Dalam keputus asaanku, aku berjalan dari rumah kontrakanku bersama kedua anakku. Aku berjalan menuju kota, entah mau ke mana aku ini. Aku hanya bisa melangkahkan kakiku menjauh dari rumah kontrakanku.
Telah Jauh kami bertiga berjalan, siang itu terdengar suara masjid mengumandangkan azan Dzuhur. Terlihat dari kejauhan masjid megah di depan mata, akupun melangkah ke arahnya. Masuk ke dalam dan akupun sholat. Selesai sholat aku bersandar di teras belakang masjid, kedua anakku tidur dipangkuanku. Dari pagi kami belum makan, tersisa uang yang hanya bisa membeli sebungkus nasi. Setelah anakku bangun dari tidurnya, aku berjalan keluar masjid untuk membeli sebungkus nasi dengan lauk secukupnya. Sekembaliku ke masjid, kuberikan nasi tersebut ke anak-anakku hingga mereka makan dengan lahapnya. Aku senang mereka bisa sangat mengerti keadaan ibunya, sedang aku hanya bisa berpuasa hari itu.
Saat malam tiba, aku mencari pengurus masjid untuk menumpang tidur di pelataran masjid untuk malam ini saja.
"Maaf.. permisi Pak.. Bapak pengurus masjid yah?"
"Oh.. iya bu.. ada yang bisa saya bantu?"
"Saya boleh tidak numpang tidur di teras masjid malam ini?"
"Wah, emang ibu mau ke mana? kenapa harus tidur di sini? apakah tidak ada keluarga ibu di sini?"
"Jadi tidak boleh ya pak? Kalau memang begitu saya cari tempat laen saja deh untuk tidur"
"Bukan begitu bu.. ibu wanita, pakaian ibu saat tidur kan harus menutup aurat dari penglihatan laki-laki lain dan juga kasian anak ibu masih kecil-kecil takut kedinginan. Begini bu, di bagian belakang masjid ada ruangan yang tidak terpakai, kalau ibu mau nanti saya siapkan buat ibu dan anak-anak ibu tidur. Nah besok saya akan keluarkan barang-barang yang sudah tidak terpakai sekaligus saya bersihkan buat ibu tinggal di sana. Jadi jika ibu memang belum ada tempat tinggal silahkan ibu tempati sampai kapanpun."
"Benar begitu pak? terima kasih yah"
"Iya sama-sama bu"
Malam itu kami tidur beralaskan debu beserta barang-barang yang tidak terpakai di dalamnya. Besoknya kepala Pengurus masjid mengerahkan marbot-marbot yang lain untuk membantu membersihkan ruangan belakang hanya khusus untukku, aku pun tertegun melihat kebaikan Bapak-bapak pengurus masjid. Sore harinya semua sudah siap dan bersih, terlihat ruangannya walau kecil namun masih bersih, kami diberikan karpet dan lemari kecil di dalamnya.
"Bu sudah siap dan bersih semua yah.. semoga ibu dan anak-anak betah tinggal di sini."
"Iya pak terima kasih atas semua perhatiannya kepada kami"
"Ngomong-ngomong, kalau boleh tahu kenapa Ibu bisa sampai berada di sini?"
"Saya bercerita banyak kepada kepala Masjid.. mengenai pengalaman hidup saya sampai akhirnya berada di Masjid ini"
"Ya, sudah saya doakan semoga Allah selalu bersama kalian! terus ini anak-anak kamu umur berapa?"
"Yang laki-laki 7 tahun sedangkan adiknya 5 tahun"
"Wah kamu tidak sekolah?" sambil mengusap kepala anak pertama saya..
"Belum pak.. nanti nunggu ada uangnya" aku menjawab..
"Gak boleh tidak sekolah.. besok saya daftarkan sekolah SD yah biar kamu bisa banyak teman dan pintar"
"Gak usah pak, bapak sudah banyak membantu saya.. biarkan ini menjadi tanggung jawab saya saja"
"Tidak lah, kamu adalah bagian keluarga kami.. kami akan menanggung semua kebutuhan kamu selama kamu berada di sini"
Aku menangis di hadapannya, bersyukur mendapatkan keluarga baru di sini.. keluarga yang tidak ada hubungan darah denganku, tetapi dengan senang hati membantuku. Sedangkan Papa dan Mamaku serta Kakak dan Adikku entah kemana, jangankan membantuku.. mengenalku mungkin sudah tidak lagi.
Keesokan harinya Pengurus masjid sudah menyerahkan bukti pendaftaran kepadaku, minggu depan anakku sudah bisa bersekolah di sana.
Seminggu berlalu Pengurus masjid sudah menyiapkan seragam sekolah, buku, alat tulis, tas, sepatu, kaos kaki, topi, dasi dan segala kebutuhan untuk sekolah anakku. Dia benar-benar perhatian, bahkan makanku sehari-hari mereka yang menyiapkan. Tidak mau berhutang budi terlalu banyak, akupun membantu mengurus masjid, mulai dari menyapu masjid dan membersihkan kamar mandi wanita.
Dua tahun lamanya aku tinggal di masjid, sampai akhirnya Pengacara Papaku datang menemuiku, dia membawakanku foto copi ijazah saat aku S1 dulu di Universitas Sriwijaya Palembang. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Dia berharap dengan memberikan ini kepadaku bisa membantu perekonomian aku.
Tak mau menunggu waktu lama, aku bergegas mempersiapkan lamaran untuk ke perusahaan-perusahaan besar, aku sangat yakin aku akan diterima kerja di sebuah perusahaan karena IPK dan nilaiku sangat bagus dan memuaskan. Sebulan kemudian aku sudah bekerja di perusahaan besar dan tidak ada sangkut paut dengan perusahaan Papaku.
5 bulan lamanya kau bekerja, aku sudah bisa menabung. Hingga akhirnya aku keluar dari masjid dan memutuskan untuk mengontrak rumah.
Saat ini aku sudah memiliki rumah sendiri walau kecil dan kantor memberikan ku fasilitas mobil. Aku tidak lupa dengan bantuan pengurus masjid hingga aku masih sering bersilaturahmi ke masjid yang dahulu sudah mau menampungku selama 2 tahun. Walau kami sudah keluar dari masjid, anakku masih sekolah di sekolah tersebut. Sekarang anakku sudah kelas 1 SMA dan 2 SMP. Aku sudah bisa memberikannya hidup layak.. (KNK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar