagi Bel. Mau gak mau kamu harus memutuskan sekarang ini juga. Saya berharap kamu mau dan sudi menerima dan membantuku."

     "Aku izin ke orang tuaku dahulu ya pak.. bagaimanapun restu orang tua adalah segalanya"

     "Iya Bel gak apa-apa, saya tunggu kabar baiknya"

Keesokan harinya saya pergi ke rumah orang tua saya dengan diantar sopir, karena bapak yang suruh saya pakai mobil. Sesampainya di rumah saya ceritakan semua yang terjadi di keluarga Pak Hanafi sampai akhirnya saya minta izin untuk menikah dengan Pak Hanafi. Alhamdulillah orang tua merestuinya.
Seminggu kemudian Pak Hanafi dan keluarganya datang ke keluargaku untuk melamarku secara resmi. Seperti lamaran biasanya mereka tetap membawa banyak makanan dan buahan dan kamipun membalasnya demikian. Walau memang semua sudah di siapkan Pak Hanafi. Saat ini usiaku menginjak umur 21 tahun sedangkan Pak Hanafi berumur 76 tahun. Saat acara berlangsung, aku masih banyak mendengar perkataan miring mengenai aku, namun bapak menenangkan aku. Dalam hatiku 'semoga pernikahan ini ladang amal dan ibadah untuk ku dan Pak Hanafi serta orang tuaku'.
Acara berlangsung dengan baik dan lancar, dari pertemuan ini didapati untuk tanggal pernikahan kami akan diselenggarakan dalam 1 bulan kedepan dan resepsi dilaksanakan di Hotel bintang 5 di daerah Jakarta Pusat dengan akad nikah di Masjid Istiqlal. Selesai acara pak Hanafi langsung berpamitan dan segera pulang ke rumah sedangkan aku masih tinggal di rumah orang tuaku sampai 1 bulan ke depan.
Selama itu aku hanya di rumah saja, semua keperluan menikah diurus oleh team panitia. Paling-paling mereka hanya mengukur badanku untuk membuat gaun (baju nikah), ukuran sepatu dan dekorasi yang aku inginkan, makanan serta bentuk undangan yang aku inginkan. 
Seminggu sebelum hari pernikahan, Aku dan Pak Hanafi pergi berjiarah ke makam Bu Gita. Kami berdoa sekaligus meminta restu, saat di kuburan itu terlihat kesedihan di raut muka Pak Hanafi, Aku takjub dengan cinta mereka, bahkan Pak Hanafi masih sangat cinta dengan istrinya, terlihat dari air mata yang menetes dan jatuh ke tanah. 

Imej yang berkaitan

Tak terasa hari yang dinanti tiba, acara pernikahan kami berlangsung sangat baik dan ramai. Pak Hanafi sangat sehat di hari itu dan dengan lantang mengucapkan ikrar nikah, hingga resmilah aku menjadi istri Pak Hanafi. 
Saat bersama Bapak, awalnya aku merasa kaku, kikuk atau apalah itu.. rasanya seperti bersama Bapak atau Kakek sendiri. Namun lama kelamaan aku bisa beradaptasi, karena Pak Hanafi tidak banyak menuntut banyak dariku, lagi pula selama ini aku sudah biasa mengurusi Bapak.
(KK)
    


