Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 26 Juni 2020

Biar Cinta Yang Memilih (Bagian 1)

Hati ini hampa tanpanya, setahun sudah aku putus darinya. Aku belum juga bisa melupakannya. Bayangan dirinya masih teringat erat di dalam pikiranku. Entah kenapa aku masih terbayang akan dirinya, padahal memang diantara kita sudah tidak ada lagi kecocokan. 
Awal berjumpa dengannya sangatlah menyenangkan. Pertemuanku di sebuah kampus yang sama di Jakarta, membuat aku kenal dengannya kemudian dekat dan kitapun berpacaran. Dia menyatakan cintanya di sebuah taman kecil, taman tersebut dikelilingi tanaman bunga yang indah dan sebuah danau cantik yang bersih. Saat itu aku berdua dengannya duduk di atas rerumputan di pinggir danau, senang sekali berada di sana selain suasananya yang tenang, pemandangannya yang indah juga semilir angin yang berhembus ke arah kita, membuat hati kita merasa nyaman. Aku menilai, Rafi adalah orang yang sangat perhatian, humoris, pengertian dan sangat bersahaja.

Taman Cattleya, 'Oase' Instagenic di Tengah Tol Kota Jakarta ...

Banyak sekali yang aku lakukan pada saat bersamanya. Yang paling sering kita lakukan adalah menonton film bioskop. Film yang biasa kita tonton adalah film percintaan. Setiap ada film percintaan yang tayang pasti kita segerakan menonton. Kita senang sekali bisa menghabiskan waktu berdua, kemudian setelah kita nonton pasti kita akan bahas ceritanya. 

     "Sayang tadi aku nilai filmnya kurang bagus juga yah, masa' akhirnya mereka berpisah dan menikah dengan orang lain"

     "Iya.. sedih ya! Sayang banget cinta mereka tidak bisa dipertahankan"

     "Iya yah padahal ceweknya cantik dan cowoknya juga ganteng tapi itu tidak cukup untuk mereka bertahan"

     "Ya iyalah Rafi, semua kan dari hati.. makanya kamu jangan sakitin hati aku!"

     "InsyaAllah aku akan menjaga kamu selamanya"

     "Yakin?"

     "Yakinlah.. apa lagi yang aku cari.. semuanya sudah ada di kamu"

     "Semoga sifatmu tidak berubah kepadaku, tetap baik seperti ini selalu"

     "Ya iya lah"

Itulah janjinya kepadaku pada saat itu. Berjalannya waktu kita semakin akrab, Rafi semakin sering main ke rumahku begitupun sesekali aku yang bermain ke rumahnya. Namun, semua kebahagiaan kami lambat laun berubah setelah orang tuanya tahu tentang aku dan tidak merestui hubungan kami karena latar belakang  keluargaku yang kurang mampu. Sedikit demi sedikit sifatnya berubah. Dia mulai membentakku, cuek kepadaku dan kita menjadi jarang bertemu.
Awalnya aku memakluminya namun lama kelamaan sifatnya buruknya semakin menjadi. Aku terkadang bingung kenapa dia bisa berubah derastis, apakah dia sengaja melakukan itu semua supaya aku dan dia bisa putus? atau dia sudah kehabisan akal, untuk bagaimana bisa pergi dari cintaku. Memang saat putus banyak sekali pertanyaan di dalam benakku, karena terus terang aku tidak percaya jika itu adalah sifat dari dia.
Akupun mulai mencari tahu bagaimana dia sebenarnya, aku mulai dengan teman-teman dekatnya yang bisa aku percaya. Akhirnya aku mendapatkan jawaban dari teman akrabnya Seno.

     "Sen, maaf aku mau bicara banyak kepada kamu"

     "Boleh.. Mau bicara mengenai apa?"

Kitapun berjalan keluar pintu kampus, di parkiran mobil kita melanjutkan pembicaraan.

     "Kita mau bicara di mana?"

     "Aku mau kita berbicara di tempat yang tidak bisa didengar orang!"

