Sepulang dari acara resepsi pernikahan, aku mengantar Dinda pulang sampai depan rumahnya, dengan menggunakan mobil kijang milik ayahku. Sepanjang perjalanan kami berdua masih membahas mengenai pernikahan Lia.
"Kak Adi, aku lihat tadi Lia dan Ronald bahagia sekali, mereka tersenyum tiada henti"
"Ya, aku bersyukur mereka bisa bahagia bersama"
"Emang, kak Adi tidak cinta dengan Lia? Bukannya kakak temanan sudah lama ya?"
"Ceritanya panjang Din.. lagi pula tidak enak untuk diceritakan"
"Kenapa?"
"Nanti kamu cemburu karena kak Adi akan banyak menyebutkan nama-nama wanita"
"Oh, gak papa kak.. aku siap. Lagian sok kecakepan banget sih."
"Kok, sok kecakepan sih?"
"Itu bilang banyak teman wanita!"
"Tuh kan, gitu aja sudah cemburu kan?"
"Ih, rugi cemburu sama kamu"
"Kok begitu sih bilangnya! berarti kamu gak sayang dong sama kak Adi?"
"Sayang.. aku tuh sayang banget sama kak Adi"
"Serius?"
"Ya sudah ceritain dong kak!"
"Intinya Lia itu suka sama Kak Adi, tetapi saat itu kakak sudah punya pacar"
"Kok segitu saja ceritanya!"
"Emang segitu, kan cuma garis besar saja kan?"
"Ya semuanya lah kak. Kalau segitu saja mah mendingan gak usah cerita"
"Ya sudah kalau begitu"
"Ya sudah cerita!"
"Lah tadi katanya tidak usah cerita"
"Ya sudah cerita dong, aku marah nih"
"Iya deh.."
Aku terdiam dan suasana menjadi hening.
"Kok diam sih"
"Nungguin yah?"
"Auu.. ah"
"Awal masuk sekolah STM, Lia adalah salah satu orang yang pertama aku kenal. Aku waktu itu punya teman kelompok 4 orang yaitu Yoga, Hari, Lia dan aku. Lia saat itu memang pernah bilang sama aku kalau dia sayang sama aku. Dia pun sadar diri karena saat itu aku sudah punya pacar."
"Terus!"
"Ya sudah itu saja, emang apa lagi?"
"Terus gimana Ronald bisa dekat dengan Lia?"
"Kalau itu, kamu tanyakan saja sendiri ke Lia!"
"Ya, masa sih aku tanya ke mereka. Masa Kak Adi tidak tahu"
"Yang Kak Adi tahu mereka awalnya sering bertengkar, hingga akhirnya terjadi penganiayaan kepada Lia oleh Ronald, hal itu menjadi masalah besar di sekolahan saat itu. Lambat laun, mereka menjadi akrab dan kemudian berpacaran. Kalau bagaimana proses mereka menjadi pacaran, Kak Adi tidak tahu."
"Emang Kak Adi tidak pernah bertanya atau Lia tidak pernah cerita?"
"Lia tidak pernah cerita dan aku tidak pernah kepengen tahu"
"Terus, peristiwa yang terjadi waktu itu seperti apa?"
"Peristiwa penganiayaan yang kakak bilang tadi!"
"Iya bagaimana ceritanya kak.. ceritain dong?"
"Penasaran yah! jadi Ronald tidak terima dengan perlakuan Lia, sehingga ke esokan harinya Ronald mendatangi kelas kami saat pulang sekolah. Lia diseret Ronald ke dalam toilet kemudian memotong rambut Lia dan membenamkan ke dalam toilet."
"Sadis juga ya si Ronald"
"Ya gitu deh. Dia kan di sekolah orang paling ditakuti oleh semua murid di sana"
"Oh dia yang punya sekolahan?"
"Pokoknya orang pada males deh berurusan dengannya, apalagi pengikutnya banyak"
"Tapi kok kayaknya dia orang baik ya, ramah"
"Iya.. dia berubah menjadi baik saat berpacaran dengan Lia"
"Berarti yang hebat Lia yah!"
"Kok, Lia hebat!"
"Iya, hebat.. bisa merubah Ronald jadi orang yang lebih baik seperti sekarang ini"
"Oh, itu.. iya sih"
"Terus kenapa kamu putus dengan pacar kamu?"
"Yang itu tidak usah dibahas yah!"
"Kenapa memangnya?"
"Malas saja ngebahasnya"
"Cie.. cie.. takut keingetan ya?"
"Gak begitu juga sih.. sudah ya.. tuh sudah mau sampai"
"Bisa saja kamu!, kita lanjutin nanti di rumah ya"
"Aku tidak mampir ya, paling cuma pamit dengan kedua orang tua kamu saja"
"Kok begitu sih!"
"Tadi kan aku sudah bilang, papaku mau pakai mobil. Dia mau jalan berdua dengan mamaku."
"Iya.. iya.. aku tahu.. kirain kamu mau berubah pikirin"
Setelah aku berpamitan dengan kedua orang tuanya, aku langsung tancap gas pulang ke rumah.
Sampai rumah Dinda sudah menelponku.
"Kak, sudah lama sampai?"
"Ini baru masuk rumah, kamu sudah telepon. Pasti sudah kangen ya?"
