Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 24 April 2020

Cinta Kekasihku Dulu

Sudah lama sekali masa-masa itu berlalu, namun aku masih dapat mengingatnya dengan baik. Memang salahku waktu itu yang pergi meninggalkanmu. Waktu itu aku berfikir kamu kurang perhatian kepadaku dan tidak ada kepastian dari kamu, kapan akan menikahiku.
Aku terpincut oleh cintanya karena kebaikannya, perhatiannya dan latar belakang kehidupannya. Dia seorang yang kaya raya, anak satu-satunya dan pegawai negeri. Walau dia tidak seganteng kamu namun aku pikir kehidupanku akan baik jika bersamanya nanti. 
Dia tahu jika aku sudah memiliki pacar, namun dia berkata 'akan menunggu cintaku itu datang dan sampai aku benar-benar dia miliki seutuhnya'. Ternyata benar karena sering pergi bersamanya, aku menjadi suka dengannya, walau aku tahu ini salah, namun aku yakin ini yang terbaik untukku.
Aku mulai melupakan pacarku hingga kemudian dia tahu jika aku dekat dengan cowok lain. Dia sangat marah saat datang menemuiku di rumah.

     "Kamu kemana saja selama aku tidak ke sini?"

     "Tidak kemana-mana!"

     "Jangan bohong.. aku tidak suka dibohongi"

     "Benar aku tidak kemana-mana, lagi pula kamu yang kemana saja?, dua minggu lebih tidak pernah datang ke rumah, telepon juga tidak pernah".

    "Aku ada, aku di rumah menunggu kabar dari kamu.. sampai-sampai aku menyerah dan menelepon kamu tadi, tapi kamu tidak ada. Ibu kamu yang angkat telepon dan sudah cerita semua".

     "Cerita apa?"

     "Ika, aku sayang kamu.. tapi aku tidak bisa kamu bohongi terus.. kamu jujur deh kepada aku. Aku ikhlas kok jika memang itu yang terbaik buat kamu."

     "Jujur mengenai apa?"

     "Aduh kamu, tidak usah pura-pura deh.. kamu ada yang lain kan?

     "Ada yang lain apa?"

     "Jujur.. akui saja ka!"

     "Apa sih.. aku tidak ngerti"

     "Ya sudah kamu sumpah atas nama cinta kita, jika kamu tidak punya cowok lain selain aku"

     "Tidak, aku tidak mau.. ngapain sumpah-sumpah segala, yang penting kan aku sama kamu."

     "Ya sudah, itu berarti memang kamu sudah ada yang lain lagi, hubungan kita sampai di sini saja. Semoga keputusan kamu ini adalah yang terbaik untuk kamu."

Dia pamit pulang, saat aku sedang menangis. Memang hari itu sudah malam juga, kira-kira sudah jam setengah 11 malam.

 Diselingkuhi Pacar. Ini Ya yang Kamu Rasain dan yang Kamu Lakuin?
 
Ibu mendekatiku dan memelukku sambil berkata.

     "Kamu harus putuskan ka, jangan kamu jalani semua. Pikirkan semuanya adalah yang terbaik untuk kamu."

     "Iya bu, terima kasih ya bu. Maafin aku.."

     "Iya tidak apa.. ya sudah kamu tidur deh"

Itulah malam terakhir aku bertemu dengannya. Kejadian yang masih aku ingat sampai saat ini.
3 tahun setelah aku menikah, aku mulai bosan dengan pernikahanku. Aku mulai mencari tahu keberadaan mantanku yang dulu. Aku menghubungi nomornya yang dulu, namun tidak diangkat. Aku coba cari dia lewat facebook, ternyata tidak sulit mencari dia  tinggal tulis namanya secara lengkap 'Muhamad Arifin'.
Aku mengirim pesan untuknya lewat facebook, syukur dia membalas pesanku. Pernikahanku semakin membosankan, akupun banyak mengisi waktu dengan anak perempuanku seorang.
Hubunganku dengan suamiku semakin renggang.  Kita sering cek cok dan sering kali terbersit untuk cerai.
Teringat masa-masa aku dengan mantanku dulu, dia tidak banyak menuntut, periang, baik dan sangat menghibur. Mungkin aku sudah salah menentukan pilihan waktu itu, aku hanya melihat kehidupan ini dari sisi materi saja, bukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Aku lebih memilih kebahagiaan semu dan sementara.
Sekarang sudah 13 tahun usia pernikahanku, kami sama-sama mempertahankan pernikahan ini, selain karena anak juga karena orang tua. Aku juga tidak mau pernikahanku jadi omongan banyak orang.
2 tahun kemudian, suamiku jatuh sakit. Ada kanker di tubuhnya dan sudah menjalar ke semua tubuhnya. Akupun merawatnya dengan baik, walau sebenarnya badan ini letih namun aku coba merawatnya sebaik mungkin.

     "Mas Gunawan, kamu harus bertahan.. kamu harus sehat.. ingat aku dan anak kita yang masih butuh perhatian kamu"

     "Ka, maafin aku selama ini yah.. aku tidak tahu berapa lagi sisa umurku.. aku berharap aku bisa sehat kembali seperti dulu. Agar bisa bermain dengan kamu dan anak kita Winda."

     "Iya mas" tak terasa air mataku mengalir tipis di pipiku..

     "Kamu menangis Ka? Semoga kamu sabar yah merawatku"

     "Iya mas.. pasti.."

Mas Gunawan, sudah sangat kesakitan dengan kanker yang dideritanya, bicaranya selalu ngaco dan selalu menitip pesan serta minta maaf. Dia juga sudah tidak bisa kemana-mana, sehingga dia harus pensiun muda dari kantornya. Setahun sudah dia berjuang melawan sakitnya, dia meninggal 3 hari setelah merayakan ulang tahunnya.

 Terbaru 11+ Gambar Animasi Kartun Orang Sakit

Video dan foto-foto saat ulang tahunnya di rumah sakit, adalah saat-saat terakhir aku melihatnya tersenyum dan bahagia sekali.
Sekarang aku sudah menyandang status janda. Aku bingung harus bagaimana menghadapi kehidupanku ke depan. Di rumah ini banyak sekali kenang-kenanganku bersamanya, rasanya di setiap sudut rumah ada bayangannya. Ingin rasanya aku menjual rumah ini  kemudian pergi mencari rumah yang sedikit kecil dan jauh dari masa-masaku bersamanya.
6 bulan berlalu, aku kembali teringat kekasihku yang dulu. Aku kembali menghubungi Arifin melalui pesan di facebooknya. Namun memang sedikit agak terlambat dia menjawabnya. Ingin rasanya aku menemuinya dan memperbaiki kesalahanku waktu dulu.
Berjalannya waktu, Arifin tetap dingin kepadaku, dia menanggapi perkataanku dengan santai dan biasa saja. Keinginanku bertemupun ditolaknya, karena dia sibuk jawabnya dan tidak ada waktu untuk berjumpa.
Entah, rasa cintaku kenapa semakin tumbuh besar kepadanya. Apa mungkin karena dia orang santun, biasa saja, melindungi dan tidak banyak tingkah. Aku juga senang dengan kehidupan agama dan prinsip yang ada di dalam dirinya.
Berharap aku bisa bersamanya kembali, bahkan aku tidak perduli dia masih mempunyai istri.

     "Fin aku sangat mencintai kamu, aku berharap banget bisa berbicara hal ini langsung kepada kamu. Tetapi karena kamu yang benar-benar tidak ada waktu untuk bertemu atau memang kamu menghindar dariku"

     "Ka, lupakan aku'.. kita jalani kehidupan kita sekarang.. masing-masing."

     "Kenapa ya.. aku tidak bisa lupa sama kamu!"

     "Aku sudah punya istri Ka, aku juga sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi kepada kamu"

    "Masa sedikit saja kamu tidak ada perasaan kepadaku"

     "Ya, sama sekali tidak ada lagi.. kita jalani saja hidup kita masing-masing yah. Kan waktu itu kamu yang sudah memutuskan jalan hidup kamu yang sekarang ini"

     "Aku mohon Fin, aku tidak apa deh jadi istri ke dua kamu"

     "Apa? Kamu fikir deh.. apa mungkin hal itu? Sudah yah, jangan banyak berharap yang tidak mungkin terjadi"