     "Dimana tuh? di bulan? Bintang? atau pelanet mana?" dia berbicara diakhiri dengan senyuman..

     "Ah, kamu mah bercanda saja!"

     "Habis dimana?.. bicara yang tidak ada orang selain kita?"

     "Di mobil gimana?"

     "Yakin? kenapa harus di mobil?"

     "Habis di mana dong? kamu masih ada kuliah tidak setelah ini?"

     "Sudah tidak ada"

     "Ya sudah kita sambil makan bakso saja yuk di daerah Pasar Minggu"

     "Oke"

Kitapun pergi menggunakan mobil Seno. Di dalam perjalanan aku mulai memancingnya bercerita.

     "Kamu masih dekat dengan Rafi?"

     "Oh kamu mau tanya mengenai Rafi? Kamu masih cinta dengannya yah?"

     "Tidak, aku takut saja Rafi tahu aku bersama kamu saat ini"

     "Oh, Rafi tadi bilang tidak masuk karena dia lagi sakit di rumah"

     "Dia sakit apa?"

     "Cuma demam biasa kok"

     "Kamu jangan cerita dengan dia yah, jika hari ini kita ketemuan"

     "Siap.. aman pokoknya"

     "Emang kamu mau bicara apa sih Dinda?"

     "Aku.. aku.. ah nanti saja deh kalau sudah sampai di tempat makan"

     "Emang apa bedanya jika di sini.. lagi pula sebentar lagi juga sampai"

     "Iya aku tuh bingung sama Rafi, sifatnya berubah banget kepadaku"

     "Berubah bagaimana?, dari penglihatanku dia biasa-biasa saja"

     "Iya dia menjadi pemarah, kurang perhatian, terus kasar kepadaku"

Bakso Titotti - Restoran Bakso

Kamipun sampai di tempat makan Bakso terkenal di Pasar Minggu. Setelah menemukan tempat duduk yang enak dan kemudian memesan bakso kamipun melanjutkan cerita.

      "Tapi dia tidak banyak cerita kepadaku, jadi apa yang harus aku ceritakan kepada kamu?"

     "3 Bulan lalu kita sudah putus Sen, karena aku sudah tidak kuat dengan nada bicaranya dan sikapnya yang kasar kepadaku"

     "Oh, begitu..! Iya Rafi juga sudah cerita bahwa dia sudah putus dari kamu"

     "Iya"

     "Setahuku, dia pernah cerita 'jika mamanya menginginkan Rafi menyelesaikan S2 terlebih dahulu baru boleh menentukan pujaan hatinya. Setelah itu dia juga harus bisa meneruskan dan memimpin perusahaan Bapaknya, itu sih"

     "Yakin hanya itu?"

     "Oh, Iya aku inget, dia pernah bilang juga bahwa 'dia bingung dengan cara apa harus putus dengan Dinda. Karena memang menurut Rafi, kamu itu adalah wanita yang sempurna yang harusnya dia miliki. Namun mamanya lah yang membuat dia harus memutuskan cintanya kepadamu"

     "Memang mamanya seperti apa sih?"

     "Mamanya adalah seorang yang tidak mau anaknya dirongrong, hingga mamanya berfikir Rafi harus dapat jodoh yang setara dan sederajat dengannya"

     "Iya itu sih aku sudah duga"

     "Terus kenapa kamu tanya aku lagi?"

     "Aku hanya bingung.. kenapa dia bisa bersikap seperti itu"

     "Setahu saya yah, jika Rafi tidak segera putus dengan kamu, maka semua warisan dari orang tuanya akan jatuh semua ke adiknya yang perempuan"

     "Oh, gitu yah.. hanya karena harta warisan!"