"Enggak kok, mastiin saja kalau kamu sudah sampai dengan selamat"
"Bisa saja, pasti takut yah kalau aku ngapel ke tempat lain.. tenang saja sayang, aku tidak pernah mau punya pacar banyak. Orang satu saja sudah repot dan gak akan habis"
"Oh, jadi aku suka ngerepotin kamu"
"Bukan begitu, aku kan harus perhatian dengan dengan kamu, harus dekat dengan kamu, telepon, jalan-jalan, nonton, dan masih banyak lagi. Coba kamu pikir deh klo aku unya pacar lagi, pasti akan lebih repot serta perhatianku akan terbagi. Pokoknya intinya aku ingin fokus hanya satu orang saja yaitu kamu"
"Masa sih!"
"Masa, sudah punya bidadari, masih mau cari orang biasa"
"Ah, bisa saja kakak!"
"Aku hanya ingin di cintai dan aku pun akan mencintainya sepenuh hatiku. Cinta bagiku bukan sekedar kata-kata, tapi sesuatu yang harus diwujudkan, disatukan dan dipelihara dengan baik oleh hati"
"Jadi malu aku.. terima kasih ya sayang!"
"Kok malu sih?"
"Iya, semoga cinta kita berakhir dengan indah ya!"
"Aamiin"
"Kamu sudah mandi?"
"Ya belum lah, kan tadi aku bilang baru sampai rumah banget saat kamu telepon"
"Oh, iya yah.. ya sudah sana mandi dulu"
"Ok, dah sayang. Emuuah"
"Dadah.. I love U"
"I loveu too"
Aku menutup telepon.
"Cie.. cia yang lagi kasmaran" adikku nyeletuk dari belakangku..
"Ah kamu, kayak tidak pernah pacaran saja"
Aku berjalan menuju kamarku di lantai 2. Begitu melihat kasur, rasanya pengen reba'an. Benar saja aku ketiduran sampai malam.
Selesai mandi dan sholat isya aku keluar. Berkumpul bersama teman di gang belakang rumah. Kami membicarakan teman-teman yang sudah pindah dari lingkungan kita, mereka pindah karena sudah menikah atau pindah ikut dengan orang tuanya. Teman-teman, hampir setengahnya sudah pergi dari lingkungan sekitarku. Hari semakin malam, ketika ingin pamit pulang Citra lewat, awalnya aku tidak mengenalinya, dalam hati 'cantik sekali ni cewek, rambutnya yang panjang berwarna pirang, memakai sepatu hak tinggi dengan rok yang sangat pendek.
"Hai semua" tegurnya kepada kita..
"Hai, lo berubah banget cit! Kemana saja lo selama ini?"
"Iya Cit, lo beda banget!" Aku berkata..
"Makin cantik ya Di?"
"Iya"
"Terima kasih ya! Jadi sekarang lo mau dong dengan gua?"
"Widih, cintanya belum hilang ternyata Si Citra" celetuk teman-teman..
"Masa lo belum punya pacar sih Cit?"
"Yang suka gua banyak, dulu juga ada yang menjadi pacar gua, ternyata gua masih belum bisa ngelupain lo. Gua ternyata masih sangat sayang sama lo. Walau lo sudah nolak gua beberapa kali. Gua juga gak tahu kenapa rasa ini tidak pernah mau pergi dalam hatiku"
"Itu yang namanya cinta mati" celetuk temanku..
"Bukan, itu karena bucin" jawab temanku yang lain..
"Apaan tuh Bucin" temanku yang lainnya ikut bertanya..
"Buta cinta.. dia rela melakukan apa saja demi mendapatkan cinta pada seseorang yang dia cintai tersebut" temanku menjelaskan..
"Biasa aja kali.." kata Citra..
"Cit, bukan aku tidak mencintai kamu.. aku cuma tidak mau mendua, aku yakin tidak akan ada satu orang wanitapun yang ingin diduakan" aku berkata..
"Bukannya lo sudah putus sama Lisa?"
"Iya.. tapi aku sekarang sudah berpacaran lagi dengan orang Depok"
"Kok bisa sih?"
"Bisa apa?"
"Bisa lo lupaiin gua, katanya kalau lo sudah tidak sama Lisa, lo mau jadian sama gua?"
"Gua harus cari lo kemana? Gua sudah tanya sama orang-orang di sini, tidak ada yang tau kemana lo pindah, bahkan juga pemilik rumah kontrakan lo"
"Ya kan lo bisa telepon gua?"
"Telepon ke mana?"
"Ya sudah jadi kapan kita bisa jadian"
"Gini ya.. gua ngomong nih di depan teman-teman semua.. jodoh tidak akan kemana. Saran gua kita silaturahmi saja terus. Kedepannya kita tidak akan tahu akan seperti apa"
"Ya sudah, sekarang kamu antarin aku pulang. Biar kamu tahu dimana rumahku"
"Sudah antarin sana Di" teman-teman kompak berkata barengan..
Akupun mengantarkan Citra dengan mobil., Untungnya papa dan mamaku sudah pulang. Sampai rumah papaku dan adikku bingung dengan aku.
"Siapa lagi tuh Di" Ibuku berkata..
"Itu Citra bu.."
"Citra temanku dulu?"
"Iya Yani, Emang Citra yang mana!"
"Jangan main api kak, tar kejadiannya kayak lo putus sama Lisa waktu itu loh"
"Gua cuma antar dia pulang, itu aja.. nanti juga gua antar sampai depan rumahnya kok. Kasian ini sudah jam setengah 11 malam"
"Ya sudah sana, ini sudah mau hujan juga loh" Papaku berkata..
"Iya aku jalan dulu ya pah.. mah" aku menyalami mereka berdua..
Di dalam mobil Citra duduk di depan, disebelahku. (KK)
--- DH ---