Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 03 April 2020

Cinta Di Hati

Mengingat kembali masa-masa pertama saat berjumpa dengannya. Kala itu dia lewat di depan rumahku, saat aku sedang membantu ibuku mengurus taman. Aku melihat gadis  itu sangatlah cantik, lewat percis di hadapanku. Saat itu dia berjalan cepat sekali, entah apa yang sedang dikejarnya. Hingga aku tidak melihat dia menuju ke arah mana.

 VIRAL MEDSOS: Foto Ini Bikin Netizen Terkecoh. Dikiranya Cewek ...

Setelah itu di atas meja makan aku hanya bisa membayangkan sosoknya tadi. Seminggu berlalu, aku kangen sekali dengan sosoknya. Dalam hati 'sepertinya aku jatuh cinta dengannya'.
Hingga pertemuan tidak sengaja aku dengannya di sebuah toko di dekat rumah. Saat itu terus terang aku gerogi, gugup dan bingung harus dari mana aku berkenalan. Namun rasa cintaku yang sangat kuat membuat keberanianku melebihi segalanya.

     "Hai, maaf boleh aku berkenalan? Namaku Arifin" aku menyodorkan tanganku ke hadapannya..

     "Aku Nurul"

     "Lama aku memperhatikanmu, namun baru sekarang bisa berkenalan dengan kamu. Aku berharap kita bisa berteman baik. Kamu tinggal dimana?"

     "Dekat kok , di belakang rumah kamu?"

     "Kok kamu tahu rumah aku?

     " Ya.. kan aku tiap hari pasti melewati rumah kamu"

     "Oh, begitu ya.. jadi malu aku, tidak tahu jika kamu tetangga sendiri"

     "Kamu tidak pernah keluar rumah ya?"

     "Selama ini aku tinggal di Depok. Jadi jarang berada di sini"

     "Oh, pantesan baru lihat kamu"

     "Iya, aku di Depok tinggal dengan nenek dan kakek. Sekarang dia sudah tiada, jadi aku sekarang kuliah dari sini"

     "Oh, aku turut berduka yah!"

     "Terima kasih"

 Segera Tinggalkan, Inilah 5 Hobi yang Dibenci Wanita dari Pria!

Pembicaraan pun berlanjut hingga depan rumahku, sambil berjalan kita bercerita banyak. Tidak aku sangka dia bisa cepat akrab denganku. Saat itu aku lupa meminta nomor telpon selulernya, aku juga tidak tanya alamat lengkap rumahnya.
Hingga aku berinisiatif menunggunya lewat depan rumah saat pulang sekolah. Aku mengingat saat aku membantu ibu mengurus taman waktu itu, dia pulang sekolah sekitar jam 2 siang. Benar saja tepat jam 2 dia lewat depan rumah.

     "Hai, Nurul"

     "Hai Fin, sedang apa?"

     "Menunggu kamu lewat"

     "Emang ada apa?

     "Cuma mau minta nomor telepon aja?"

     "Aku tidak punya telepon seluler, tapi jika kamu mau bertemu denganku kamu bisa menungguku lewat sekitar jam 2, ya seperti sekarang ini. Atau kamu bisa main ke rumahku di RT. 11 RW. 03 No.54A"

     "Berarti kita satu RT dong"

     "Ya"

Tidak banyak yang aku obrolkan saat itu, karena matahari yang sangat terik siang itu.
Semakin lama aku semakin jatuh cinta dengannya, dia manis, menarik, tutur katanya sangat baik dan lembut, aku benar-benar dibuatnya jatuh hati.
Pernah aku dibuatnya cemburu, saat itu aku pulang dari kampus, aku melihatnya sedang berduaan dengan seorang cowok di warung bakso. Aku melihat dia akrab sekali, tertawa, bercanda bahkan terlihat sangat bahagia. Ingin rasanya aku marah kepada lelaki tersebut 'Jangan dekati dia, dia milikku', namun apalah daya, siapa aku? Aku bukan siapa-siapanya.
Tidak terbendung lagi rasa cintaku ini kepadanya, hatiku rasanya benar-benar terpanah dan ingin memilikinya. Hingga akhirnya pada siang itu aku menunggunya di depan rumah, tepat pada waktu biasanya dia pulang, namun entah kenapa sampai 1 jam.. 2 jam lamanya dia tidak kunjung terlihat. Sampai-sampai orang rumah bingung (apa yang sedang aku lakukan). Aku hanya bisa berkata 'bosan di rumah, mau cari angin segar saja".
Setiap hari aku menunggunya lewat depan rumahku, hingga penantianku terhenti dihari ke 7.