Percakapan itulah yang menjadi komunikasi terakhir aku dengan Arifin, selanjutnya dia tidak pernah membalas pesanku di facebook. Aku coba menulis pesan di instagramnya, itupun tidak diresponnya bahkan emailku juga tidak dibalas.
Berulang kali aku SMS, Whatsapp, Telepon juga diabaikan olehnya. Aku tahu memang begitulah sifat Arifin, dia punya prinsip yang kuat. Dia memang selalu menjaga hati orang yang dia cintai, begitupun saat dia tinggalkan aku dulu dia hanya berucap 'Aku ikhlas jika itu yang terbaik buat kamu'.
Sekarang aku sadar aku sudah mengambil keputusan yang salah saat itu.
Aku coba untuk mengerti keadaan ini, namun semakin aku tahan, semakin aku mencintainya. Hingga aku tidak tahan lagi dan mendatangi rumahnya. Dari kejauhan aku melihat Arifin, kedua anak dan istrinya sedang bercanda gembira di teras rumah. Tadinya aku ingin meminta Arifin kepada istrinya, namun melihat semua itu aku tidak tega dan kembali pulang ke rumah.

 Quality Time bersama Keluarga, Kunci Keluarga Bahagia | nongkidong

Aku harus bisa melupakan Arifin dan berusaha menerima takdir yang Allah berikan. (KK)

-- DH --

Jumat, 03 April 2020

Cinta Di Hati

Mengingat kembali masa-masa pertama saat berjumpa dengannya. Kala itu dia lewat di depan rumahku, saat aku sedang membantu ibuku mengurus taman. Aku melihat gadis  itu sangatlah cantik, lewat percis di hadapanku. Saat itu dia berjalan cepat sekali, entah apa yang sedang dikejarnya. Hingga aku tidak melihat dia menuju ke arah mana.

 VIRAL MEDSOS: Foto Ini Bikin Netizen Terkecoh. Dikiranya Cewek ...

Setelah itu di atas meja makan aku hanya bisa membayangkan sosoknya tadi. Seminggu berlalu, aku kangen sekali dengan sosoknya. Dalam hati 'sepertinya aku jatuh cinta dengannya'.
Hingga pertemuan tidak sengaja aku dengannya di sebuah toko di dekat rumah. Saat itu terus terang aku gerogi, gugup dan bingung harus dari mana aku berkenalan. Namun rasa cintaku yang sangat kuat membuat keberanianku melebihi segalanya.

     "Hai, maaf boleh aku berkenalan? Namaku Arifin" aku menyodorkan tanganku ke hadapannya..

     "Aku Nurul"

     "Lama aku memperhatikanmu, namun baru sekarang bisa berkenalan dengan kamu. Aku berharap kita bisa berteman baik. Kamu tinggal dimana?"

     "Dekat kok , di belakang rumah kamu?"

     "Kok kamu tahu rumah aku?

     " Ya.. kan aku tiap hari pasti melewati rumah kamu"

     "Oh, begitu ya.. jadi malu aku, tidak tahu jika kamu tetangga sendiri"

     "Kamu tidak pernah keluar rumah ya?"

     "Selama ini aku tinggal di Depok. Jadi jarang berada di sini"

     "Oh, pantesan baru lihat kamu"

     "Iya, aku di Depok tinggal dengan nenek dan kakek. Sekarang dia sudah tiada, jadi aku sekarang kuliah dari sini"

     "Oh, aku turut berduka yah!"

     "Terima kasih"

 Segera Tinggalkan, Inilah 5 Hobi yang Dibenci Wanita dari Pria!

Pembicaraan pun berlanjut hingga depan rumahku, sambil berjalan kita bercerita banyak. Tidak aku sangka dia bisa cepat akrab denganku. Saat itu aku lupa meminta nomor telpon selulernya, aku juga tidak tanya alamat lengkap rumahnya.
Hingga aku berinisiatif menunggunya lewat depan rumah saat pulang sekolah. Aku mengingat saat aku membantu ibu mengurus taman waktu itu, dia pulang sekolah sekitar jam 2 siang. Benar saja tepat jam 2 dia lewat depan rumah.

     "Hai, Nurul"

     "Hai Fin, sedang apa?"

     "Menunggu kamu lewat"

     "Emang ada apa?

     "Cuma mau minta nomor telepon aja?"

     "Aku tidak punya telepon seluler, tapi jika kamu mau bertemu denganku kamu bisa menungguku lewat sekitar jam 2, ya seperti sekarang ini. Atau kamu bisa main ke rumahku di RT. 11 RW. 03 No.54A"

     "Berarti kita satu RT dong"

     "Ya"

Tidak banyak yang aku obrolkan saat itu, karena matahari yang sangat terik siang itu.
Semakin lama aku semakin jatuh cinta dengannya, dia manis, menarik, tutur katanya sangat baik dan lembut, aku benar-benar dibuatnya jatuh hati.
Pernah aku dibuatnya cemburu, saat itu aku pulang dari kampus, aku melihatnya sedang berduaan dengan seorang cowok di warung bakso. Aku melihat dia akrab sekali, tertawa, bercanda bahkan terlihat sangat bahagia. Ingin rasanya aku marah kepada lelaki tersebut 'Jangan dekati dia, dia milikku', namun apalah daya, siapa aku? Aku bukan siapa-siapanya.
Tidak terbendung lagi rasa cintaku ini kepadanya, hatiku rasanya benar-benar terpanah dan ingin memilikinya. Hingga akhirnya pada siang itu aku menunggunya di depan rumah, tepat pada waktu biasanya dia pulang, namun entah kenapa sampai 1 jam.. 2 jam lamanya dia tidak kunjung terlihat. Sampai-sampai orang rumah bingung (apa yang sedang aku lakukan). Aku hanya bisa berkata 'bosan di rumah, mau cari angin segar saja".
Setiap hari aku menunggunya lewat depan rumahku, hingga penantianku terhenti dihari ke 7.

     "Hai, Nurul.. seminggu ini kamu libur sekolah?"

     "Oh, aku ada les tambahan untuk menghadapi Ujian Nasional (UN), kan tahun depan aku lulus-lulusan"

     "Oh.. begitu"

     "Kenapa memangnya Fin? Pasti kamu tungguin aku lewat ya?"

     "Enggak kok"

     "Masa sih.. ayo ngaku saja lah.. tidak asik ni.. sudah ah, aku pulang saja"

     "Iya deh, aku nungguin kamu lewat.. tapi tidak lewat-lewat"

     "Tuhkan, benerkan kata aku.. kangen yah sama aku?"

     "Enggak kok"

     "Enggak salah lagi ya.. hehehe"

Dia langsung meninggalkanku, sambil tertawa. Aku jadi malu dibuatnya.
Aku benar-benar kehabisan akal, bagaimana bisa dekat dengannya. Setiap hari dipikiranku hanya ada sosoknya, hatiku juga selalu terucap namanya. Semakin hari, hatiku semakin tidak tenang, begitu besarnya cintaku dengannya. Entah kenapa sosoknya begitu menarik di hatiku. Setiap hari aku semakin khawatir kehilangan dirinya. Terlebih lagi aku pernah melihat dirinya akrab dengan banyak pria.
Suatu hari aku akhirnya mengajak bicara Ibu dan Ayahku di ruang tamu. Ini karena sehari sebelumnya aku melihat lagi dia dibonceng oleh pria saat ke luar rumahnya. Aku melihat dia memeluk erat lelaki yang memboncengnya tersebut.
Malam itu aku berbicara serius dengan kedua orang tuaku.

     "Bu.. Pak.. aku ingin melamar Nurul untukku.. apakah Ibu Bapak bersedia menemaniku"

     "Nurul mana?"

     "Nurul tetangga di belakang rumah kita!"

     "Kamu kenal dengannya?"

     "Kenal bu"

     "Kenal di mana? Kamu kan baru tinggal di sini. Kok bisa kenal dengannya?"

     "Ya kenalan lah bu.. aku kan sudah dewasa.. masa kenalan sama cewek cantik tidak bisa"

     "Oh, begitu.. memang kamu kenalan dimana?"

     "Di toko depan bu"

     "Ayo dong bu, lamarin dia untukku"

     "Kok kamu ngebet banget sih?"

     "Aku tidak mau kehilangan dirinya bu"

     "Coba cerita dulu sama Ibu dan Bapak, apa yang sudah kamu ketahui tentang Nurul?"

     "Dia cantik, dia masih sekolah dan lulus tahun depan, terus dia tetangga kita, terus.. pokoknya dia semuanya bagiku"

     "Jadi cuma itu yang kamu tahu? Kok bisa sih kamu, tiba-tiba mau melamar dia?"

     "Tidak tahu kenapa bu, aku sangat mencintainya, seolah-olah dia adalah bagian dari jiwaku. Rasanya tidak mungkin jika aku tidak bersamanya, aku bisa mati"

     "Ah kamu, jangan ngomong sembarangan. Nanti Ibu cari tahu dulu, bagaimana si Nurul itu"

Malam itu Bapakku, hanya sebagai pendengar saja, tapi intinya dia setuju-setuju saja dengan keinginanku.
Sebulan lamanya aku menunggu keputusan dari Ibuku.

     "Kemarin Ibu sudah bicara dengan ibunya Nurul, kata Ibunya Nurul kamu coba main dulu ke rumahnya. Bicara dengan Nurul apakah dia suka dengan kamu"

     "Oh, begitu bu.. oke jika begitu. Trus ibunya Nurul bilang apa lagi?"

     "Ya itu saja, coba besok malam minggu kamu ke rumah dia deh. Kamu tahu tidak rumahnya Nurul?"

     "Ya tahu lah bu"

     "Ya sudah kalau begitu"

Malam minggunya akupun mengikuti anjuran ibuku. Aku pergi ke rumahnya selepas magrib.

     "Assalamu alaikum"

     "Wa alaikum salam, siapa yah?"

     "Saya Arifin bu.. anaknya bu Astrid"

     "Oh iya, masuk nak" ibunya menyuruhku duduk di teras depan rumahnya..

 Tak lama, Nurul keluar..

     "Oh, kamu Fin.. tumben kamu datang ke rumahku.. ada apa ya?"

     "Enggak kok cuma mau maen aja. Aku tidak ganggu kan? Cowok kamu mau datang yah? Kalo gitu aku pulang saja deh.."

     "Bukan begitu.. cuma tanya saja, kamu belum apa-apa sudah ambil kesimpulan sendiri sih. Aku tuh belum boleh pacaran sebelum lulus sekolah. Jadi tidak bakalan ada tuh cowok yang datang ke rumahku, selain untuk tugas sekolah"

     "Oh begitu"

     "Ya.. ini tumben aja bapak dan ibu memperbolehkan kamu masuk. Memang kamu ada apa?"

     "Aku cuma mau main aja Rul, abis sumpek di rumah"

     "Ah, bohong.. aku sudah tahu kok maksud kamu ke sini"

     "Maksudnya?"

     "Ya.. beberapa hari yang lalu mamamu main ke sini, aku dengar kok semua yang mereka bicarakan"

     "Iya Rul, aku sangat mencintai kamu.. ma u'kan kamu menikah denganku?"

     "Kenapa kamu tidak bicara ke aku dulu? Kenapa harus melibatkan orang tua?"

     "Aku bingung saat kemarin itu, aku bingung harus bagaimana dekat dengan kamu. Hatiku benar-benar sudah dibutakan oleh cintaku kepada kamu. Tapi kamu maukan menjadi bagian dari diriku?"

     "Aku sebenarnya juga suka dengan kamu. Makanya aku selalu jalan kaki dari depan menuju rumah. Supaya bisa melihat kamu. Padahal aku selalu bareng dengan tetanggaku Mirna yang membawa motor. Tetapi aku turun duluan."

Itu adalah ceritaku saat pertama kali bertemu dengan dirinya. Hingga akhirnya kita menikah setelah dia tamat sekolah. Saat ini kami sudah dikaruniai 2 orang anak, yang pertama cewek umur 6 tahun dan yang kedua cowok umur 2 tahun.
Keceriaaan dan senyumnya sangatku nanti dan aku rindukan. Sekarang dia sudah seperti orang idiot (keterbelakangan mental). Ini semua karena kecelakaan yang terjadi 4 bulan yang lalu. Saat itu dia sedang berolah raga pagi dengan berjalan kaki di jalan depan komplek rumah bersama anak-anaknya. Tiba-tiba dari arah depan ada mobil oleng, hingga ingin menabrak anak-anakku, saat menyelamatkan kedua anakku itulah dia tertabrak mobil yang oleng tadi karena pecah ban depan sebelah kiri. Nurul terpental dan kepalanya terbentur aspal keras.
Walau dia cepat di bawa ke rumah sakit saat itu olehku, namun syaraf dikepalanya tidak dapat membantunya seperti dahulu lagi. Saat ini aku terus menjaga dan mengurusinya, dengan telaten aku merawatnya. Mesti harus menghadapi keadaan seperti ini namun cintaku kepadanya tidak akan berkurang. Dia masih akan tetap di hatiku selamanya. Walau terkadang aku sedih, kesal dan tidak dapat berbuat apa-apa atas kejadian ini selain hanya terus berdoa berharap dia dapat kembali seperti dahulu. (KK)

-- DH --








   

     

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...