     "Ya.. seperti itu deh, lagi pula selama ini kan dia selalu hidup bergantung dengan orang tuanya. Makanya tidak mungkin dia tidak menuruti perkataan ibunya"

     "Iya sih, ya sudahlah, itu pilihan jalan hidupnya. Terima kasih yah sudah mau cerita denganku"

Kita pun akhirnya keluar dari tempat tersebut, namun saat berada di dalam mobil. Seno melihat Pacarnya sedang berduaan dengan seorang lelaki di pojok ruangan tempat makan tersebut.
Seno pun menghampiri mereka. Ku lihat dari dalam mobil mereka bertengkar hebat. Sampai menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.
Sekembalinya dia ke mobil, aku masih melihat mukanya yang marah. Hingga aku tidak berani menegurnya. 
Saat diperjalanan dia kemudian berbicara.

     "Maaf yah"

     "Maaf untuk apa?"

     "Iya kejadian ini.. aku sangat kecewa dengannya. Aku lihat dia tadi pegangan tangan dan bicara mesra sekali dengan laki-laki itu"

     "Ya sudah, kamu yang sabar.. mungkin dia bukan jodoh kamu.. Allah tunjukkan keburukannya sekarang supaya kamu bisa dapatkan yang terbaik"

     "Iya.. aamiin"

Aku tidak banyak bicara kepadanya karena kondisinya yang terlihat sangat kecewa dan masih marah. Sore itu dia bingung mau kemana hingga dia akhirnya mengantarkan aku pulang sampai rumah.

     "Mau mampir dulu Sen?"

     "Boleh nih? abis aku suntuk banget, tidak pengen pulang ke rumah dulu"

     "Ya, sudah masuk saja dulu"

Dia memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu pagarku. Saat masuk ke dalam rumahku, Seno ku kenalkan pada ibuku yang saat itu sedang menonton televisi dengan adik cowokku. Setelahnya kami berbicara di teras rumah. Saat itu diapun bercerita banyak tentang ceweknya. Ternyata dia berpacaran sudah sangat lama dan tidak lama lagi akan menikah. Kedua keluargapun sudah saling kenal.
Hari itu, Seno di rumahku hingga larut malam, aku sangat bersyukur saat dia meninggalkan rumahku dia sudah bisa tertawa dan tersenyum.
Sejak saat itu kami menjadi akrab dan sering bertemu serta jalan berdua. Kamipun saling mencurahkan hati jika ada masalah.
Tidak terasa aku sudah lulus kuliah, bersyukur sekali aku langsung di terima bekerja di perusahaan internasional. Aku bekerja dengan baik dan telaten hingga karirku cepat meningkat. 3 tahun aku bekerja karirku sudah di Level Manager. Aku juga senang sudah memiliki mobil sendiri dan membeli rumah di perumahan daerah Jakarta Selatan.
5 tahun aku dekat dengan Seno, kami sama-sama tidak memiliki pacar dan hebatnya kami juga tidak pernah sama-sama menyatakan cinta.
Siang itu saat aku sedang jalan dengan Seno, Rafi menelpon minta ketemuan. Kitapun bertemu di Rumah Rafi. Saat di teras rumahnya, aku melihat wajah Rafi terkejut melihatku turun dari mobil bersama Seno.

     "Hai Din, apa kabar?"

     "Baik Raf.."

     "Kamu sekarang sudah bisa menyetir mobil sendiri, hebat"

     "Iya terima kasih"

     "Itu mobil kamu? kerja di mana kamu sekarang?"

     "Iya mobil aku" sambil aku melihat mobil Toyota Altis milikku..
     "Aku kerja di Perusahaan terbesar di Jakarta"

Garasi Megah Pengusaha Penyuap Eks Dirut Garuda Tempat Berkandang ...

     "Perusahaan apa tuh"

     "Sudah reuniannya.. jadinya gua dicuekin dah" Seno berbicara memotong pembicaraan kita berdua..

     "Oh iya, ayo silahkan masuk Dinda, Seno"

Kami pun duduk dan berbincang diruang tamu. Disaat sedang asik berbincang mamanya Rafi datang menghampiri kita.

     "Oh, kamu masih dekat dengan dia Rafi?" Sambil tangan kanannya menunjuk mukaku..

     "Enggak mah" Rafi menjawab..

     "Lalu kenapa dia ada di sini sekarang?"

     "Tadi Rafi menelpon saya tante, terus saya memang sedang bersama Dinda saat itu jadinya saya ajak saja deh" jawab Seno..

     "Kamu jangan menutup-nutupi kelakuan Rafi Seno.. saya tahu kamu teman akrab anak saya. Jadi mending kamu jawab yang jujur"

     "Tante mau jawaban yang jujur? Dinda ini adalah calon istri aku, lagi pula apa salahnya dinda? Sekarang dia adalah seorang manager di perusahaan besar dan jika tante tadi sebelum masuk rumah melihat mobil yang terpakir di garasi rumah tante, itu adalah mobil milik Dinda pribadi, bukan punya kantor dia bekerja atau punya saya. Saya permisi tante, saya tidak suka tante menilai rendah calon istri saya" Seno menarik tanganku keluar rumah Rafi kemudian kami pergi dari rumah tersebut..

Di dalam mobil Seno menenangkan hatiku.

     "Jangan diambil hati perkataan mamanya Rafi yah!"

     "Enggak kok, aku biasa saja. Kenapa jadi kamu yang panik begitu?"

     "Panik bagaimana maksudnya?"

     "Ya panik!"

     "Aku tidak mau saja kamu tersakiti"

     "Serius? Terus?"

     "Terus apa sih... ???"

     "Ya terus????"

     "Oh.. itu! Aku sebenarnya sudah lama cinta dengan kamu? Setiap malam aku sering bermimpi jika aku bisa menikah dengan kamu. Hanya saja aku belum mempunyai cukup keberanian untuk mengatakannya, aku takut pertemanan kita menjadi jauh dan aku tidak bisa lagi bertemu dengan kamu. Sekarang aku pasrah jika kamu mau menjauhiku!"

     "Kok kamu bisa berfikir seperti itu?"

     "Iya karena kamu cantik, pintar, baik, soleha. Sedangkan aku hanya seorang pengusaha tambak dan berwajah pas-pasan"

     "Ah kamu bisa aja.."

Dia menepikan mobilnya kemudian memegang kedua tanganku sambil berkata 
     "maukah kamu menerima cintaku?"

     "Aduh gak usah dijawab kali yah, kamu kan bisa lihat aku seperti apa ke kamu"

     "Seperti apa? Aku tidak mengerti!"

     "Iya aku menerima cinta kamu"

      "Alhamdulillah.. terima kasih ya sayang!"

      "Sayang!!!!"

     "Eh, maaf jadi kelepasan deh.. tapi memang aku sayang banget kepadamu.. I Love U"

     "I Love u so much"

Itu menjadi awal kebahagiaan kami.. (KK)

Bersambung..

-- DH ---





  









Jumat, 19 Juni 2020

Cinta Tidak Disangka

Aku tinggal di perkampungan padat penduduk di sebuah daerah di Jakarta, memiliki banyak teman sangatlah menyenangkan. Setiap pulang sekolah aku bermain bersama teman-teman sebayaku disebuah tanah kosong di lingkungan tempat tinggalku. Bermain, berlari, tertawa, bercanda tanpa ada rasa tersinggung dan marah. Kami semua tidak pernah ada yang berkelahi semua dilalui dengan keceriaan.

Euforia Piala Dunia | ANTARA Foto

Semakin hari kita semakin dewasa, semakin ada ketertarikan dengan lawan jenis. Aku adalah seorang yang pemalu, walau di lingkunganku ada wanita yang aku taksir, aku hanya bisa diam saja dan menyimpan perasaan ini hanya di hati.
Saat ini aku sudah bekerja, setiap hari aku menggunakan transportasi umum yaitu kereta, berangkat dari stasiun Lenteng Agung hingga Gondangdia. Begitupun saat pulang, kesendirianku sangat kurasa hingga saat ini. Walau memiliki banyak teman di rumah dan begitupun dijalan akan tetapi hati ini belum juga ada yang mengisi.
Hingga umurku beranjak memasuki 30 tahun. Saat ini aku mulai resah, melihat teman seumuranku sudah pada menikah dan ada yang sudah memiliki anak. Dalam hatiku aku hanya bisa berdoa, memohon kepada Allah untuk diberikan yang terbaik. Banyak temanku yang menanyakan statusku, namun aku hanya bisa menjawab 'Doain aja yah, semoga bisa cepat menikah'.
Semakin lama aku semakin benci dan bingung harus menjawab apa ke teman-temanku. Hingga ada yang beranggapan bahwa aku penyuka sesama jenis. Jelas aku marah kepada mereka akan hal ini, karena aku sangat menyukai wanita, namun aku tidak berani mendekati mereka dan berkata 'aku sayang kamu'.

Bajaj Ngetem di Sekitar Stasiun Gondangdia Dikeluhkan ...

Hingga dihari itu suatu peristiwa terjadi, ada sebuah mobil sedan berjalan oleng kemudian berhenti di tengah jalan. Karena berhenti percis di hadapanku, akupun menghampirinya. Ternyata dia adalah wanita yang sangat cantik.

     "Hallo mba tidak apa-apa?"

     "Dada saya sakit mas, bisa tolong saya mas?"

     "Yuk saya bantu antar ke Rumah Sakit"

     "Terima kasih mas"

Dia turun dari mobil dan aku mengambil kendali. Dia duduk di sampingku sambil memegang dadanya yang sakit. Akupun melajukan mobil ke arah rumah sakit terdekat. Diperjalanan ku lihat dia semakin lemas dan pucat. Aku berusaha tidak panik dan tetap fokus, ku coba pacu kendaraan secepat mungkin di dalam kemacetan ibu kota, ku hidupkan lampu sen kiri kanan (tanda bahwa ada bahaya di dalam mobil yang aku pacu). Sampai di rumah sakit, dengan sigap dokter dan perawat menanganinya. Akupun mencoba mencari telepon selulernya, yang ternyata ada di dalam tasnya. Namun aku kesulitan membukanya karena butuh sidik jarinya. Al hasil aku tidak bisa menghubungi keluarganya dan harus menunggu dirinya selesai ditangani.
Hari itu aku tidak bekerja, sampai malam hari aku menunggunya. Hingga keluarganya pun menelpon di telepon selulernya, aku segera mengangkatnya.

     "Hallo.. Hallo.."

     "Siapa kamu?"

     "Saya Zainal bu"

     "Mana anak saya Fatin?"

     "Tadi saya menolong anak ibu, karena dadanya sakit. Saat ini saya masih menunggunya sadar di rumah sakit"

     "Rumah sakit mana?"

     "PGI Cikini"

     "Oke.. terima kasih"

Fire reported at PGI Cikini hospital ward - City - The Jakarta Post

Setelah menutup teleponnya. Satu jam kemudian keluarganya datang. Aku menjelaskan sebaik mungkin kepada keluarganya. Kemudian aku pamit dengan mereka semua sambil memberikan kunci mobil dan tas milik Fatin. 

     "Nak Zainal.. ini ucapan terima kasih dari kami.." memberikan amplop putih di tangan ke arahku..

     "Tidak usah bu.. aku ikhlas menolong Fatin" sambil menolak tangan ibu Fatin..
      "Saya pamit bu.. semoga Fatin cepat kembali pulih dan bisa beraktifitas kembali"

     "Terima kasih ya nak Zainal"

     "Sama-sama bu"

Aktifitasku berjalan seperti biasanya. Hingga 6 bulan kemudian Fatin menghampiriku saat aku berada di dalam lift. Katanya 'dia melihatku saat memasuki gedung ini. Dia pun mengejarku, syukurlah dia bisa menaiki lift yang sama dengan ku.

     "Hai, masih ingat tidak"

     "Oh, iya.. kamu Fatin ya"

      "Iya, berarti kamu masih ingat aku yah Zainal"

     "Kok, kamu tahu namaku? Gimana keadaanmu sekarang?"

     "Aku tahu karena ibuku cerita banyak mengenai kamu dan bahkan adikku sempat memfoto kamu malam itu"

      "Oh ya!.. adikmu takut aku mencuri atau ngapa-ngapain kamu ya?"

     "Iya"

Lift sudah sampai di lantaiku dan Fatin ikut turun. Kami pun melanjutkan pembicaraan di dalam kantorku setelah aku absen.

     "Kamu sudah terlihat sangat sehat sekarang"

     "Iya alhamdulillah, waktu itu aku baru sadar seminggu setelah masuk rumah sakit dan dirawat di rumah sakit sebulan lamanya"

     "Lama juga yah?"

     "Apanya yang lama?"

     "Kamu siumannya"

      "Iya kata dokter, untung saja sampai rumah sakit tidak terlambat.. karena jika tidak aku bisa dipastikan tidak ada lagi di dunia ini katanya"

     "Syukurlah"

     "Aku ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada kamu. Nanti siang aku teraktir makan ya? Boleh minta nomor telepon seluler kamu?"

     "Ah tidak usah repot. No telepon ku 081.......9

Diapun langsung berjalan terburu-buru ke kantornya, setelah melihat jam pada tangannya.
Siang itu kami bertemu kembali di rumah makan belakang kantor. Entah kenapa kami bisa cepat akrab, seperti sudah kenal lama.
Obrolan demi obrolan berlanjut melalui Whatsapp. Bahkan kita menjadi sering makan siang bersama.
2 tahun berteman aku mulai ingin menyatakan cinta kepadanya. Namun karena sifatku yang pemalu serta aku lihat dirinya begitu sempurna. Dia baik, cantik, kaya dan pintar membuat aku semakin tidak bisa berbicara cinta kepadanya. Hingga akhirnya dia mengajakku jalan saat pulang kerja diakhir pekan. Di dalam mobil dia berbicara banyak kepadaku.

     "Mas Zainal sudah punya pacar?"

     "Kok tanya seperti itu! Kenapa emang?"

     "Takut aja ada yang ngelabrakku"

     "Dari dulu aku belum pernah pacaran, aku takut kalau dekat dengan cewek apalagi harus menyatakan cinta kepadanya"

     "Masa sih.. beneran tuh? Lah ini sekarang kamu bisa dekat denganku.. bisa aja kamu.." dia berbicara sambil tertawa geli..

     "Beneran saya.. gak bohong"

Kami terdiam....

     "Saat aku terbaring lemah di rumah sakit kemarin, aku coba berfikir untuk mencarimu dan memilih kamu untuk pendamping hidupku. Ternyata kamu memang orang baik"

      "Aku bahagia jika kamu bisa mencintaiku. Aku juga cinta kamu sejak pandangan pertama"

     "Tapi entah bagaimana, apakah kamu bisa menerima aku apa adanya?"

      "Kamu adalah orang yang luar biasa, pasti akan menjadi dambaan setiap lelaki. Malahan aku yang berfikir seperti itu, akankah kamu menerima aku apa adanya?"

     "Aku sudah pikirkan baik-baik. Karena kamu adalah malaikat penolongku"

     "Ah, kamu mah berlebihan.." sambil tersenyum

Ternyata dari keluarganya juga mau menerima aku dan kedua orang tuanya sudah menganggap aku sebagai anaknya sendiri.
Perjalanan cintaku berjalan mulus tanpa hambatan. Akupun menikahinya 2 tahun kemudian. Banyak yang bilang aku beruntung bisa bersama Fatin. Yah memang akupun merasakan seperti itu. Itu lah jodoh yang Allah berikan kepadaku.
Berjalannya waktu, pernikahanku belum seterang perjalanan cintaku. Penantian panjang hingga 5 tahun lamanya, Allah belum juga memberkan keturunan. Berbagai usaha sudah kami lakukan. Hingga di tahun ke 7 kami pasrah dan dalam kepasrahan kami berdua justru kami dianugrahkan seorang anak wanita.
Namun kebahagiaanku tidak berlangsung lama, saat usia anakku 3 tahun, Fatin meninggal karena sakit. Hari itu hatiku hancur sejadi-jadinya. Setengah nafasku hilang pergi bersamanya. Satu yang masih bisa menguatkanku yaitu Tamara anakku.
Akhirnya seiring berjalannya waktu aku bisa menerima keadaan ini. (KK)

