Ini adalah kisah saya, ketika saya masih di sekolah menengah. Saya mencoba kembali mengingat ke masa itu. Saat itu saya sudah punya banyak teman lelaki sejak awal sekolah. Di
sini saya akan bercerita tentang beberapa teman lelaki saya, sampai
akhirnya saya memutuskan untuk menikahi salah satu dari mereka. Banyak yang mengatakan saya energik, ramah, baik hati, manis, santai dan cerdas. Saya juga bersahabat dengan banyak orang dan patuh terhadap orang tua.
Ketika saya di kelas tujuh, saya mengenal Suhendri, dia sangat baik, ramah dan selalu tersenyum. Karakternya sangat melekat pada saya, sehingga saya ingin menjadi seperti dia, yang dikenal oleh banyak orang di sekolah saya. Hendri adalah tempat saya belajar bagaimana kita dapat memiliki banyak teman. Hebatnya, karena kedekatan saya padanya yang membuat saya dikenal semua teman-temannya. Banyak orang bilang, di mana Hendri berada, pasti ada saya. Mereka bahkan bilang saya adalah pacar Hendri.
Hendri juga menjadi terkenal di antara para cewek-cewek di sekolah. Entah bagaimana kami menjadi dekat dan selalu bersama di sekolah. Mungkin karena kita sama-sama cocok dan memiliki kesamaan karakter.
Ketika saya di kelas 9, saya punya teman lain bernama Syamsul. Dia adalah orang yang sangat baik, seorang pria kaya di sekolah saya, karena dia selalu diantar jemput dengan mobil. Ketika saya di kelas 9, saya biasa pulang dengan mobilnya. Dia
mengatakan rumahnya tetanggaan dengan saya, saya percaya padanya,
tetapi sekarang saya tahu bahwa rumahnya tidak jauh dari sekolah. Entah
kenapa waktu itu, dia
rela mengantar saya pulang sebelum kembali ke rumahnya. Apa mungkin
karena cinta!, itu semua hanya dia yang bisa menjawabnya.
Hubungan dekat saya dengan Syamsul membuat hubungan saya dengan Hendri sedikit merenggang. Sepertinya dia cemburu pada saya karena dekat dengan Syamsul. Sejujurnya, perasaan saya untuk keduanya biasa saja. Bersama
Samsul membuat uang saku saya terkumpul banyak dan dapat dikatakan
bahwa tidak pernah keluar karena dia selalu menjajaniku di kantin
sekolah dan selalu mengantar saya pulang. Jadi
uang saku saya masih tetap utuh, palingan dari saku hanya untuk ongkos
berangkat sekolah. Banyak orang yang membicarakan, jika aku cewek
materialis. Namun saya cuek saja, saya menganggap bahwa, saya tidak harus berkata apa-apa kepada siapa pun, yang penting bahwa saya tidak menyakiti banyak orang.
Ketika saya berada di sekolah saya masih dekat dengan Hendri, meskipun
hubungan saya mungkin agak canggung, tetapi saya pikir hubungan saya
masih sama. Saya pun masih tetap dekat dengan Syamsul.
Sampai lulusan Sekolah Menengah, tidak ada dari mereka yang menyatakan cinta mereka kepada saya. Meskipun saya melihat kecemburuan di antara mereka.
Di sekolah aku punya teman dekat bernama Dewi dan Nurul. Mereka adalah tempat saya bercerita dan berkeluh kesah. Mereka tahu persis bagaimana saya, dan kami pun saling menasehati.
Di sekolah aku punya teman dekat bernama Dewi dan Nurul. Mereka adalah tempat saya bercerita dan berkeluh kesah. Mereka tahu persis bagaimana saya, dan kami pun saling menasehati.
Ketika saya di kelas 10, saya punya teman baru bernama Khairul Anam. dia adalah orang pertama yang membuatku jatuh cinta dan terpikat oleh tindakannya.
Kembali ke Hendri, ia melanjutkan sekolahnya di STM (Sekolah Teknik
Menengah), mengambil jurusan teknik mesin beda halnya dengan Samsul dia
sekolah di SMEA (Sekolah Tinggi Ekonomi Atas). Kami juga terus berhubungan melalui Whatsapp sampai saya sudah menikah hari ini.
Hairul adalah orang yang sangat berbeda dengan pria lain, dia tegas, tidak cemburu, pengertian, baik dan taat. Selain Hairul, saya juga dekat dengan Agung, Robby, Dedi, Fahri dan sebagainya.
Hairul memang bukan sosok orang yang romantis, dia juga bukan seseorang yang sangat perhatian. Namun dia adalah orang yang peduli dan pengertian. Entah kenapa dia adalah sosok yang beda dimata saya, tidak seperti yang lain. Hairul adalah orang yang berpendirian dan cuek. Setahun sudah saya kenal dengannya, saya semakin kagum, cara bicaranya, kebiasaannya yang selalu membaca buku serta rajin ibadah. Hairul bukan juga seorang pemarah, terbukti ketika aku mengajaknya menonton di bioskop, walau aku telat datangnya, ya kira-kira satu jam lah, dia tidak marah dan tetap tersenyum. Saat dekat dengan saya, dia juga tidak pernah cari-cari kesempatan kepada saya.
Beda halnya dengan Fahri, dia orangnya berani dan bicaranya agak kasar, dia juga terlalu terburu-buru menyatakan cintanya kepada saya, saat saya belum mengenalnya dengan baik. Ada lagi, Anton adalah seorang yang dijodohkan oleh Dewi kepada saya, katanya dia ganteng, sopan, baik, perhatian. Padahal dekat dengan saya juga tidak, namun selalu menitip salam ke Dewi.
Adalagi Dedi, dia selalu membawa mobil sendiri saat ke sekolah, diapun selalu curi-curi pandang kepada saya, dia juga sering memberi saya cokelat. Sifatnya yang sombong yang membuat saya malas berteman dengannya.
Agung, anak motor yang selalu bangga terhadap dirinya sendiri. Suara motornya adalah yang paling berisik di sekolahan, jadi jika dia sudah datang pasti ketahuan, dari bunyi motornya, yang saya kagum darinya adalah solidaritasnya kepada teman-teman.
Terakhir Robby, pria pemalu yang selalu tersenyum saat aku lewat. Setiap aku pulang sekolah dia selalu ada, jalan tepat di belakangku.
Sebenarnya masih ada lagi Surya, Andi, Adi, Sulaiman, Taufiq, Cecep, namun saya menganggap mereka seperti teman biasa saja.
Sebenarnya di rumah saya juga ada teman cowok. Dia adalah Eka, dia teman saya sejak saat masih kecil, rumahnya yang tak jauh dari saya membuat kami akrab, saya sering bermain ke rumahnya begitupun juga dia. Dia juga bisa menjadi teman berbagi cerita yang baik. Saya tahu jika dia sayang dengan saya, namun hati ini tidak memilihnya.
Kembali ke Hairul, setelah 3 tahun kedekatan saya dengannya, dia juga belum mengatakan cintanya kepada saya, padahal saya sudah kasih kata-kata isyarat dan perhatian penuh kepadanya. Lulus-lulusan sudah dekat, saya takut sekali kehilangannya, hingga akhirnya saya mengajak bicara dia di kantin sekolah.
"Kamu akan melanjutkan kuliah Rul?"
"Iya.. kalau kamu?"
"Aku mungkin cari kerja dulu, baru lanjut kuliah. Maklum biayanya belum ada"
"Oh, begitu.. memang rencana mau kerja dimana? Jadi apa?"
"Belum tahu!"
"Oh, ya sudah.. semoga dapat pekerjaan yang baik yah"
"Rul, aku mau tanya.. ada tidak seseorang yang kamu cintai di sekolah ini?"
"Memang kenapa Tanya seperti itu?"
"Ya tanya saja, emang tidak boleh ya!"
"Ada sih, tapi ya sudah lah"
"Kok ya sudah"
"Iya, karena aku tidak mau membicarakan hal itu dulu, nanti setelah kuliah baru deh."
"Kalau boleh tahu siapa orangnya Rul?"
"Ada deh.."
"Pasti bukan aku yah?"
"??? Penting yah?"
"Penting, biar aku tahu, siapa gadis yang beruntung bisa bersama kamu"
"Gadis yang beruntung itu ya kamu"
"Kok aku?"
"Iya.. aku sudah lama menyimpan rasa itu terhadap kamu, namun aku tahan hingga saat itu tiba"
"Maksudnya?"
"Iya sampai aku tamat sekolah dulu, dan sudah ada penghasilan sendiri"
"Oh gitu"
"Sekarang kamu sudah tahu perasaanku kepada kamu! Bagaimana dengan kamu?"
"Aku juga sayang kamu"
"Alhamdulillah cintaku tidak bertepuk sebelah tangan"
"Kok ngomongnya seperti itu"
"Iya kan kamu primadona di sekolah ini, yang suka kamu banyak banget. Denger-denger kamu juga banyak pacar"
"Ah, itukan menurut kamu saja"
"Lah, emang iya kan, siapa coba yang tidak kenal Intan! Dari kelas 10 sampai 12 pasti kenal semua"
"Ah, kamu mah berlebihan, bisa aja kamu"
Sejak saat itu kami berpacaran, tidak banyak orang yang tahu di sekolah jika aku sudah berpacaran. Saat dia sudah kuliah, kami juga jarang bertemu, namun sering telepon-teleponan. Paling tidak setiap malam minggu dia main ke rumah. Saya bahagia sekali dengannya, saya pun tidak menuntut banyak dengannya. Kami sering berbagi dan saling memberi hadiah saat ulang tahun serta saling memberi semangat serta masukan yang baik. (KK)
-- DH --
Hairul adalah orang yang sangat berbeda dengan pria lain, dia tegas, tidak cemburu, pengertian, baik dan taat. Selain Hairul, saya juga dekat dengan Agung, Robby, Dedi, Fahri dan sebagainya.