-- DH --

Jumat, 11 Januari 2019

Harapan Cinta

Lama sudah aku menjomblo (istilah orang yang tidak ada pacar), ingin rasanya seperti teman-teman ku yang mempunyai pacar cantik, bisa jalan kemana-mana, pergi nonton, bercanda berdua. Sepi dan hampa.. sangat ku rasakan saat ini, ya paling-paling aku mengisi waktu hanya menongkrong dengan teman di dekat rumah atau jalan dengan teman kuliah, itupun cowok semua.
Dipagi itu aku jalan menuju kampus, saat memasuki halaman kampus, mataku tertancap pada sosok gadis tinggi putih mengenakan jilbab penuh. Dia berdiri tepat di depanku, berjalan melangkah ke arahku bersama kedua temannya di sisi kiri dan kanannya. Sejuk rasanya melihat sosoknya, rasanya sudah 3 semester baru kali ini aku melihat bidadari ada di kampusku ini. Waktu berlalu, hari itu aku abaikan dia, namun bayangan dirinya tak pernah lepas dalam ingatanku. Selalu terbayang olehku perjumpaan itu.
Seminggu setelah kejadian itu, sekali lagi aku melihatnya berada di kantin kampus, kulihat dia sedang memakan semangkuk bakso. Ditemani oleh salah satu temannya yang waktu itu aku lihat. Aku coba berfikir keras untuk bisa berkenalan dengannya. Aku duduk di sudut ruangan kantin dan aku menemukan caranya, akhirnya aku memesan makanan yang ada di kantin tersebut. Namun saat aku selesai memesan dan membayar makananku, aku berbalik melihat ke arah tempat dia dan temannya duduk tadi, mataku dengan keras melihat dan mencari ke sekeliling tempat, namun sosoknya tidak aku dapatkan. Dengan duduk di kursi kosong mengarah ke tempat duduk tersebut, aku menghabiskan makananku, sambil berharap dalam hati dia kembali duduk di kursi itu. Penantian tinggal penantian, sampai makanan dan minumanku habis, mataku tetap tidak bisa menangkap sosok dirinya.
Aku kembali menuju kelasku, saat pelajaran aku terus membayangi sosoknya. Aku berfikir keras bagaimana bisa berkenalan dengannya. Walau aku belum tahu di mana fakultasnya dan rumahnya, aku berharap suatu saat nanti bisa berjumpa dengan dirinya kembali.
Sebulan sudah aku tidak pernah berjumpa dengan dirinya, ingin rasanya segera berjumpa dengan dirinya dan mengetahui namanya. Tiga bulan sudah aku tidak pernah berjumpa dirinya lagi, entah harus ku cari kemana sosoknya.
Aku berjalan melangkah keluar kampus dan terus berfikir tentang dia, tak disangka aku tersandung kemudian jatuh di bahu seorang wanita yang sedang berjalan di depanku. 

     "Maaf mba, gak sengaja"

     "Kalau jalan lihat-lihat mas, masa orang segede gini ditabrak juga"

     "Iya, maaf tadi kesandung.. maaf ya"

     "Iya, gak papa.. makanya jangan mikirin saya terus yah" sambil tersenyum kecil

     "Iya.. kok tahu"

     "Itu banyak nama saya di atas kepalanya.. Hehehe" dia tertawa dengan temannya

Akupun pergi meninggalkannya, namun setelah jauh melangkah aku baru tersadar bahwa wanita yang tadi itu adalah wanita yang selama ini aku cari. Ku coba kembali lagi ke tempat tadi, namun aku tidak mengetahui kemana arah dia berjalan. Lagi-lagi aku kehilangan dirinya, benar-benar dia seperti bidadari.. yang datang kemudian hilang dalam sekejap.
Sampai di rumah aku berfikir tentang kebodohan aku saat pulang kuliah tadi, kenapa aku gak engeh dengan wanita yang ku cari selama ini. Mungkin karena aku sangat malu tadi sehingga, aku tidak berani menatapnya lama. Perkataannya pun aku masih teringat, kenapa candaannya bisa pas banget ya! namun sayang momen itu tidak bisa aku manfaatkan.
Kuliah ku sudah memasuki semester akhir, 2 tahun lebih aku coba mencari dan ingin mengenalnya karena dirinya masih berada diingatanku, entah kenapa sulit sekali mencari sosok dirinya di kampusku ini. Hari itu disaat aku pulang kuliah, dengan mengendarai motor aku melewati sebuah halte yang jaraknya 1 Km dari kampus, motorku berjalan pelan karena kondisi jalanan yang sangat macet. Di halte tersebut aku melihat sosok dirinya sedang berdiri seperti menunggu kendaraan di halte tersebut. Pikiranku, cepat bekerja untuk segera cari tempat kosong untuk parkir motorku dan segera ke halte bus untuk menemuinya. Sesampainya di halte aku lagi-lagi tidak mendapatkan sosok dirinya, lagi-lagi aku apes.
Sesampainya di rumah, mamaku mengajakku jalan.. aku disuruh mengantarkannya arisan di rumah temanya di daerah Pondok Labu, sebenarnya aku merasa badan letih sekali terlebih lagi memikirkan kejadian di halte tadi. Namun karena mamaku sangat memaksa, ya akhirnya aku terpaksa mengantarkannya dengan mengendarai  mobil mamaku, padahal ya mamaku itu bisa menyetir loh, hah kenapa harus aku juga yang bawa mobil. Di jalan aku agak malas-malasan dan kurang semangat karena berfikir, ngapain juga nanti di tempat teman mama.. masa nimrung dengan ibu-ibu atau hanya duduk dan tiduran di mobil aja atau bagaimana ya!
Tiba di tempat yang dituju, aku parkirkan mobil di depan rumahnya, aku di ajak masuk oleh mama dan kemudian dikenalkan oleh semua temannya yang sudah hadir. Aku hanya duduk di teras rumah sedangkan mama dan temannya mengobrol di ruang tamu. Setengah jam sudah aku berada di teras rumah, walau sambil makan makanan kecil dan buah tapi tetap saja bosan, ingin rasanya rebaan dan tidur dikursinya, tapi aku malu.. takut jadi omongan ibu-ibu dan bikin malu mama. Ya terpaksa deh aku tahan rasa ngantuk ku. Tak lama ada ojek online berhenti di depan pagar rumah, ku lihat sosok gadis turun dari motor dan masuk ke dalam rumah ini.