-- DH --




Jumat, 05 Juni 2020

Cara Ayah Cinta Kita

Sejak kecil hingga dewasa saat sekarang ini, aku selalu dimanja oleh ayahku. Setiap apa yang aku inginkan selalu diberikan oleh kedua orang tuaku. Sekarang disaat perusahaan ayah sudah bangkrut, aku harus belajar untuk memahami apa yang sedang terjadi.

Dijual (butuh uang) rumah sederhana, cocok untuk investasi

Kehidupanku berubah semuanya, sekarang aku harus belajar hidup sederhana. Makan dengan lauk seadanya, berpergian ke luar rumah dengan menggunakan angkutan umum. Aku coba untuk tidak mengeluh dan menjalani semuanya. Begitupun dengan kedua adikku, mereka sepertinya sangat kaget dengan keadaan ini hingga sering menangis saat melihat lauk yang tersaji hanya ada tempe/ tahu/ telur dan sayur.
Tak jarang juga aku mendengar cemo'ohan dari orang di sekitarku. Kucoba berlatih sabar dan ikhlas menghadapinya. Hingga kekasihku ikutan juga untuk pergi meninggalkanku. Disinilah cintaku diuji, awalnya aku kecewa dan sedih namun aku sadar bahwa cinta adalah kebersamaan saat suka dan duka, cinta juga yang seharusnya bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya, seharusnya cinta yang menguatkan kita dari keterpurukan hingga kembali bangkit dan bahagia. 
Ternyata setelah aku putus dengan kekasihku, disaat itu juga aku banyak yang mendekati. Semua yang mendekatiku rata-rata orang berada dan ganteng. Ada satu yang menarik hatiku, namanya Saipul, dia berpenampilan biasa namun murah senyum, ke kampus hanya dengan motor bebek lama, namun dia sangat pintar di kampus dan dermawan / sering membantu orang yang kesusahan atau kekurangan baik secara materi atau fisik.

15 Makanan Ini Bukti kalau "Surga" Ada di Abang Penjual Kaki Lima

Keceriaan dan kejujurannya yang membuat aku tertarik dengannya, dia juga sederhana dan apa adanya. Awal saat aku diajak olehnya makan di emperan jalan, aku agak canggung. Namun dia berkata.

     "Baru kali ini yah makan di pinggir jalan seperti ini?"

     "Kok tahu?"

     "Abis celingak celinguk begitu, kayak takut di lihat orang ya? Atau gengsi? Atau gak biasa? Atau apa? Hehehe" dia sedikit tertawa..

     "Iya nih, aku baru pertama kali makan seperti ini"

     "Gak apa-apa kok, hidup cuma sekali, cobain semua, biar ada pengalaman hidup. Yang penting tempatnya bersih"
     "Tapi gimana rasa makanannya? Enakkan?"

     "Iya enak"

      "Nahkan, laen kali kamu harus coba ditempat lain lagi"

Saipul orangnya apa adanya, ini yang membuat beda. dia juga sering mengajakku ke tempat-tempat wisata alam, yang kalau di bilang tidak perlu karcis masuk. Ternyata memang tempat-tempat yang dia tunjukkan sangat menarik dan tidak kalah dengan tempat-tempat rekreasi yang bayar.

Situ Cipondoh, Wisata Air Favorit Keluarga di Tangerang ...

