Merantau jauh ke Jakarta, tujuannya sih ingin kuliah di Jakarta dan mencari penghasilan di sana. Di dalam perjalanan menuju Jakarta, di sebelahku duduk seorang pria ganteng dan terlihat masih muda. Saat itu aku tidak berbicara banyak dengannya. Yang aku tahu dia akan turun di Padang. Sepanjang perjalanan aku habiskan dengan tiduran saja, bosan rasanya karena perjalanan yang memakan waktu berhari-hari aku hanya diam, tidur dan makan. Aku senang saat di Lampung ada wanita tua naik dan berbicara banyak dengan ku. Dari situlah kami berbicara banyak dan aku sedikit terhibur, dia juga berbicara baik dan sering bercanda.
Sampai di Jakarta aku mencari tempat kos yang dekat dengan kampusku di daerah Grogol. Syukurnya tidak susah mencari kos yang kosong.
Seminggu kemudian aku sudah masuk kuliah, saat pertama kali datang dan mengenal lingkungan serta teman baru. Aku merasa sangat nyaman di tempat ini, semua baik dan sangat bersahaja. Aku senang sekali bisa dapat lingkungan seperti ini, bukan saja di kampus, tapi di tempat kos'an ku juga begitu.
Tidak terasa aku sekarang sudah semester 2. Persediaan keuanganku mulai menipis, tidak mungkin aku meminta lagi dengan kakek dan nenekku. Akupun berinisiatif untuk melamar-lamar kerja yang paruh waktu. Tapi memang sangat sulit aku dapatkan, rata-rata semua pekerjaan menuntut aku bekerja sepanjang hari. Hingga akhirnya mau tidak mau aku harus meminta uang kepada kakekku. Dengan harapan disemester 3 aku bisa mendapat pekerjaan bagus dan kuliah aku geser ke malam harinya.
Doaku dikabulkan Tuhan Pada semester selanjutnya aku sudah bekerja di perusahaan besar yang begerak di bidang perkebunan. Aku diterima kerja sebagai staff administrasi, dimana aku bekerja membantu mengenai pencatatan data-data perusahaan.
Aku juga sering terlibat saat akan meninjau perkebunan di luar kota. Tidak terasa karirku semakin baik dan dalam waktu 3 bulan saja, aku sudah dilibatkan untuk rapat-rapat besar. Disinilah aku mulai akrab dengan atasan-atasanku.
Ada yang menarik saat selesai rapat, Direktur Utama memanggilku ke ruangannya,
"Silahkan duduk, Lia. Benarkan nama kamu Lia?"
"Iya pak terima kasih, iya benar Lia nama saya"
"Kamu tahu kenapa kamu saya panggil ke ruangan saya?"
"Tidak pak, ada apa yah pak?"
"Saya panggil kamu, karena kamu orangnya sangat energik, punya keingintahuan besar dan banyak memberikan ide-ide baru ke perusahaan ini"
"Terima kasih pak, atas perhatiaannya"
"Saya dari 2 bulan lalu mencari sekretaris, saya rasa kamu cocok deh"
"Saya tamatan SMK pak dan saat ini masih kuliah. Memang bisa?"
"Saya rasa kamu bisa dan mampu"
"Saya coba ya pak, tapi apakah tidak membuat yang lain cemburu"
"Kok cemburu, emang mereka istri saya?"
"Kok istri sih pak?"
"Iya kalau istri kan cemburu kalau suaminya dekat dengan wanita lain!"
"Ah, Bapak bisa saja"
Keesokan harinya aku mulai serah terima dokumen dan pekerjaan yang lama kemudian pindah ke ruangan Pak Teuku. Awal aku bahagia bisa menjadi sekretaris Direktur Utama, selain dia juga pemilik perusahaan ini, gaji akupun naik jadinya. Aku juga dapat tunjangan mobil kantor dan kemudahan lainnya. Berjalannya waktu aku mulai bosan, karena tidak ada teman yang menemaniku di ruangan, kalaupun ada hanya Pak Teuku. Itupun aku masih gugup jika ada dia dan canggung serta takut salah.
Setengah tahun sudah aku menjadi sekretarisnya, aku sudah mengenal karakter dirinya, dia adalah sosok pria yang tegas, jujur, berwibawa dan sangat perhatian. Saat ini aku sudah biasa dengannya jadi sudah sedikit sekali rasa grogi.
Pak Teuku juga belakangan ini sering mengajakku makan berdua dan nonton bioskop. Karena sikapnya kepadaku yang biasa saja membuat aku tidak berfikir yang macam-macam. Namun orang-orang di kantor sudah menganggapku beda, banyak yang menjaga jarak denganku. Hingga akhirnya, aku tidak bisa menahan diri dan bercerita hal ini kepada Pak Teuku.
"Pak boleh saya berbicara?" aku menghampirinya.. yang sedang duduk di mejanya..
"Kamu mau bicara apa Lia? silahkan duduk.."
"Pak, saya tidak nyaman pak dengan pembicara-pembicaraan diluar sana yang bilang Saya ada hubungan spesial dengan bapak"
"Siapa yang bicara itu?"
"Banyak pak?"
"Iya siapa.. coba kamu sebutkan atau kamu tulis di buku siapa saja orangnya, biar mereka saya kumpulkan dan beritahu mereka"
"Saya harus tulis nama mereka semua Pak?"
"Iya harus, kalau kamu sudah bicara dengan saya, kamu harus pastikan kamu sudah pegang datanya."
"Iya Pak"
"Saya tunggu 1 Jam, kamu sudah harus kasih datanya ke saya.. Oke?"
"Iya pak"
Akupun menulis nama-nama karyawan yang memang aku tahu dia selalu sinis dan berbicara tidak baik kepadaku. Kemudian aku menghampiri Pak Teuku kembali.
"Sudah selesai datanya?"
"Sudah Pak!.. tapi Bapak mau apakan mereka? saya takut jika nanti ini saya kasih ke Bapak Bapak malahan memecat mereka. Jangan ya pak.. kasihan mereka"
"Lah, saya kan pimpinan mereka di sini, terserah saya dong mau ngapain!"
"Iya pak.."
"Seenaknya saja mereka ngomongin saya, emang mereka sudah tidak ada kerjaan apa!"
"Iya pak"
Siang itu juga Pak Teuku mengumpulkan seluruh karyawan, tanpa melihat nama yang sudah aku catat. Tidak ketinggalan Pesuruh kantor pun ikut dipanggil terkecuali Satpam dan resepsionis. Aku lihat semua berdiri di dalam ruangan sedangkan, Level manager dan direktur duduk dibangku. Terlihat suasana ruangan sangat ricuh sebelum Pak Teuku masuk ruangan dan suasana berubah saat Pak Teuku memasuki ruangan rapat. Suasana sangat tegang dan benar-benar hening. Tidak banyak yang Pak Teuku katakan..
"Kalian di sini mau bekerja kan?"
"Iya pak" sakin tegangnya hanya sedikit yang menjawab..
"Kenapa yang jawab hanya beberapa orang saja, berarti yang lainnya ke kantor ini bukan mau bekerja yah?"
"Kerja pak" semua kompak menjawab..
"Nah begitu, kalau mau kerja yah jangan ngegosip.. mengerti?
"Iya pak"
"Oke, lain kali jika ada saya dengar yang ngegosip, saya akan potong gaji kalian"
"Jangan dong pak.. kita mau makan apa?" ada yang nyahut dari belakang..
"Ya kalau begitu kalian harus serius bekerja, bukan hanya ngomongin orang. Mengerti semua ya"
"Ya Pak" semua kompak menjawab..
"Lagi pula kalau saya pacaran dengan Lia, trus menikah. Memang kenapa? Kan saya juga tidak ada istri! Boleh dong saya cari istri lagi. Ya sudah, silahkan kalian semua bekerja kembali"
Semua karyawan kembali bekerja, begitupun dengan saya. Namun setelah sampai di ruangan saya langsung menanyakan apa yang Pak Teuku utarakan tadi.
"Pak.. kok bapak bicara seperti itu sih, emang benar bapak suka dengan saya?"
"Seberapa pentingkah jawaban itu untuk kamu?"
"Penting banget pak.. Jangan sampai saya saya merasa tidak nyaman lagi bekerja di sini"
"Oke.. awal saya tidak ada rasa dengan kamu, tapi lama kelamaan saya merasa nyaman jika kamu berada bersama saya. Saya sih tidak percaya jika ini perasaan cinta. Saya pun masih mencari tahu pada diri saya apa yang sebenarnya saya rasakan ini"
"Oh, begitu pak.."
"Tapi kalau saya memang benar cinta kamu dan melamar kamu dalam waktu dekat boleh kan?"
"Tidak tahu ah pak, bpk umurnya sudah 2 kali saya, terus bapak juga atasan saya. Emang benar bapak tidak punya istri?"
"Istri saya meninggal 2 bulan sebelum kamu masuk kerja. Jadi saat ini saya duda. Saya punya anak 3. Dari istri pertama cewek, umurnya mungkin seumuran dengan kamu. Dan yang dari istri ke 2 saya ada 2 orang anak"
"Oh, begitu pak!"
"Ya"
Hari itu berlalu dengan sempurna. Keesokan harinya kulihat sudah tidak ada yang berani membicarakan aku. Namun rasanya suasana di kantor sekarang sangat kaku sekali.
Seminggu berlalu Pak Teuku menghampiri meja kerjaku, ada yang serius ingin beliau katakan.
"Li, saya ingin serius dengan kamu, bolehkah minggu depan saya berkunjung ke rumah orang tua kamu"
"Saya orang rantau pak"
"Memang kamu berasal dari mana Lia?"
"Sama dengan asal bapak"
"Kok kamu tahu, daya dari mana?"
"Ya kalau nama bapak mah, sudah pasti pak dari Aceh"
"Oh gitu, ternyata kamu dari Aceh juga?"
"Iya pak.. nama asli saya Cut Adelia"
"Kok sama dengan.. ah enggak lah yah"
"Sama dengan apa pak?"
"Gak.. gak papa"
"Lia kalau boleh tahu siapa nama ibu dan bapak kamu?"
"Nama ibu Cut Sarah Amalia dan nama bapak Muhamad Teuku Firmansyah"
"Benar itu Li? kamu memang berasal dari daerah mana?"
"Benar pak, saya berasal dari Aceh Jaya"
"Berarti kamu lahir tahun 2020 yah?"
"Iya pak"
"Nama nenek dari ibu kamu Dien dan kakek kamu Agam"
"Iya benar pak, kok bapak tahu?"
"Berarti kamu anak saya Lia, kamu yang selama ini saya cari, bagaimana kabar ibu, nenek dan kakek?"
"Baik pak"
Kami pun akhirnya berpelukan dan saling bercerita bagaimana Bapak waktu itu panik mencari aku, ibu, kakek dan nenek serta dia juga mencari bapak dan ibunya dikampung yang bersebelahan dengan kampung ibuku. Karena dia harus bekerja kembali, maka hanya seminggu mencari dan tidak ada hasil akhirnya bapak kembali ke Jakarta.
Usaha bapak sebenarnya tidak kali itu saja, setiap dia ada kesempatan cuti dia pasti kembali ke Aceh dan mencari kami lagi. Hingga akhirnya 4 tahun kemudian Bapak menikah kembali, itupun karena pencariannya selama ini tidak membawa hasil.
Memang sejak saat sunami itu kami semua terpisak dan bepencar kemudian aku dan nenek serta kakek bertemu dipenampungan dan tinggal di kota yang berbeda jauh dari kampung asal kami.
Sejak saat itu aku berhenti bekerja dan fokus kuliah, akupun tinggal bersama Ayah dan menjaga adik-adikku dari istri ayah yang berbeda. (KK)
-- DH --