Pada Hari itu aku diantar oleh keluargaku ke bandara Soekarno Hatta. Aku harus pergi jauh karena ditugaskan oleh kantorku ke Kupang. Sesampainya di sana yang merupakan lingkungan baru bagiku, akupun mulai banyak belajar disana, dari lingkungannya, masyarakatnya, adat mereka yang memang berbeda serta banyak berkenalan dengan teman sekantorku. Tugasku disana adalah seorang cameraman, aku banyak meliput atau memberitakan tentang budaya lokal di sana.
Aku merasa betah di sana, hingga tak terasa sudah dua bulan lamanya aku berada di sana, saat liputan yang sekian kalinya, aku melihat gadis desa yang sangat memukau bagiku. Usut punya usut ternyata dia adalah bunga desa di sana, banyak pemuda di sana yang mendambakan dirinya.
Merasa tidak mau kecolongan maka saat libur akhir pekan, aku coba mengunjungi kampung itu lagi, aku coba mencari dia. Aku sih bilang ke dia, mau wawancara mengenai peliputanku 2 minggu lalu. Gadis itu bernama Hana, dia adalah wanita energik, menarik, komunikatif, berkulit putih dan bekerja diperusahaan kosmetik sebagai kepala marketing specialis.
Seminggu setelah perjumpaan pertama kemarin, aku beranikan diri untuk bermain ke rumahnya lagi, dan berpamitan kepada keluarganya untuk mengajaknya jalan ke tempat rekreasi yang berada di sana. Ternyata tidak butuh waktu lama untuk dekat dengannya, mungkin karena dia seorang marketing yang sering berhubungan dengan banyak orang. Cara bicaraku yang santai serta rayuan-rayuanku, membuat dia terlihat semakin jatuh hati kepadaku.
Hanya satu yang perlu dibenahi bagiku yaitu agamanya yang tidak sama dengan ku, Aku memeluk agama Islam sedangkan dia Kristen.
"Han, sudah 6 bulan kita dekat.. maukah kamu serius kepadaku?"
"Serius.. bagaimana maksud kamu? kita menikah?" matanya menatapku dengan tajam..
"Ya.. iyalah.. aku kan deketin dan jatuh cinta kepada kamu gak mau hanya main-main saja, jujur aku memang sudah 2x menikah namun tidak pernah menceraikan mereka karena kesalahanku. Namun karena kesalahan mereka dan perilakunya yang kurang baik."
"Nah sekarang yang aku bingung, kita mempunyai agama yang berbeda. Kita sebaiknya menikah dengan satu agama. Entah itu aku memilih agama kamu atau kamu yang memeluk agamaku!"
"Yaaa, kamu benar.. aku juga gak akan mau kita menikah dengan menahan ego masing-masing sehingga dalam keluarga ada 2 agama yang berbeda. bagaimana dengan anak-anak kita nanti, pastinya mereka akan bingung.. akan ikut agama bapaknya atau ibunya."
"Menurutku.. gimana kalau kita challenge, jadi maksudku kita saling memahami agama masing-masing terlebih dahulu. Aku akan memahami dan belajar mengenai agama kamu begitupun sebaliknya kamu. Yang terbaik itu yang kita pilih dan berdasarkan kesepakatan bersama. Gimana......"
"Oke, aku setuju"
Hal pertama yang dilakukan adalah aku pergi ke gereja bersamanya, aku melihat bagaimana situasi, kegiatan dan semua yang dilakukan didalamnya. Kemudian siangnya aku mengajak Hana, ke masjid untuk sholat Dzuhur. Aku menunjukkan orang-orang yang dilihatnya, mulai masuk masjid setiap orang tidak boleh memakai sandal atau sepatu, kemudian sebelum beribadah harus mensucikan diri atau membersihkan diri dengan air terlebih dahulu, dan saat kita ibadah di dalam masjid tidak boleh memperlihatkan bagian dari tubuh kita (aurat)."
Minggu berikutnya, aku coba membaca bagaimana isi di dalam kitab injil (kitab umat kristen), mudah saja bagi aku membacanya karena semua injil sudah menggunakan bahasa Indonesia. Aku menjelaskan kepadanya bahwa di seluruh dunia, semua Al Quran yang kita gunakan bertuliskan arab begitupun bahasa saat ibadah.
Minggu berikutnya, aku berkata kepadanya, lihat disekeliling masjid ini, hanya beralaskan karpet saja, semuanya alami dan natural. itu karena kita hanya berdoa kepada Allah saja tanpa apapun. Paling tidak kita butuh sarung untuk pria menutupi bagian kakinya yang kelihatan atau mukena untuk wanita menutup auratnya.
Kemudian aku membahas mengenai Azan dan Sholat 5 waktu dalam sehari. Aku berkata bahwa Azan adalah panggilan sholat, bahwa waktu sholat sudah tiba dan kita wajib mengingat-Nya dan beribadah setidaknya minimal 5 kali dalam sehari, agar kita semakin dekat kepada-Nya.
Banyak lagi hal lain yang aku bicarakan dan perdebatkan kepada Hana setelah itu. 3 bulan kemudian Hana berkeinginan mempelajari agamaku dulu lebih dalam. Walau dia masih ke Gereja dan aku selalu menemaninya ke sana.
Setelah dia banyak mempelajari agama islam dan mengerti arti islam, dia pun mantab berkeinginan memeluknya, diapun mengucap dua kalimat syahadat di masjid besar di kota tersebut.
Sebulan kemudian, aku beranikan diri melamar ke keluarganya. Berhubung Hana sudah menjadi muallaf dan aku akan menikahinya secara Islam, maka hal ini juga yang harus aku katakan dalam melamarnya. Namun inilah kebesaran hati keluarganya, keluarganya adalah keluarga yang tidak mempersalahkan agama yang akan dianut anaknya. Mereka memberikan kebebasan kepada masing-masing anaknya.
Saat melamar itu hanya aku dan ke dua temanku yang datang ke rumahnya, membawa sedikit kue dan buah-buahan segar. Alhamdulillah acaranya berjalan lancar dan sesuai dengan yang kami harapkan.
Saat melamar itu hanya aku dan ke dua temanku yang datang ke rumahnya, membawa sedikit kue dan buah-buahan segar. Alhamdulillah acaranya berjalan lancar dan sesuai dengan yang kami harapkan.
September 1990, pernikahanpun dilaksanakan di kantor KUA setempat. Hana membawa kedua orang tuanya dan ke 3 adiknya serta keluarga terdekat dari bapak dan ibunya, sedangkan saya hanya bersama atasanku dan teman-teman terdekatku. (KN)