Beranjak dewasa aku masih mencari cinta sejatiku. Selama ini cinta itu selalu datang kemudian pergi. Silih berganti atau putus nyambung itulah yang ku alami dalam kehidupan cintaku. ingin rasanya aku menjalani masa-masa pacaran berlangsung lama, namun itu tidak dirasakan olehku. Aku pacaran paling lama hanya setahun, ya kalau dibilang paling tercepat hanya bertahan 2 hari. Hal ini aneh menurutku, kenapa wajahku yang menurutku cantik tidak bisa mendapatkan cinta sejati. Sering aku bertanya pada diriku sendiri mengapa ini terjadi dan bagaimana aku menghadapinya serta mencari cinta yang sesungguhnya.
Kebanyakan dari mantan-mantanku mereka terlalu posesif dan kebanyakan aturan, hingga aku tidak bebas dibuatnya. Bahkan ada juga yang terlalu perhatian sehingga sangat mengganggu bahkan ada juga yang terlalu baik, memang untuk yang satu ini bisa aku manfaatkan sih namun lama-lama tidak tega juga, lagi pula dia terlalu penurut kurang jantan menurutku. Ada juga anak band, nah yang satu ini malah sangat kasar kepadaku dan setiap laki-laki yang mendekatiku, tanpa peduli dia itu siapa pasti dia ancam, bahkan ada yang langsung dia pukuli. Kemudian ada juga cowok ganteng yang memang sangat ideal dan cocok buatku, dia juga tidak banyak ngatur dan selalu banyak memberikan masukan padaku namun dia selalu didekati cewek-cewek cantik, yang mana cewek yang mendekatinya sering membuat keributan kepadaku.. lama kelamaan aku malas menghadapi cewek-cewek yang berutal seperti itu.
Hingga suatu ketika aku dikenalkan oleh teman di lingkungan rumahku (temanku dari sejak kecil dan sangat akrab di rumah) seorang cowok. Cowok tersebut adalah teman sekelasnya di SMU (Sekolah Menengah Umum). Aku dengan teman kecilku tersebut beda sekolah tapi sama-sama sekolah SMU.
Awal aku mengiyakan saja tawaran tersebut karena memang walau aku sudah punya pacar, aku masih mencari-cari sosok yang memang sesuai dengan yang aku inginkan dan harapkan.
Hari itu aku bertemu dengannya di depan gerbang sekolahku, dia bersama temanku datang khusus untuk mempertemukanku.
"Aurel kenalin nih teman sekelasku.."
"Hallo.. namaku Afgan.." dia menjabat tanganku
"Hai.. salam kenal yah" aku menarik tangannya ke belakang sekolah di perkampungan penduduk, hal ini ku lakukan agar tidak ketahuan pacarku yang memang satu sekolah denganku.. Sampai di belakang sekolah aku bisikkan ke telinga temanku mengenai hal ini..
"Maaf yah aku tarik kamu sampai ke sini"
"Gak papa.. emang ada apa sih?"
"Gak ada apa-apa kok.. ya sudah kamu pulang saja sekarang.. nanti kamu telpon rumahku yah" aku berikan nomor telpon rumahku yang sudah ku tulis pada selembar kertas..
Dia dan temanku beranjak pergi meninggalkanku, sedangkan aku kembali ke dalam sekolah karena masih ada acara sekolah. Benar saja, dia benar-benar menelponku saat malam hari itu. Saat itu kita berbicara banyak sekali bahkan 3 jam menelpon tidak terasa.
Keesokan harinya selesai pulang sekolah aku ke rumah temanku Saskia, aku menceritakan banyak mengenai obrolanku malam kemarin.
"Hai Sas, teman kamu lucu juga yah.. dia enak sih diajak ngobrol tapi aku kurang sreg kalau lihat orangnya.. tapi hitung-hitung tambahin koleksiku aja dulu deh."
"Maksud kamu apa Rel, kamu sudah punya pacar yah? kan kemarin kamu sendiri yang bilang mau cari pacar tapi kenapa kamu begitu. Ingat yah kamu jangan mainkan perasaan temanku loh nanti kamu yang malah kemakan sendiri"
"Kok kamu bilang begitu sih!"
"Habis sudah punya pacar malahan cari lagi, kayaknya kamu cowok hanya sebagai koleksian saja deh. Hati-hati loh suatu saat kamu akan merasakan apa yang kamu lakukan kepada mereka"
"Emang aku ngapain mereka, kan mereka saja yang mau sama aku"
"Iya tapi mereka tidak tahu jika kamu sudah punya pacar dan hanya mempermainkan mereka"
"Mempermainkan gimana?"
"Ah, capek ngomong sama kamu Rel, mungkin karena sifat kamu seperti ini sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama) jadi kebawa-bawa sampai sekarang"
Semakin hari aku semakin akrab dengan Afgan tapi hanya melalui saluran telpon yah karena jarak rumah kami yang sangat berjauhan. Hingga akhirnya dia aku pancing di dalam saluran telpon.
"Afgan, kita kan sudah lama saling kenal.. kamu suka tidak sama aku?"
"Suka...! kan kita baru sekali bertemu, bagaimana bisa bilang suka atau tidak"
"Oh, aku jelek yah? jadi kamu tidak suka"
"Tidak begitu.. ya sudah aku sayang kamu"
"Apa gak jelas!"
"Aku sayang kamu"
"Nah gitu donk"
"Kok jawaban kamu gitu doang sih"
"Maunya gimana?"
"Ah.. gak asik nih"
"Iya aku juga sayang kamu"
Jadilah aku jadian dengannya namun itu hanya terjadi di telpon, sering dia mengajakku ketemuan, namun aku sering memberikan alasan tidak ada waktu untuk bertemu. Hingga akhirnya dia bosan dan berjanji bahwa ketemuan sekali itu saja. Hingga akhirnya kita bertemu di jalanan depan rumahku. Disitu dia menanyaiku tentang ada cowok lain selain dirinya dan kemudian dia memutuskanku. Aku tidak tahu dia tahu dari mana berita mengenai cowok-cowokku namun ya sudah lah, semua aku anggap 'angin lalu saja'. Awalnya akupun cuek dengan hal tersebut, namun lama kelamaan aku kepikiran mengenai dia terlebih lagi saat aku sudah tamat SMA. Aku banyak membandingkan dia dengan mantan-mantanku.
Dia beda, cara bicaranya dan caranya mengambil keputusan. Tapi yang terpenting selama ini tidak pernah ada dalam kamusku berpacaran aku diputusin, hanya dia yang bisa begitu.
Tamat SMU aku langsung bekerja di sebuah perusahaan terkenal, saat itu aku menelponnya. Ternyata dia melanjutkan kuliah di sebuat universitas swasta terbaik di Jakarta bahkan tempat dia kuliah masuk dalam daftar 7 universitas terbaik di Indonesia.
Awal agak susah aku membuat janji untuk ketemuan, sekarang dia lebih menutup diri dan tidak banyak bicara. hingga aku harus memikirkan tak tik untuk ketemu dengannya.
"Afgan, bulan depan aku akan ke luar kota.. boleh tidak aku ketemu kamu terakhir kalinya, aku takut aku tidak bisa ketemu kamu lagi karena akan menetap di luar kota"
"Oh gitu, memang mau ketemuan di mana?" walau sedikit agak ragu namun dia mau menemuiku..
Akhirnya kita bertemu di sebuah rumah makan, akupun berbicara banyak kepadanya dan mau kembali kepada ku serta mau menjalani hubungan serius denganku. Terlihat dia agak ragu denganku, walau ku tahu dia belum mempunyai pasangan. Dia pun mengajukan syarat kepadaku bahwa tidak akan ada lelaki lain selain dirinya dan hubungan ini bukan hanya sekedar pacaran namun akan lanjut ke jenjang pernikahan.
Kamipun menjalani hubungan ini dengan bahagia dan romantis. Dia sangat baik kepadaku, bahkan apapun yang aku mau dia sanggupi. Tahun berikutnya aku disuruhnya melanjutkan kuliah sambil bekerja, akupun mengiyakan keinginannnya. Saat ini dia sangat dekat dengan keluargaku bahkan dia sangat sering main ke rumahku.
Begitulah sedikit ceritaku.. (KK)
-- DH --