     "Hai, Nurul.. seminggu ini kamu libur sekolah?"

     "Oh, aku ada les tambahan untuk menghadapi Ujian Nasional (UN), kan tahun depan aku lulus-lulusan"

     "Oh.. begitu"

     "Kenapa memangnya Fin? Pasti kamu tungguin aku lewat ya?"

     "Enggak kok"

     "Masa sih.. ayo ngaku saja lah.. tidak asik ni.. sudah ah, aku pulang saja"

     "Iya deh, aku nungguin kamu lewat.. tapi tidak lewat-lewat"

     "Tuhkan, benerkan kata aku.. kangen yah sama aku?"

     "Enggak kok"

     "Enggak salah lagi ya.. hehehe"

Dia langsung meninggalkanku, sambil tertawa. Aku jadi malu dibuatnya.
Aku benar-benar kehabisan akal, bagaimana bisa dekat dengannya. Setiap hari dipikiranku hanya ada sosoknya, hatiku juga selalu terucap namanya. Semakin hari, hatiku semakin tidak tenang, begitu besarnya cintaku dengannya. Entah kenapa sosoknya begitu menarik di hatiku. Setiap hari aku semakin khawatir kehilangan dirinya. Terlebih lagi aku pernah melihat dirinya akrab dengan banyak pria.
Suatu hari aku akhirnya mengajak bicara Ibu dan Ayahku di ruang tamu. Ini karena sehari sebelumnya aku melihat lagi dia dibonceng oleh pria saat ke luar rumahnya. Aku melihat dia memeluk erat lelaki yang memboncengnya tersebut.
Malam itu aku berbicara serius dengan kedua orang tuaku.

     "Bu.. Pak.. aku ingin melamar Nurul untukku.. apakah Ibu Bapak bersedia menemaniku"

     "Nurul mana?"

     "Nurul tetangga di belakang rumah kita!"

     "Kamu kenal dengannya?"

     "Kenal bu"

     "Kenal di mana? Kamu kan baru tinggal di sini. Kok bisa kenal dengannya?"

     "Ya kenalan lah bu.. aku kan sudah dewasa.. masa kenalan sama cewek cantik tidak bisa"

     "Oh, begitu.. memang kamu kenalan dimana?"

     "Di toko depan bu"

     "Ayo dong bu, lamarin dia untukku"

     "Kok kamu ngebet banget sih?"

     "Aku tidak mau kehilangan dirinya bu"

     "Coba cerita dulu sama Ibu dan Bapak, apa yang sudah kamu ketahui tentang Nurul?"

     "Dia cantik, dia masih sekolah dan lulus tahun depan, terus dia tetangga kita, terus.. pokoknya dia semuanya bagiku"

     "Jadi cuma itu yang kamu tahu? Kok bisa sih kamu, tiba-tiba mau melamar dia?"

     "Tidak tahu kenapa bu, aku sangat mencintainya, seolah-olah dia adalah bagian dari jiwaku. Rasanya tidak mungkin jika aku tidak bersamanya, aku bisa mati"

     "Ah kamu, jangan ngomong sembarangan. Nanti Ibu cari tahu dulu, bagaimana si Nurul itu"

Malam itu Bapakku, hanya sebagai pendengar saja, tapi intinya dia setuju-setuju saja dengan keinginanku.
Sebulan lamanya aku menunggu keputusan dari Ibuku.

     "Kemarin Ibu sudah bicara dengan ibunya Nurul, kata Ibunya Nurul kamu coba main dulu ke rumahnya. Bicara dengan Nurul apakah dia suka dengan kamu"

     "Oh, begitu bu.. oke jika begitu. Trus ibunya Nurul bilang apa lagi?"

     "Ya itu saja, coba besok malam minggu kamu ke rumah dia deh. Kamu tahu tidak rumahnya Nurul?"

     "Ya tahu lah bu"

     "Ya sudah kalau begitu"

Malam minggunya akupun mengikuti anjuran ibuku. Aku pergi ke rumahnya selepas magrib.

     "Assalamu alaikum"

     "Wa alaikum salam, siapa yah?"

     "Saya Arifin bu.. anaknya bu Astrid"

     "Oh iya, masuk nak" ibunya menyuruhku duduk di teras depan rumahnya..

 Tak lama, Nurul keluar..

     "Oh, kamu Fin.. tumben kamu datang ke rumahku.. ada apa ya?"

     "Enggak kok cuma mau maen aja. Aku tidak ganggu kan? Cowok kamu mau datang yah? Kalo gitu aku pulang saja deh.."

     "Bukan begitu.. cuma tanya saja, kamu belum apa-apa sudah ambil kesimpulan sendiri sih. Aku tuh belum boleh pacaran sebelum lulus sekolah. Jadi tidak bakalan ada tuh cowok yang datang ke rumahku, selain untuk tugas sekolah"

     "Oh begitu"

     "Ya.. ini tumben aja bapak dan ibu memperbolehkan kamu masuk. Memang kamu ada apa?"

     "Aku cuma mau main aja Rul, abis sumpek di rumah"

     "Ah, bohong.. aku sudah tahu kok maksud kamu ke sini"

     "Maksudnya?"

     "Ya.. beberapa hari yang lalu mamamu main ke sini, aku dengar kok semua yang mereka bicarakan"

     "Iya Rul, aku sangat mencintai kamu.. ma u'kan kamu menikah denganku?"

     "Kenapa kamu tidak bicara ke aku dulu? Kenapa harus melibatkan orang tua?"

     "Aku bingung saat kemarin itu, aku bingung harus bagaimana dekat dengan kamu. Hatiku benar-benar sudah dibutakan oleh cintaku kepada kamu. Tapi kamu maukan menjadi bagian dari diriku?"

     "Aku sebenarnya juga suka dengan kamu. Makanya aku selalu jalan kaki dari depan menuju rumah. Supaya bisa melihat kamu. Padahal aku selalu bareng dengan tetanggaku Mirna yang membawa motor. Tetapi aku turun duluan."

Itu adalah ceritaku saat pertama kali bertemu dengan dirinya. Hingga akhirnya kita menikah setelah dia tamat sekolah. Saat ini kami sudah dikaruniai 2 orang anak, yang pertama cewek umur 6 tahun dan yang kedua cowok umur 2 tahun.
Keceriaaan dan senyumnya sangatku nanti dan aku rindukan. Sekarang dia sudah seperti orang idiot (keterbelakangan mental). Ini semua karena kecelakaan yang terjadi 4 bulan yang lalu. Saat itu dia sedang berolah raga pagi dengan berjalan kaki di jalan depan komplek rumah bersama anak-anaknya. Tiba-tiba dari arah depan ada mobil oleng, hingga ingin menabrak anak-anakku, saat menyelamatkan kedua anakku itulah dia tertabrak mobil yang oleng tadi karena pecah ban depan sebelah kiri. Nurul terpental dan kepalanya terbentur aspal keras.
Walau dia cepat di bawa ke rumah sakit saat itu olehku, namun syaraf dikepalanya tidak dapat membantunya seperti dahulu lagi. Saat ini aku terus menjaga dan mengurusinya, dengan telaten aku merawatnya. Mesti harus menghadapi keadaan seperti ini namun cintaku kepadanya tidak akan berkurang. Dia masih akan tetap di hatiku selamanya. Walau terkadang aku sedih, kesal dan tidak dapat berbuat apa-apa atas kejadian ini selain hanya terus berdoa berharap dia dapat kembali seperti dahulu. (KK)

-- DH --








   

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...