     "Hai.. mas cari siapa?"

     "Enggak, lagi nunggu aja.. antar mama sedang arisan di dalam"

     "Oh, gitu"

     "Kamu kuliah di Universitas Pancasila kan yah"

     "Iya, bener.. kamu yang waktu itu kesandung kan?"

     "Iya.." dalam hati ku berarti dia ingat aku

     "Aku ke dalam dulu yah, taruh tas"

     "Oke"

 Imej yang berkaitan

Dia meninggalkanku sendiri dan segera masuk ke dalam rumah lewat pintu samping. Aku berfikir "Gile juga yah, akhirnya aku langsung ditunjukkan di mana rumah gadis impianku", hatiku langsung bersemangat dibuatnya dan rasa ngantuk hilang. Lama aku menunggu berharap dia akan turun menemaniku dan mengobrol di sini. Akhirnya setelah 1 jam menunggu dia turun dan kami berkenalan serta banyak bercerita.

     "Maaf, lama menunggu"

     "Gak papa kok"

     "Tadinya mau langsung turun, tapi ada telepon masuk.. Oh, iya kita belum kenalan"

     "Nama ku Beni" aku langsung menyodorkan tanganku

     "Aku.. Priska.. Ngomong-ngomong kamu kuliah di fakultas apa?

     "Aku di Fakultas Teknik.. kalau kamu?"

     "Aku di Fakultas Ekonomi"

Kami banyak bercerita mengenai kampus dan hal lucu yang aku alami bersama dia. Dia sampai ngakak mendengarkan ceritaku. Hatiku sangat bahagia sekali bisa berkenalan dengannya, disaat tak terduga ini, bisa bercanda dan tertawa dengannya. Semoga hal ini tidak terjadi saat ini saja, tetapi aku bisa dekat dan bertemu dengannya lagi.
Hari sudah mulai sore, mamaku keluar dari dalam rumah. Semua ibu-ibu melihat kami sedang bercerita dan tertawa.

     "Waduh, kalian sudah saling kenal yah.. kayaknya enak banget ngobrolnya"

     "Gak kok.. kita baru ini kenalan.. tapi klo di kampus beberapa kali pernah ketemu"

     "Oh, gitu.. jadi kalian satu kampus yah?"

     "Iya.. satu kampus tapi beda fakultas"

     "Baru kenal tapi kayak orang sudah kenal lama yah.. ngobrolnya asik banget"

Mama mengajakku pulang, sehingga terhentilah keakrapanku dengannya.. Padahal pengen aku berlama-lama dengannya. Aku pun menyelami semua ibu-ibu dan pamit dengan Priska.
Di jalan, saat di dalam mobil.. mama yang duduk di sampingku bercerita banyak mengenai ibu-ibu arisan, namun yang paling tak bisa dilupakan adalah saat mama bercerita tentang Priska. Ternyata Priska selesai wisuda akan menikah. Dia melalui proses ta'aruf, dia baru mengenal cowoknya saat 3 bulan lalu ikut pengajian di sebuah masjid di Jakarta Selatan. Dia dikenalkan oleh guru ngaji di sana dan melalui proses panjang untuk saling kenal hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah. Selama ini ternyata dia juga tidak mempunyai pacar bahkan tidak mau pacaran kata mamanya Priska. Mamanya Priska bilang Priska gak mau pacaran karena takut dosa. Mending pacarannya setelah menikah, sesuai dengan ajaran Rosul.

 Hasil carian imej untuk ‪taaruf adalah‬‏

Mendengar penjelasan dari mamaku, hatiku menjadi galau. Bingung karena harapanku mendapatkan cintanya tamat sudah. Hanya satu keyakinanku bahwa dia belum menikah, jadi aku masih mempunyai kesempatan. Namun aku kembali berfikir, takut merusak rencana dan hubungan mereka berdua. Akhirnya lama kelamaan hatiku ikhlas menerima keadaan ini, mungkin ini sudah takdir dan akupun belum jodoh bersamanya.
6 bulan kemudian aku menemani mama dan papaku datang pada resepsi pernikahan Priska, ku lihat acaranya sangat sederhana dan juga sangat meriah. Aku bersyukur sekaligus kecewa dengan keadaan ini, kenapa dia tidak menikah dengan ku.. hingga harapan Cintaku harus terhenti.
Semoga kamu bahagia bersamanya Priska.. (KK)

-- DH --

Jumat, 04 Januari 2019

Kesempurnaan Cinta

Terlahir dari keluarga yang kaya raya membuat sifatku sangat keras dan masa bodo dengan lingkungan sekitar. setiap apapun yang aku mau orang tuaku selalu memberikannya tanpa ditanya lagi kenapa dan untuk apanya. Sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama) pergaulanku sudah sangat menyimpang, saat itu aku sering bolos sekolah dan kumpul-kumpul dengan teman-teman yang lain di mall, akupun sudah belajar merokok saat itu.
Hingga tamat SMA pergaulanku semakin menjadi, namun aku tidak memakai narkoba. Saat kuliah aku banyak menghabiskan waktu ku ke diskotik, bermain billiyard dan nongkrong di tempat makan terkemuka.


 Imej yang berkaitan
Tamat dari universitas terkemuka di Jakarta membuat aku jadi bingung harus berbuat apa, Aku yang selalu gonta - ganti pacar membuat aku sering merasa jenuh atas kehidupan ini. Banyak laki-laki yang mencintaiku hanya karena kecantikan wajahku saja dan ada juga karena aku seorang anak dari orang tua yang kaya raya. Hal itu yang aku ketahui setelah aku terkadang menguji dengan berandai-andai setelah menikah aku akan berusaha berdiri di kaki sendiri dan meninggalkan semua yang aku punya yang berasal dari keluargaku, ada juga yang aku uji dengan mengajaknya makan di pinggir jalan atau aku uji dengan menyuruhnya makan di tempat makan termahal di Jakarta dan dia yang harus membayarnya serta yang lainnya dan banyak hal lainnya.
Inilah kisah cintaku dimulai..
Berawal dari suatu malam aku pergi ke diskotik bersama 2 orang teman wanitaku. Aku pergi dengan mengendarai mobil BMW ku, dalam perjalanan tidak ada suatu apapun yang terjadi, kami bertiga masih ceria, tertawa dan bercanda. Setelah keluar dari diskotek pukul 4 pagi. Aku terkapar di tengah jalan depan diskotek, mungkin karena aku terlalu banyak minum alkohohol sedangkan temanku tidak tau harus berbuat apa dan merekapun tidak bisa membawa mobil.
Dalam kebingungan itu melintas seorang cowok memakai sarung dan teman ku mendekati cowok itu.

     "Hai, maaf mas boleh minta tolong?"

     "Minta tolong apa yah. Karena sebentar lagi azan subuh saya harus sholat"

     "Itu pak teman aku, pingsan. bisa bantu naikkan ke mobil"

Cowok tersebut mendekatiku dan dengan sedikit ragu dan bingung akhirnya dia mengangkatku ke dalam mobil. Temanku sekali lagi meminta tolong kepada cowok tersebut.

     "Mas, kami berdua tidak bisa bawa mobil, apakan mas bisa? dan bersedia mengantarkan kami pulang ke rumah?"

     "Oh, ya sudah.. mana konci mobilnya?"

Temanku memberikan konci mobilku, setelah mengambilnya dari dalam tasku. Kami akhirnya tiba di rumah 45 menit kemudian. Ku dengar papaku bingung melihat kondisiku dan menangnyakan kenapa bisa begini. Setelah Cowok tersebut menidurkanku di atas ranjang kamarku. Dia menjelaskan kepada orang tuaku.

     "Begini pak.. Tadi saat saya mau jalan pergi ke masjid untuk solat subuh, kedua temannya ini memanggil saya dan meminta bantuan. Karena Anak bapak sudah tertidur di jalanan, sehingga saya bantu angkat ke mobil dan membawanya pulang ke rumah. Untuk kenapanya bisa begini coba tanyakan kepada temannya atau anak bapak setelah sadar nanti."
     "Maaf pak ini sudah jam 5 pagi, waktu subuh sudah hampir habis, boleh saya numpang sholat di sini? apakah ada sajadah di rumah ini?"

     "Oh sajadah ada, silahkan solat dan menghadap ke arah jendela, ambil air wudlunya silahkan di kamar mandi yang ada di kamar ini"

Dengan kepala yang masih sangat pusing, aku melihatnya solat di sisiku kemudian dia pamit pulang ke rumahnya. Kulihat papa memberikan uang imbalan yang lumayan banyak namun dia tolak dan hanya mengambil uang selembar Rp 50.000 'hanya untuk ongkos taksi saja' katanya. Karena dia tidak membawa uang sama sekali.
Siang harinya aku merasa baikan dan berbicara ke dua temanku melalui telepon untuk menemui cowok yang telah menolongku semalam. Jam 23.00 aku keluar rumah menuju diskotik kemarin. Kali ini aku dan temanku hanya duduk-duduk saja sambil menunggu pagi tiba. Saat Sebelum jam 4 pagi aku bersama temanku keluar diskotik dan menunggu cowok tersebut lewat. Benar saja tidak lama menunggu diapun lewat. Temanku segera memanggilnya.

     "Hai.."

     "Oh kamu yang kemarin malam yah..?"

     "Iya, temanku mau mengucapkan terima kasih"

     "Boleh"

teman ku dan dia berjalan menuju ke arahku..

    "Hai, nama saya Muhammad" dia tidak mau berjabat tangan akan tetapi hanya menyatukan kedua telapak tangannya di depan mukanya

     "Aku Nisa ini temanku Santi dan Nabila"

     "Gimana kamu sudah enakan?"

     "Sudah"

     "Ya sudah kalau begitu, saya pamit ke masjid yah.. sudah azan. Mau ikut sholat! ayuk"

     "Iya.. terima kasih yah atas kebaikan kamu kemarin"

     "Iya sama-sama"

Segera aku masuk ke mobil dan mengajaknya naik kemudian menuju masjid yang dimaksud. Usai sholat kami ngobrol-ngobrol di pekarangan masjid (di bawah pohon sukun).

     "Kamu sholat 5 waktu selalu ke masjid Muh? Maaf saya panggil Muh aja boleh?" aku bertanya kepadanya

     "Ya gak papa pangil saja saya Muh atau Emuh.. saya pasti sholat 5 waktu di masjid kecuali memang sedang bekerja. Kamu semua beragama islam kah?"

     "Ya kami semua islam" hanya aku yang menjawab mewakili teman-temanku

     "Berarti tadi pada ikut sholat donk"

Mendengar perkataan itu kami semua terdiam dan segera pamit dari hadapannya.
Sebulan sudah dari kejadian itu, aku coba mampir ke masjid waktu itu. Ku lihat dia sedang membawakan ceramah di depan jama'ah saat usai sholat zuhur. Walau lama aku sudah tidak sholat, semalam sebelum tidur aku kembali mempelajari tata cara wudhu, sholat dan bacaannya. Siang itu aku mencoba mempraktikannnya dan setelah itu aku mendengarkan ceramah darinya.

 Hasil carian imej untuk ‪ceramah dalam masjid‬‏

Setelah selesai aku coba menegurnya dan berbincang dengannya.

     "Kamu gak kerja Muh?"

     "Saya mengajar di kampus swasta terbesar di Jakarta, saya mengajar di 5 universitas. Jadi selepas ini aku baru akan berangkat bekerja"

     "Oh, begitu. Boleh aku ikut?"

     "Boleh, tapi ke rumah saya dulu ya.."

Aku yang membawa mobil untuk menuju ke universitas tempatnya mengajar. Masuk universitas terbesar di Jakarta aku duduk di dalam kelasnya mengajar. Ku tatap caranya menagajar, aku semakin terkesima dangan cara dan sifatnya tersebut. Aku semakin kagum akan sosok dirinya. Sampai malam aku mengikuti dia dan sebelum pulang kami mampir dulu ditempat makan tenda depan Makam Pahlawan Kalibata. Aku dengannya bercerita banyak malam itu.
Hampir tiap hari aku mampir ke masjidnya dan mengatakan padanya mau belajar mengaji. Hingga akhirnya aku lupa akan dunia malam, aku tinggalkan rokok dan menghabiskan waktu di cafe atau mall. Aku mulai mengerti mengenai agama dan huruf Al qur'an, hatiku merasa nyaman dan tenang selama bersamanya, apalagi dia bisa menuntunku ke dalam kebaikan. Membaca Al Qur'an apalagi tahu artinya, membuat ku tahu semua kebaikan dan keburukan dunia.
Sekarang aku sudah menjalankan sholat 5 waktu di rumah, seisi rumah merasa heran dengan perubahanku, bahkan aku meminta izin kepada papa dan mamaku untuk mengenakan hijab. Awalnya mereka kaget dengan permintaan ku ini, karena katanya 'perubahanku sangat cepat, gak nyangka aja'.
Setelah memakai hijab, Muh banyak memujiku dan terus membimbing serta menasehatiku.

     "Kamu cantik memakai hijab, semoga ini bukan hanya untuk sementara"

     "Alhamdulillah.. aku juga berharap begitu"

Lama tidak berjalan dengan teman-teman, saat aku bertemu dengan mereka. Mereka kaget dengan penampilanku. Akupun menjelaskan ke mereka tentang aku selama ini. Ada teman-temanku yang memang acuh dan ada juga yang mendukung, bahkan ada yang mau seperti aku juga.
Setengah tahun aku mengenal Muh, tak pernah dia menyentuhku dan selalu berbicara pelan. Bahkan saat dia membawa mobilku dan ada orang sembarangan bawa kendaraan dia hanya menyebut asma Allah begitupun juga saat orang menyebrang, dia selalu memberi jalan untuk mereka.
Saat kami jalan dan makan di mall, muh terlihat capek sekali.. Dia bersandar di kursi dan banyak meminum air putih. Dia menarik nafas panjang saat akan berbicara denganku.

     "Kamu kayaknya capek sekali yah mas?"

     "Iya nih Nis.. kebanyakan mikirin kamu kayaknya"

     "Ah. mas bisa aja"

     "Iya benar.. Hati ini selalu memanggil namamu, pikiranku tak pernah berhenti membayangkan wajahmu.. keindahanmu bagai bidadari tak bersayap"
      "Nis, besok malam minggu saya mau ke rumah kamu boleh?"

     "Mau apa mas Emuh? aku pangil bapak.. mas Emuh boleh ya"

     "Waduh dah bapak.. mas pula? terserah aja.. senyamannya kamu aja"

     "Iya pak.. aku jadi gerogi begini"

     "Tuhkan.. malah manggil bapak.."

     "Hehehe"

     "Gimana, boleh kah saya main ke rumah kamu besok"

     "Kan, Bapak.. Eh bapak lagi kan tuh jadinya.. Mas Muh kan dah sering main ke rumah, ya sudah datang aja. Kayak belum pernah ke rumah aja"

     "Ya, sudah jika begitu.. besok saya datang dengan kedua orang tua dan saudara-saudara saya yah. Saya ingin melamar kamu Nis.. Maukah kamu menjadi istriku?"

     "Alhamdulillah.. beneran Mas? terima kasih ya? Aku mau banget"

     "Iya.. semoga kamu bisa menjadi istri terbaikku dan aku mau tanya ke kamu!"

     "Mengenai apa Mas? pokoknya aku akan ikuti apa yang kamu mau mas.."

     "Jika nanti kita sudah menikah, maukah kamu meninggalkan semua harta yang memang dari orang tuamu. Saya mau kita memulai dari bawah, agar tidak menjadi pembicaraan orang dan keluarga kamu. Kamu maukan hidup apa adanya, makanpun juga begitu!"

     "InsyaAlah aku siap mas"

Keesokan malamnya Mas Muhamad datang dengan orang tuanya dan seluruh keluarganya. Rumah memang sudah di hias oleh anggota keluargaku dan makanan sudah disiapkan spesial untuk acara lamaran ini. Semua dibicarakan secara rinci, begitupun dengan pelaksanaan resepsi pernikahan kelak. Semua tak ada masalah dan semua orang terlihat bergembira dan bahagia.
6 bulan kemudian kami menikah dan aku tinggal bersama suamiku di sebuah rumah kecil tipe 36 di sebuah perumahan di Depok. Rumah tersebut memang sudah dicicil suamiku sejak 6 tahun yang lalu.
Teringat masa laluku yang kelam berubah menjadi baik hingga aku sekarang sering mendampingi dia saat berceramah. Aku bahagia sekali menjadi bagian darinya. Bahagia telah berada di jalan yang benar bersamanya. (KK)

-- DH --

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...