Hairul memang bukan sosok orang yang romantis, dia juga bukan seseorang yang sangat perhatian. Namun dia adalah orang yang peduli dan pengertian. Entah kenapa dia adalah sosok yang beda dimata saya, tidak seperti yang lain. Hairul adalah orang yang berpendirian dan cuek. Setahun sudah saya kenal dengannya, saya semakin kagum, cara bicaranya, kebiasaannya yang selalu membaca buku serta rajin ibadah. Hairul bukan juga seorang pemarah, terbukti ketika aku mengajaknya menonton di bioskop, walau aku telat datangnya, ya kira-kira satu jam lah, dia tidak marah dan tetap tersenyum. Saat dekat dengan saya, dia juga tidak pernah cari-cari kesempatan kepada saya.
Beda halnya dengan Fahri, dia orangnya berani dan bicaranya agak kasar, dia juga terlalu terburu-buru menyatakan cintanya kepada saya, saat saya belum mengenalnya dengan baik. Ada lagi, Anton adalah seorang yang dijodohkan oleh Dewi kepada saya, katanya dia ganteng, sopan, baik, perhatian. Padahal dekat dengan saya juga tidak, namun selalu menitip salam ke Dewi.
Adalagi Dedi, dia selalu membawa mobil sendiri saat ke sekolah, diapun selalu curi-curi pandang kepada saya, dia juga sering memberi saya cokelat. Sifatnya yang sombong yang membuat saya malas berteman dengannya.
Agung, anak motor yang selalu bangga terhadap dirinya sendiri. Suara motornya adalah yang paling berisik di sekolahan, jadi jika dia sudah datang pasti ketahuan, dari bunyi motornya, yang saya kagum darinya adalah solidaritasnya kepada teman-teman.
Terakhir Robby, pria pemalu yang selalu tersenyum saat aku lewat. Setiap aku pulang sekolah dia selalu ada, jalan tepat di belakangku.
Sebenarnya masih ada lagi Surya, Andi, Adi, Sulaiman, Taufiq, Cecep, namun saya menganggap mereka seperti teman biasa saja.
Sebenarnya di rumah saya juga ada teman cowok. Dia adalah Eka, dia teman saya sejak saat masih kecil, rumahnya yang tak jauh dari saya membuat kami akrab, saya sering bermain ke rumahnya begitupun juga dia. Dia juga bisa menjadi teman berbagi cerita yang baik. Saya tahu jika dia sayang dengan saya, namun hati ini tidak memilihnya.
Kembali ke Hairul, setelah 3 tahun kedekatan saya dengannya, dia juga belum mengatakan cintanya kepada saya, padahal saya sudah kasih kata-kata isyarat dan perhatian penuh kepadanya. Lulus-lulusan sudah dekat, saya takut sekali kehilangannya, hingga akhirnya saya mengajak bicara dia di kantin sekolah.
"Kamu akan melanjutkan kuliah Rul?"
"Iya.. kalau kamu?"
"Aku mungkin cari kerja dulu, baru lanjut kuliah. Maklum biayanya belum ada"
"Oh, begitu.. memang rencana mau kerja dimana? Jadi apa?"
"Belum tahu!"
"Oh, ya sudah.. semoga dapat pekerjaan yang baik yah"
"Rul, aku mau tanya.. ada tidak seseorang yang kamu cintai di sekolah ini?"
"Memang kenapa Tanya seperti itu?"
"Ya tanya saja, emang tidak boleh ya!"
"Ada sih, tapi ya sudah lah"
"Kok ya sudah"
"Iya, karena aku tidak mau membicarakan hal itu dulu, nanti setelah kuliah baru deh."
"Kalau boleh tahu siapa orangnya Rul?"
"Ada deh.."
"Pasti bukan aku yah?"
"??? Penting yah?"
"Penting, biar aku tahu, siapa gadis yang beruntung bisa bersama kamu"
"Gadis yang beruntung itu ya kamu"
"Kok aku?"
"Iya.. aku sudah lama menyimpan rasa itu terhadap kamu, namun aku tahan hingga saat itu tiba"
"Maksudnya?"
"Iya sampai aku tamat sekolah dulu, dan sudah ada penghasilan sendiri"
"Oh gitu"
"Sekarang kamu sudah tahu perasaanku kepada kamu! Bagaimana dengan kamu?"
"Aku juga sayang kamu"
"Alhamdulillah cintaku tidak bertepuk sebelah tangan"
"Kok ngomongnya seperti itu"
"Iya kan kamu primadona di sekolah ini, yang suka kamu banyak banget. Denger-denger kamu juga banyak pacar"
"Ah, itukan menurut kamu saja"
"Lah, emang iya kan, siapa coba yang tidak kenal Intan! Dari kelas 10 sampai 12 pasti kenal semua"
"Ah, kamu mah berlebihan, bisa aja kamu"
Sejak saat itu kami berpacaran, tidak banyak orang yang tahu di sekolah jika aku sudah berpacaran. Saat dia sudah kuliah, kami juga jarang bertemu, namun sering telepon-teleponan. Paling tidak setiap malam minggu dia main ke rumah. Saya bahagia sekali dengannya, saya pun tidak menuntut banyak dengannya. Kami sering berbagi dan saling memberi hadiah saat ulang tahun serta saling memberi semangat serta masukan yang baik. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar