Hari lamaran semakin dekat, semua rencana sampai dengan hari pernikahan sudak kita obrolkan berdua. Terkadang keluargapun harus dilibatkan untuk mendapatkan masukan yang baik. Bersyukur kedua belah keluarga saling dukung dan saling bantu. 3 Minggu sebelum Lamanan, keluargaku datang ke rumah Dinda. Maksudnya untuk saling kenal dulu antar keluarga dengan membawa bingkisan tanda terima kasihku telah diterima dengan baik di keluarga ini.
Alhamdulillah, semua acara berjalan baik, ditutup dengan doa, makan dan bincang-bincang antar keluarga.
"Jadi nak Adi kapan mau datang untuk lamaran?" Paman Dinda nyeletuk, karena dia baru saja datang, karena terjebak kemacetan..
"Iya Paman, rencana tanggal 26, ya kurang lebih 3 minggu lagi" aku memaklumi pertanyaan paman karena tidak mengikuti semua acara yang tadi berlangsung
"Oh, begitu.. semoga nanti acaranya bisa berjalan dengan baik dan lancar"
"Aamiin.. semoga!"
"Terus siapa saja yang akan diundang?"
"Keluarga inti saja paman.. takutnya rumahnya tidak muat juga, ya seperti sekarang ini lah orangnya kurang lebih" Jawab Dinda..
"Eh, ada Dinda!"
"Iya paman"
"Gimana.. gimana.. kamu sudah siap jadi seorang istri"
"Sudah dong paman"
"Ingat loh.. istri itu harus patuh dengan suaminya, kemana-mana harus izin, harus baik dengan kedua keluarga dan masih banyak lagi yang lainnya.. kamu harus belajar dan banyak bertanya kepada kedua orang tua kamu"
"Iya, Dinda ngerti"
"Baguslah jika begitu"
"Iya paman, ngomong-ngomong Bibi kemana?"
"Ada tadi, mungkin lagi ke belakang ambil minum"
"Paman datangkan lamaran besok?" Tanyaku..
"Insyaaallah.."
"Usahain datang ya paman"
"Iya"
"Jangan telat lagi kayak sekarang ini ya!"
"Iya lah.. Tadi paman juga berangkat agak siang, dipikir sampai 1 jam.. eh ternyata macet banget.. maafin paman ya jadi tidak bisa mengikuti semua acaranya"
"Iya paman, tidak apa-apa"
Hari sudah beranjak sore, aku dan keluargaku berpamitan untuk pulang. Kamipun menerima bingkisan dari keluarganya.
Berjalannya waktu, tidak terasa tinggal seminggu lagi aku lamaran, semua persiapan sudah selesai disiapkan hanya makanan dan buah saja yang belum dibeli.
Senin pagi Dinda SMS aku bahwa dia sudah berada di dalam bus untuk berangkat kerja. Aku yang menerima SMS-nya kala itu juga sudah berada di dalam bus.
"Kak, aku sudah di dalam bus, sekarang bus ku sudah berada di depan UI (Universitas Indonesia)"
"Iya kamu hati-hati di jalan ya!"
"Iya kak, aku kangen sama kakak"
"Iya aku juga.. nanti pulang kerja aku ke rumah kamu deh ya"
"Bener ya kak! Aku tunggu di rumah ya"
"Iya"
"Terima kasih ya kak.. aku cinta kamu"
"Iya.. aku juga sayang kamu"
Hingga waktu pulang kerjapun tiba, aku menaiki bis yang langsung menuju Depok. Sesampainya di rumah Dinda sudah jam 19.00. Aku coba SMS namun tidak ada yang dijawab, aku pikir pasti dia sedang berada di jalan, akupun mencoba untuk bersabar menunggunya, sesekali aku coba meneleponnya namun tetap juga tidak diangkat.
Jam sudah menunjuk angka 10 malam, aku dan keluarganya menjadi khawatir. Aku coba menelpon kantornya, namun tidak ada yang mengangkat, aku pikir pasti kantornya sudah tutup.