Semakin lama, aku semakin dekat dengannya. Ketertarikanku dengannya semakin bertambah. Terlebih lagi dia tidak pernah curi-curi kesempatan kepada diriku.
Kisah cintaku berjalan mengalir seperti air, aku yang memang menunjukkan rasa suka, ternyata dilihat olehnya. Saipul pun menyatakan cintanya setelah kami sudah dekat 1 tahun lamanya. Kita jalani semuanya dengan riang, akupun mulai terbiasa dengan kebiasaannya.
Namun ganjalan tetap ada dari orang tuaku, bapakku melarang keras aku berpacaran dengan orang miskin.

     "Jika kedua orang tuamu belum bisa menerimaku sekarang ini tidak apa-apa kok. Aku akan membuktikan jika aku bisa seperti yang mereka harapkan"

     "Memang kamu mau melakukan apa?"

     "Aku akan bekerja keras dan menjadi layak untuk kamu cintai"

     "Aamiin"

Saipul adalah orang penurut, dia tidak pernah benci dengan keluargaku. Bahkan dia bertekat akan mewujudkan apa yang Bapakku katakan. Saipul juga sering berpesan untuk selalu menghormati kedua orang tua dan memahami apa maksud dari perkataan orang tua kita. Itu yang membuat aku dengannya tidak pernah bertengkar, bahkan hubunganku dengan kedua orang tuaku menjadi baik karenanya.
Benar saja, 2 tahun setelah lulus kuliah. karir Mas Saipul cepat naik, hingga saat ini dia sudah memiliki Rumah dan mobil sendiri.
Mas Saipul, terus mendekati Bapakku dan berbicara baik dengannya. Sampai akhirnya mereka berdua berteman dekat seperti saudara. Itulah Mas Saipul, dia punya banyak cara untuk membuat orang dekat dengannya.
Setahun kemudian Mas Saipul melamarku, saat itu akupun sudah bekerja di instansi pemerintahan, dan statusku sudah menjadi pegawai negeri. Selesai menikah kamipun tinggal di rumah Mas Saipul, kami membangun semuanya berdua hingga mempunyai rumah besar dan mewah.
Kedua adikkupun semua sudah bekerja menjadi Dokter dan Pengusaha Properti sukses.
Melihat anak-anaknya sukses Bapakku mengundang kita semua di rumah besar kami dahulu, rumah yang sudah kita tinggalkan 10 tahun lamanya. Awalnya aku bingung kenapa Bapakku bisa kembali membeli rumah itu. Banyak pertanyaan yang ada dibenakku.

     "Kalian kangen tidak dengan rumah ini?"

     "Iya kangen lah Pak" Jawabku

Rumah Mewah Kekinian Dengan Gaya Modern Minimalis - ARSITAG

6 Trik Untuk Mendapatkan Interior Rumah Mewah - ArsiteQ.com


     "Sebenarnya rumah ini masih milik kita, Bapak selama ini tidak bangkrut. Waktu itu bapak bingung harus bagaimana membuat kalian semua sukses, karena kalian semua cuma malas-malasan di rumah, manja dan lebih suka foya-foya. Maka Bapak bilanglah seperti itu dan tinggal di rumah Bi Inah."

     "Oh, itu rumah Bi Inah? Trus Bi inah tinggal dimana?" Tanya Adrian (adikku yang terakhir)..

     "Bi Inah tinggal di sini dong, jadi kita tukeran rumah"

     "Ah curang ni Bi Inah, dia enak-enakan disini" Jawab Adikku Angelia (yang seorang dokter)

     "Ya pokoknya, apapun itu. Bapak sekarang bangga memiliki kalian. Kalian sekarang sudah pada sukses semua dan mandiri"

     "Ya pak, terima kasih yah sudah mendidik dan membesarkan kita" aku berkata..

     "Iya, Bapak dan Ibu sayang kalian semua"

Sekarang keadaannya sudah kembali semua seperti dulu, aku bahagia melihat keceriaan terpancar dari mata-mata adik-adikku dan kedua orang tuaku. Aku bangga memiliki keluarga besarku ini. Terima kasih ya Allah sudah menjaga dan memelihara keluargaku. (KK)

-- DH --

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...