"Gimana ni nak Adi? tidak pernah Dinda sampai jam segini belum sampai rumah"
"Iya bu, saya tahu.. tadi pagi saya sudah janjian dengannya akan bertemu di rumah setelah pulang kerja. Saya yakin dia tidak akan lupa dengan janji ini. Aku takut dia kecelakaan atau diculik"
"Memang siapa yang mau culik Dinda?"
"Ya tidak tahu bu, habis dihubungi susah"
"Coba kamu cari bersama Bapak dan Adrian adik Dinda"
"Ya Bu, saya coba untuk mencari Dinda pakai mobil.. saya pinjam dulu yah mobilnya"
"Iya nak Adi, kamu saja yang bawa mobil yah, jangan Bapak!"
"Iya bu"
Kami berjalan menyusuri jalanan gelap ibu kota yang diterangi lampu jalanan seadanya. Tujuan kami pertama yaitu jalan menuju kantor Dinda, dengan jelih kami melihat kiri kanan jalan. Namun belum terlihat sosok diri Dinda di mata kami.
Kami susuri juga tempat yang kemungkinan disinggahi dia, berjam-jam mencari namun belum tampak juga hasilnya. Hari sudah mulai pagi, kami sudah lelah mencari. Tepat azan subuh, pukul 04.35 kami sampai di rumah Dinda. Aku yang sangat ngantuk dan letih beristirahat di kamar Dinda hingga pagi tiba.
Pagi itu jam 09.00 akupun sarapan di ruang makan, walau rasa lapar tidak ada namun aku paksakan untuk makan. Pada hari itu aku terpaksa cuti tidak bekerja.
Setelah berbicara perencanaan hari ini dengan papa Dinda, aku dengannya kembali ke kantor Dinda untuk menanyakan keberadaan Dinda disana, hampir 2 jam lamanya perjalanan, entah kenapa pagi itu jalanan sangat padat dan macet. Aku hanya turun sendirian sedangkan Bapak Dinda duduk menunggu di dalam mobil, dipintu masuk aku bertemu resepsionis.
"Pagi mba Andini"
"Eh, kamu pacarnya Dinda ya?"
"Iya mba! Begini mba apakah Dinda ada di kantor?"
"Belum datang mas! Emang tadi Dinda jalan dari rumah jam berapa?"
"Nah itu dia, mba Andini.. dari semalam dia tidak pulang ke rumah. Saya ingin menanyakan ke teman-temannya apakah ada yang tahu dia kemana?"
"Tunggu ya mas, saya panggilkan dulu temannya yang kemarin bersamanya.. silahkan duduk dulu mas"
"Iya, terima kasih"
Lama aku menunggu, akhirnya 2 orang temannya keluar dan berbicara kepadaku.
"Mas Adi ya?"
"Iya mba"
"Saya Resti.. ini di sebelah saya Risa"
"Oh, iya salam kenal.. saya Adi"
"Tadi mba Andini bilang ke kita katanya Dinda belum pulang semalam?"
"Iya ni, saya jadi khawatir karena telpon genggamnya tidak aktif"
"Setahu saya kemarin Dinda pulang tepat waktu (jam 17.00), katanya mas Adi mau datang ke rumahnya"
"Oh, iya benar itu.. terus dia kemana ya? Kita semua jadi pusing ni, karena bingung harus mencari kemana"
"Gini saja mas, nanti kalau kita ada kabar tentang Dinda.. kita akan segera hubungi mas Adi"
"Oh, ya sudah kalau begitu. Tolong titip pesan sama bosnya.. sampaikan izin Dinda untuk sementara waktu.. Doakan ya, semoga Dinda segera ketemu"
"Iya mas Adi"
"Terima kasih ya!"
Aku melangkah keluar kantor dan menuju mobil.
"Gimana Di? Sudah dapat info Dinda kemana?
"Belum pah, kita langsung ke kantor polisi saja ya.. untuk melaporkan kehilangan Dinda"
"Oh, ya sudah jika begitu.. lebih cepat lebih baik. Semoga Dinda dalam keadaan baik-baik saja ya!"
"Aamiin"
Aku langsung mengarahkan mobil menuju Kantor Kapolres Jakarta Utara. Sampai disana aku langsung disambut baik oleh pihak polisi yang sedang bertugas. Laporan kami diterima dan dicatat dengan lengkap. Btuh wsktu 2 jam lamanya proses pelaporan.
Hari sudah jam 2 siang. Polisi menyuruhku menunggu di tempat terakhir kali Dinda dinyatakan hilang.
Sebelum kembali ke kantor Dinda aku dan Bapak Dinda makan gado-gado dahulu yang berada sebelah ruko tempat Dinda bekerja. Kemudian setelah itu aku kembali ke kantor Dinda, untuk menemui atasan Dinda sekaligus meminta izin untuk penyelidikan hilangnya Dinda di kantor tersebut yang akan dilakukan pihak kepolisian.
Sore itu keadaan kantor menjadi heboh, begitupun dengan orang-orang yang berada di sekitar kantor tersebut. Aku melihat semua yang dilakukan kepolisian saat penyidikan. Polisi sangat hati-hati dan memeriksa seluruh CCTV yang ada dikantor serta di sekeliling area kantor.
Aku berharap hal ini bisa secepatnya terungkap.
Polisi mendekatiku saat selesai melakukan penyidikan.
"Mas Adi, kita sudah melakukan olah kejadian, mohon mas Adi bisa bersabar hingga menunggu proses ini selesai. Kami berharap kasus ini bisa secepatnya terungkap.. ya, ini mungkin seperti harapan mas Adi dan keluarga juga"
"Iya pak, kita menunggu kabar baik dari bapak khususnya dan pihak Kepolisian"
"Oke mas Adi.. ada yang mau ditanyakan lagi mungkin?"
"Untuk saat ini, kesimpulan apa yang sudah bapak peroleh?"
"Saat ini kami belum menemukan apa-apa, namun tadi dari CCTV kantor tetangga, kami ada melihat seorang wanita (ciri-cirinya seperti yang Dinda) memasuki sebuah mobil berwarna hitam, namun saya belum bisa memastikannya saat ini"
"Oh, begitu pak!.. kabarin saya jika sudah ada perkembangannya ya pak, saya berharap banyak kepada bapak Polisi untuk bisa menemukannya dalam keadaan baik-baik saja"
"Iya pak.. oke saya dan tim pamit dulu"
"Iya.. terima kasih pak"
"Siap.. mohon izin"
Bapak Dinda berusaha tegar mendengar semua penjelasan dari pihak Kepolisian. Dia terlihat sangat terpukul.
Kami kembali pulang ke Depok, menjelaskan seadanya kepada mamanya Dinda
"Gimana Dinda nak Adi"
"Sabar ya mah, Kepolisian sedang mencari keberadaannya"
"Ibu benar-benar khawatir sekali.. terus bagaimana kata temannya Dinda di kantor?"
"Iya karena dia ada janji denganku, makanya kemarin kata temannya dia pulang tepat waktu yaitu jam 5 sore"
"Berarti dia ada yang culik dong kalo begitu! Karena seharusnya jam setengah 7 malam dia sudah di rumah"
"Iya mah, harusnya begitu.. nanti di rumah aku akan coba bantu cari dan pikirkan siapa yang selama ini menjadi musuhnya?
"Iya nak, tolongin mama ya!"
"Pasti mah, aku pasti akan bantu sampai Dinda diketemukan"
"Terima kasih nak"
"Sama-sama mah.. aku pamit pulang ya mah.. papa mana ya?"
"Sebentar mama panggilkan.."
"Dia sudah tidur nak.. ya sudah kamu pulang saja, ini sudah malam.. nanti saya sampaikan jika kamu sudah pulang"
"Iya mah.. Assalamu alaikum!"
"Wa alaikum salam"
Aku berjalan menyusuri jalan yang gelap dan sepi, disepanjang jalan aku terus berfikir kira-kira siapa yang tega melakukan ini.
Sampai rumah, aku juga masih ditanyakan orang seisi rumah.
"Gimana di?"
"Ya.. polisi masih mencari keberadaanya.. bantu doa ya mah, semoga Dinda cepat diketemukan"
"Ya sudah sana mandi, trus istirahat.. sudah makan belum kamu?"
"Makan malam belum mah.. bikinin indomie yah mah!"
"Ya sudah mandi dan sholat dulu sana, entar mama bikinin"
"Oke deh" (KK)
--- DH ---